⁴⁰. empatpuluh

11.2K 2.1K 959
                                    

Ada yang nunggu gak nih?

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




Malam itu, Hana dengan wajah pucat dan badan panas keluar dari tenda hanya untuk mengecek keadaan Jay di tenda yang jaraknya cukup jauh. Kegelapan tidak membuatnya takut, aroma petrichor, juga angin dingin tidak menghentikan langkahnya. Dia masih berjalan sambil menyelimuti dirinya dengan selimut tebal, pandangannya terasa berkunang-kunang, tenggorokannya tercekat, hidungnya memerah berarti kedinginan tapi tidak mengurungkan niatnya. Kedua kakinya terus melangkah menyusuri tiap tenda hingga tiba di tempat tujuan.

Hana meneguk saliva sulit karena tenggorokannya teramat sakit, matanya sedikit menyipit memastikan penglihatannya tidak salah, bahwa ada bayangan perempuan di dalam tenda Jay. Hana berjalan semakin dekat, perbincangan dari dalam sedikit menarik perhatiannya.

"Kenapa kamu ngelakuin ini ke dia?"

"...."

"Jawab, Jay. Bukannya kamu bilang kamu suka aku? Kita bakal terus sama-sama, kan?"

"Lo salah paham." Suara serak nan rendah itu mengalihkan fokus Hana yang masih berdiri di pijakan mendengar kelanjutannya.

"Salah paham gimana? Selama ini kita udah bareng, kan? Kenapa gak selamanya aja kita begitu?"

"Gak bisa."

"Kamu tahu 'kan aku suka banget ke kamu? Kamu gak pernah terima perasaan aku, Jay."

"Lo harus inget, hubungan kita cuma sebatas teman. Gue ngelakuin semua yang lo mau karena itu permintaan lo. Jangan berharap lebih ke gue."

"Tapi aku—"

Hana langsung membuka tenda, memunculkan dirinya di hadapan dua remaja itu. Sontak Jay menegakkan tubuhnya yang sedang duduk bersila di atas kasur. Jieun terang-terangan memicingkan matanya ke Hana. Dibalas Hana dengan senyuman pucat lalu duduk berhadapan dengan Jay, tepatnya di bawah kaki Jieun.

"Gimana keadaan lo?" Hana meletakkan telapak tangannya ke kening cowok itu. Ringisannya keluar saat merasakan suhu tubuhnya malah lebih panas dari Jay.

"Lo panas banget." Beralih, kali ini Jay yang meletakkan telapak tangannya ke kening Hana.

"Lo sendiri gimana? Masih pusing? Atau ngerasain sesuatu?"

Jay tidak terlalu mendengar pertanyaan Hana, dia menjadi begitu cemas melihat kondisi Hana. Dia melihat sekitar, ketika menemukan beberapa bungkus roti di kardus, dia mengambilnya. Setelah itu membuka kemasan lalu menyodorkan langsung ke bibir gadis itu.

Menerima dan mengunyah perlahan adalah respons Hana. Bibirnya yang pucat bergerak melahap makanan itu, matanya masih memerah, sesekali melirik Jieun dan Jay secara bergantian.

"Kenapa dia ada di sini?" Hana bertanya menunjuk Jieun.

"Karena punya hak," sela Jieun cepat.

"Luka tadi gimana?" Memilih bertanya sambil menyentuh lengan Jay, memastikan luka itu sudah diobati dengan baik. Benar saja, ternyata sudah diperban rapi.

"Kenapa dateng ke sini? Badan lo panas banget." Terpancar sorot khawatir di manik Jay, senyum tipis Hana terlengkung, gadis itu mengeluarkan dua botol asi dari dalam selimutnya.

"Lo juga harus sembuh." Hana membuka tutup botol, menyodorkan langsung ke depan bibir Jay. Cowok itu sempat menolak tapi Hana memaksa. Mau tidak mau Jay menerima dan meneguknya sampai kandas. Begitu juga botol satunya.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang