²⁷. duapuluh tujuh

15.1K 2.8K 947
                                    

Sebelum kalian lanjut baca, aku mau tahu alesan kalian bertahan di story ini apa?

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



"Hana."

Si empu nama mematung di tempat menerima senyum lebar dan lambaian tangan dari sesosok cowok yang sekarang berdiri di depan pintu kantin.

"Dia cowok yang kemarin?" Jeslyn berceletuk.

Tadinya Hana tidak ingin ke kantin, namun Jeslyn memaksanya. Padahal Jeslyn bisa mengajak yang lain—Rona misalnya—tapi yang selalu diajak gadis itu cuma Hana.

Lihat lah apa yang terjadi, Hana sudah menduga, kantin tidak pernah menguntungkan. Baru sekali duduk di kursi, hal tak terduga terjadi. Heeseung dengan seragam yang sama dengannya memanggil namanya dari pintu kantin. Melambaikan tangan. Berjalan mendekat dan duduk tepat di hadapan Hana. Senyum tipisnya masih terpatri di wajah.

Hana menyadari orang-orang di sekitar mulai memperhatikannya dan berbisik-bisik ria. Mengusik ketenangan yang hampir dia rasakan, padahal dia ingin menenangkan diri pasal kejadian tadi pagi di kelas. Buyar sudah.

"Semalem lo pamit duluan sebelum denger cerita gue. Gue udah cerita ke Kak Ojun, Tante Bitna, sama Riki, kalau hari ini gue resmi sekolah di sini."

"Pamit duluan sebelum denger cerita?" beo Jeslyn di sela memegang sumpit.

Heeseung mengalihkan pandangannya dari Hana ke Jeslyn, dia tersenyum lagi. "Gue Lee Heeseung, temen lama Hana."

"Ah." Jeslyn mangut-mangut sambil melirik Hana, kemudian menjulurkan tangan. "Gue Seo Jena, panggil Jeslyn aja. Temen sekelas Hana."

Mereka berjuluran tangan sambil mengumbar senyum tipis. Setelah itu Heeseung kembali melirik Hana yang sepertinya sukses menjadi patung.

"Kalau semalem lo tahu, gue bisa jemput lo tadi pagi. Kita bisa pergi bareng."

Hana menyunggingkan senyum tipis.

"Gue pesen makanan dulu, ya. Kalian bisa makan duluan." Cowok itu berdiri, berlalu menuju tempat pemesanan makanan.

"Dia bukan temen lo? Suram banget suasananya?" Jeslyn menyenggol lengan Hana.

Hana tersentak, mengedarkan pandangan mencari keberadaan Heeseung yang tiba-tiba menghilang. Dia tidak begitu fokus pada cowok itu. Mengetahui maksud temannya itu, Jeslyn menunjuk ke meja pemesanan.

"Tuh di sana, lagi pesen makanan."

Melihat Heeseung berada di sana, Hana menghela napas, mengambil sumpitnya lalu melahap makanannya tanpa minat.

"Hubungan lo sama dia apa? Baik atau gimana? Gue juga harus mikir cara bersikap ke dia. Kasar atau ramah? Soalnya liat aja." Gadis itu menunjuk sekitar menggunakan dagu. "Banyak yang liatin kita."

"Cuma temen," jawabnya lesu.

Kini Jeslyn bertopang dagu dengan satu tangan, menikmati makanannya dengan santai. "Oh ya? Kok dia ngepost foto lo?"

"Udah lama nggak ketemu."

"Na, Na. Nggak usah disembunyiin lagi. Gue tahu kali. Berhubungan sama perasaan, kan?"

Bibir Hana berkedut.

Jeslyn mengangguk. "Ya udah, gak usah dipaksain. Gue juga ngehargain privasi lo."

Tak lama setelah itu Heeseung kembali lagi, duduk di hadapan Hana dengan nampan berisi makanannya, ramyeon.

"Selamat makan," katanya.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang