⁴³. empatpuluh tiga

11K 2K 453
                                    

Ada yang nunggu nggak?

Maaf ya, lama banget updatenya, aku sibuk banget soalnyaㅠㅠ, kalau kalian bener-bener nunggu, coba absen di sini🙋

Ayuk ramein yuk biar cepet update berikutnya 🌹💛

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




Sudah seminggu berlalu sejak kejadian perkemahan diadakan. Sekarang kelas Hana serta kelas lainnya sudah kembali masuk sekolah. Semuanya disibukkan oleh ulangan harian juga kelas tambahan karena ujian semester akan segera dilaksanakan. Kira-kira sebulan lagi. Hana jadi begitu serius belajar karena ingin meraih peringkat tiga besar dari seluruh murid seangkatannya di sekolah.

Dia tidak terlalu memedulikan siapa pun, terlebih Kakaknya—Yeonjun—sudah kembali ke Kanada untuk melanjutkan studi. Begitu juga Papanya yang menemani sang Kakak ke luar negeri untuk urusan bisnis, akan kembali bulan depan. Hana dan Bitna kembali tinggal berdua di rumah. Selagi Papa dan Yeonjun di luar negeri, Bitna tidak pernah ke butik, dia tetap di rumah mengurus dan menemani Hana.

Di pertemuan terakhir, Yeonjun menitipkan Hana kepada Heeseung dan Riki, namun tidak meminta pada Jay yang notabene 'orang terdekat Hana' sejak beberapa bulan lalu. Kakaknya itu hanya tersenyum miring pada Jay lalu menaiki penerbangannya. Hana tahu Yeonjun sok misterius, membuatnya penasaran padahal Kakaknya itu tidak pernah begitu.

Dibanding membicarakan itu, kini Hana tidak merasakan seperti dulu lagi, dimana dia kesepian dan sesak karena Papa dan Kakaknya jauh darinya. Walau sejak kecil Hana dan Yeonjun tidak tinggal bersama karena Yeonjun tinggal di rumah Oma, dia sangat menyayangi Kakaknya itu, begitu juga sebaliknya. Itu sebabnya Hana sangat tertekan ketika dua orang hebat yang paling dia sayangi jauh darinya, apalagi sejak pertama kali berpisah, menyakitkan. Tapi sekarang Hana tidak merasakannya lagi. Itu semua berkat kehadiran Jay.

Iya. Kehadiran Jay. Tidak hanya menjemput dan mengantar, sekarang Jay lebih sering berkunjung ke rumahnya, baik itu di hari libur, weekend, atau malam hari. Mereka belajar bersama di rumah. Tapi ... bertiga. Hana, Jay, juga Riki. Entah mengapa Riki selalu melesat datang ketika mendengar suara mobil Jay. Dia langsung datang, bahkan kerap menumpang pergi sekolah dan tidak pernah membiarkan Hana dan Jay berdua.

Seperti sekarang. Momen yang seharusnya hanya ada Jay dan Hana kini rusak karena eksistensi Riki.

"Punya gue!" Riki tiba-tiba merebut bolpoin yang baru Hana sodor pada Jay karena Jay tidak membawa bolpoinnya.

"Itu punya gue!" Kening Jay berkerut tidak suka, tangannya terjulur hendak merampas pena tersebut, tapi Riki duluan menghindar dan memeletkan lidah.

"Beli sendiri! Punya duit, kan?"

"Riki," tegur Hana sambil memukul telapak tangan Riki menggunakan penggaris. "Kalau kamu gak sopan lagi, Kakak suruh pulang."

"I-Iya, Kak." Cowok tinggi berusia enam belas tahun itu langsung mengembalikan bolpoin tadi pada Jay lalu membenarkan cara duduk. Dia kembali fokus membaca buku untuk mengerjakan tugasnya.

"Belajar yang rajin ya, Ki. Jangan kebanyakan main game. Kamu harus banggain Tante Ruka dan Om Reiner."

Riki mengacungkan kedua jempolnya. "Gampang itu mah."

"Kalau bisa, raih peringkat lima di kelas, kalau berhasil kita pergi jalan-jalan ke Jepang."

Seketika mata Riki berbinar. "Beneran?!"

Iris mata Jay berkilat, terlihat jelas tidak suka kepada Riki. Perbuatannya itu menarik atensi Riki, menoleh dan memicingkan mata.

"Apa lo liat-liat?" tukas Riki.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang