¹⁵. limabelas

22.7K 3.2K 929
                                    

Maaf ya, bukannya aku bermaksud sok lama update gini, cuma sekarang aku lagi nyiapin naskah cerita aku yang mau diterbitin, maaf banget kalau kalian kelamaan nunggu.

Makasih buat yang selalu nunggu:) pantengin terus kisah Jay-Hana ya❤️

Dan jangan lupa vote dan komennya🌼

Kali ini aku mau ngadain rules, kalau nyampe 300 komen, aku bakal update besok🦅🌻:)

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



"Ponsel lo dering mulu ih, angkat kek." Rona yang sedang berdandan menendang pelan kursi Hana yang berada di depannya, dia jengah melihat benda pipih di laci temannya itu menyala terus.

Dengan malas Hana mengambil ponselnya, memindahkan ke dalam ransel. Rona berdecak sambil geleng-geleng.

"Masih aja gak mau ngaku kalau Kak Jay pacar lo. Apa sih yang lo takutin, Na? Gak ada yang berani julid ke lo."

Tidak mau mendengar ocehan Rona yang tidak penting, Hana berpindah duduk ke depan, tepatnya bersebelahan dengan Minhee, cowok tulen yang terkenal pendiam. Di sana Hana bebas dari segala racauan tidak jelas Rona. Saat Jeslyn diminta mengantar buku ke kantor guru, seharusnya Hana ikut saja. Sekarang dia menyesali tolakannya.

Baru saja menelungkupkan wajah, hal tak disangka terjadi, dia melihat teman satunya itu sedang memegang ponsel miliknya sambil cengengesan.

Dengan cepat Hana bangkit lalu merampas ponsel miliknya itu.

"Lo—" Napas Hana tercekat menyaksikan layar ponselnya menampilkan sebuah roomchat.

xxxxxx

Kenapa sih nelpon daritadi?  |
Gak ketemu dua jam, udah kangen?  |
Ini masih jam pelajaran, gue gak freeclass, |
gue gak bisa diganggu dulu.  
Tapi kalau emang penting, ya udah kita  | ketemuan di taman. 

| Oke

"Ronaaaaaaaa!!!" jerit Hana.

Tanpa rasa bersalah dia malah menyengir. Menambah kekesalan dalam hati Hana.

"Kenapa lo berani banget ngirim pesan—" Bahkan Hana tidak sanggup melanjutkan perkataannya, terlanjur dibuat speechless begitu berat. Dia membaca ulang pesan itu, di detik berikutnya dia menjambak rambut frustasi. "Aaaaa, daritadi gue nahan nonaktifin ponsel, sekarang malah—"

"Jadi itu beneran Kak Jay? Ih, sosweet banget, nomornya gak lo save biar orang lain gak tau, kan? Biar cuma lo doang yang tau rahasia kalian berdua. Aduh Hana, ternyata lo seromantis itu."

"Ronaaaa!" Hana mencak-mencak, tidak kuat lagi menghadapi teman sejenis Bae Rona.

"Kayaknya Kak Jay udah nungguin lo di taman, lo harus cepet-cepet jumpain dia sebelum dia sendiri yang ke sini, bakal ketahuan deh kalau lo bohong soal nggak freeclass."

"Lo jahat, Ron! Gue benci sama lo!" tukas Hana lalu beranjak dengan wajah tertekuk.

"Sama-sama, gue juga sayang sama lo, Na!"

Hana melangkah menelusuri koridor dengan rasa kesal dan jengkel. Dalam hati dia begitu takut membayangkan apa lagi yang akan terjadi padanya. Padahal sejak dua jam lalu dia bisa menghembuskan napas lega, sekarang masalah ini mencekiknya lagi.

Tidak mau menambah masalah, Hana bergegas menuju taman. Baru menginjakkan kaki ke pelatarannya, aura dingin, menusuk, dan menyeramkan terasa begitu jelas melalui atmosfer, perlahan Hana melangkahkan kaki lebih dekat hingga dia mendapati seorang cowok bertubuh tegap sedang duduk menyandar di kursi taman.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang