⁴⁴. empatpuluh empat

9.3K 1.8K 609
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mencintaimu itu mudah." —Jay.

°°°


Momen paling ditunggu sejak kemarin akhirnya sedang terjadi. Sebenarnya, bukan yang ditunggu juga, Hana hanya berharap, tapi sekarang benar-benar terjadi. Hana sungguh menikmati detik demi detik yang terlewati pada malam ini.

Saat baru pulang dari pantai, Hana mendapati Hannes—Papanya—berada di rumah. Seperti kemarin, Bitna mengatakan mereka mendapat panggilan makan malam bersama keluarga Jay. Kabar mendadak itu membuat Hana speechless, berpikir bahwa beberapa menit lalu dia menghabiskan waktu bersama Jay di pantai, menikmati sunset laut yang luar biasa, tapi panggilan dari orang tua Jay sangat tiba-tiba, bahkan mungkin Jay tidak tahu-menahu tentang itu.

Dengan bergegas karena waktunya tidak banyak, satu keluarga itu minus Yeonjun sudah selesai bersiap-siap, Hannes memberitahu akan menyalakan mesin mobil terlebih dahulu sedangkan Bitna menunggu Hana memakai high heels.

Kemudian mereka sampai di lokasi makan malam tepatnya di hotel ternama setelah menempuh waktu kurang lebih setengah jam. Bitna sangat panik bahkan riasannya hampir luntur saking kebanjiran keringat, melebihi Hana yang memang jantungan namun masih bersikap wajar. Hannes menenangkan istrinya agar tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Ketiganya memasuki gedung pencakar langit seusai menenangkan diri. Hana mengingat-ingat pertemuannya kemarin dengan keluarga Jay, tidak ada yang buruk, hanya respons yang biasa saja dari mereka. Semoga hari ini pun begitu, tidak ada yang perlu dicemaskan.

Seorang waiter berkemeja hitam langsung menyambut mereka di depan pintu, menuntun mereka mengikuti karpet merah yang menuju langsung ke sebuah meja panjang di ujung ruangan. Berusaha bersikap seadanya, Hana menahan diri untuk tidak celingukan menatap sekitar, walau hotel mewah itu membuatnya sangat ingin memperhatikan semuanya. Pandangannya tertuju ke depan, memandang sekelompok keluarga yang juga memandang mereka. Hana berusaha mengulas senyum tipis walau terlihat kaku dan terpaksa.

Berbeda dengan Bitna yang wajahnya benar-benar tegang, keringat terus mengucur dari pelipisnya, Hannes sampai kerempongan menyuruhnya tetap tenang apalagi ujung kemejanya dicengkeram oleh Bitna.

"Na, tenang," ucap Hannes setengah berbisik saat berjalan. Mengalihkan perhatian Hana yang memandang ke depan.

"Nes, aku takut banget," kata Bitna, tampak jelas raut paniknya. Mengerutkan dahi Hana.

"Mama kenapa?"

"Ah, e-enggak papa, sayang. Ayo. Ada Aera di sana." Bitna seolah meyakinkan dirinya sendiri.

Mereka berjalan beriringan mengikuti tuntunan sang waiter. Tersisa lima meter, manik Hana bertemu dengan manik Jay yang duduk di sebelah Papanya, cowok itu menyunggingkan senyum tipisnya, membuat Hana merasa lebih tenang. Apalagi melihat penampilan cowok itu yang mengenakan setelan jas seperti acara sebelumnya. Sangat tampan.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang