Bab 18

627 56 3
                                    


***

"Kalian ujian akhir semester kapan?" tanyanya membuat Ara langsung mendongak.

"Satu Minggu lagi, kenapa Kak?" Ara balik bertanya yang dibalas gelengan oleh Andrian.

"Gak apa-apa, pengen berdua aja sama kamu seharian," jawabannya sambil mengeratkan pelukannya, membuat Ara menempelkan wajahnya di dada bidang Andrian.

Ara mengelus-elus perut kotak-kotak Andrian, lalu menekan-nekannya dengan jari telunjuknya, sedangkan Andrian hanya tersenyum sambil menopangkan rahangnya di kepala Ara, menikmati malam yang bertabur bintang.

"Kakak jangan tinggalin Ara lagi," lirih Ara, membuatnya langsung melepas pelukannya, lalu membingkai wajah Ara sambil tersenyum.

"Kenapa emang, kalo Kakak pergi? Bukannya kemaren kamu senang Kakak pergi," tanyanya menjahili Ara.

Namun, lagi-lagi Ara menangis membuat Andrian langsung kaget dan bingung kenapa Ara menjadi sangat cengeng, biasanya Ara tidak mau kalah.

"Loh, kok nangis sih, Kakak cuma bercanda," bujuknya sambil menghapus air mata Ara.

Ara mendongak menatap manik hitam Andrian dengan lekat, membuat Andrian bingung lalu menatap Ara dengan serius.

"Kenapa, hem?"

"Apa Kakak maafin semua kesalahan Ara?"

"Tentu saja,"

"Kak, Ara serius. Ara tahu, Ara belum bisa jadi istri yang baik buat Kakak, tapi Ara nggak mau di cap sebagai istri durhaka," terang Ara panjang lebar sambil menangis, membuat Andrian langsung tersenyum.

"Siapa yang bilang kamu durhaka, hem?"

"Dosen Ara pernah bahas masalah pernikahan, katanya istri akan di cap durhaka, apabila tidak melayani suami dan memperhatikannya dengan baik," tambah Ara.

"Pada hakikatnya begitu, tapi keputusan ada pada suami. Kakak nggak pernah bilang Ara istri durhaka, karena Kakak tahu kamu masih tahap menyesuaikan diri," balasnya lalu menggendong Ara ala bride style, kemudian merebahkan tubuh Ara ke ranjang yang diikuti oleh Andrian.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, sekarang sudah malam, waktunya tidur," lanjutnya lalu menarik Ara ke pelukannya.

"Makasih, Kak." ucap Ara yang dibalas anggukan oleh Andrian.

"You are welcome, baby," balas Andrian lalu mencium ubun-ubun Ara.

'Terima kasih ya Allah, engkau telah memberi hamba suami yang sangat baik dan penyabar,' batin Ara lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Andrian.

Subuh, Ara bangun terlebih dahulu dan langsung menuju kamar mandi. Sedangkan Andrian masih lelap dalam tidurnya. 10 menit kemudian, Ara sudah selesai, ia mendekati Andrian.

"Kak" panggil Ara sambil menggoyang-goyangkan lengan Andrian, membuat Andrian menggeliat karena terusik.

"Kenapa, sayang?" tanya Andrian, lalu menarik Ara hingga menindihnya.

"K--kak, ayo sholat udah subuh," ajaknya gugup, lalu berusaha bangkit dari tubuh Andrian.

Andrian langsung duduk, lalu menarik Ara kepangkuan, membuat Ara tersentak kaget. Ara berusaha memberontak, tapi Andrian malah mengunci semua pergerakannya.

"Kak, ayo sholat nanti waktu habis," kesal Ara dengan bibir mengerucut, membuat Andrian tersenyum gemas.

"Cium Kakak dulu," godanya membuat Ara langsung menggeleng.

"Ya sudah," ucapnya lirih, hendak menurunkan Ara dari pangkuannya.

Ara yang melihat itu langsung mengalungkan tangannya di leher Andrian, membuat Andrian bingung dan tidak jadi menurunkannya.

Ara mencium kedua pipi Andrian membuat Andrian langsung tersenyum, lalu mencium bibir Ara, kemudian berlalu ke kamar mandi.

5 menit kemudian Andrian keluar dari kamar mandi, dengan air wudhu yang masih di wajahnya membuat Ara langsung tersenyum, kemudian mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Setelah selesai, Andrian langsung berbalik, lalu menyodorkan tangannya yang langsung di salam oleh Ara, kemudian Andrian mencium keningnya.

***

Pukul 07.00, Ara dan Andrian pamit pada Mak, kemudian berangkat. Dalam perjalanan hanya ada keheningan, Andrian yang sedari tadi terus menggenggam tangan Ara, tangan sebelahnya lagi menyetir sedangkan Ara, ia hanya mempermainkan tangan Andrian dan kadang menyandarkan kepalanya di pundak Andrian.

Sampai di kampus, Ara langsung pamit pada Andrian.

"Kak, Ara kuliah dulu ya," ucap ara yang dibalas anggukan oleh Andrian.

"Iya, hati-hati. Nanti pulang kuliah kamu di jemput supir ya, ke kantor Kakak," balas Andrian, membuat Ara menyergit.

"Kok ke kantor, Kak. Ara mau ngapain di sana?" tanya Ara.

"Temenin Kakak," jawab Andrian yang dibalas anggukan oleh Ara.

"Ok, semangat kerjanya, Kak," ucap Ara, lalu menyalam tangan Andrian, kemudian masuk ke kampus.

****Bersambung***



Musuhku Penyelamat HidupkuWhere stories live. Discover now