36

401 33 5
                                    

"Untuk mempersingkat waktu, sekarang saya persilahkan kepada Kakak senior kita untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu," ucap salah satu penitia acara.

Tanpa membuang waktu keempat senior tersebut maju beberapa langkah untuk perkenalan.

"Baik tanpa membuang waktu lagi, langsung saja, saya Andrian alumni tahun lalu dan mungkin masih di kenal oleh temen-temen dari semester 3-8. Nah, di sebelah saya ini ada kak Nadia teman saya dari Jakarta dan di sampingnya ada Kak Yoga, yang terakhir ada Kak Fahri. Kami semua ini sama satu angkatan cuma beda jurusan," terang Andrian yang di hadiahi tepuk tangan oleh mahasiswa.

Ara yang hanya bisa mendengar apa yang di ucapkan Andrian cuma tersenyum sambil menggesek-gesekkan sepatu ke tanah.

"Wah ... Senior laki-lakinya ganteng-ganteng ya," ucap teman-teman sekelompok Ara.

"Iya ih, gua suka Kak Fahri sama Kak Andrian," sambung mereka lagi, sedangkan Ara, ia hanya memutar mata malas mendengar nama suaminya disebut.

'Bisa-bisanya suamiku di gibahin di sampingku sendiri, Ku gandeng Kak Andrian ke depan, kaget kalian,' batin Ara meronta-ronta.

"Nah, baiklah temen-temen karena malam ini adalah malam keakraban buat kita semua, maka kita akan mengadakan lomba masak perkelompok. Makanan yang terbaik nanti di kasih hadiah dan semua makanan kita makan rame-rame," lanjut panitia membuat semua mahasiswa heboh.

"Oke-oke, baik, tenang dulu teman-teman, nanti sewaktu memasak kalian boleh maminta bantuan senior sekaligus mengakrabkan diri. Tapi ingat, tetap jaga batasan, jangan terlalu santai kepada senior," sambungnya lagi memberi peringatan.

"Oke, sekarang kalian boleh cari posisi masak masing-masing,"

Setiap kelompok sibuk mencari tempat yang cocok dan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

"Guys, kita di situ aja masaknya," ajak Ara sambil menunjuk ke bawah pohon mangga.

"Setuju tuh, mudah cari kayu bakar di situ," sambung Rida temannya.

"Kita mau masak apa emangnya?" tanya Andi.

"Gimana kalo kita bikin gorengan aja, kayak perkedel, bakwan, risol," jawab Rida memberi saran.

"Nah, boleh tuh sekalian kita bikin mie juga biar enak. Andi sama Bayu cari kayu bakar aja, sama bikin tempat masaknya, gimana?" tanya Ara memberi usul.

"Boleh tuh, boleh," jawab keduanya kemudian mereka pergi mencari kayu bakar. Sedangkan Ara, Rida dan Tara langsung mengambil bahan-bahan.

Dari kejauhan ternyata Andrian memperhatikan Ara yang begitu sibuk memberi arahan kepada teman-teman.

'Keliatan banget sih udah nikah, tahu aja resep masak,' batin Andrian sambil tersenyum simpul sambil matanya terus memperhatikan Ara.

***
Cukup lama Ara berkutat dengan teman-teman, akhirnya tinggal nunggu matang sedikit lagi semuanya beres, karena terlalu semangat dengan agenda masaknya Ara sampai melupakan Andrian.

Saat sedang memasak mie yang hampir matang di kuali, Ara tiba-tiba teringat dengan Andrian.

'Oh iya, Kak Andrian mana ya?' batinnya. Matanya mulai mencari, namun hasilnya nihil, sampai akhirnya Ara memutar-mutarkan badannya mencari Andrian.

Andrian yang melihat Ara memutar-mutarkan badannya hanya bisa menahan tawa karena tangan Ara masih memegang sendok masak.

Sampai akhirnya matanya tertuju ke bawah pohon tempat senior ngumpul, barulah Ara melihat Andrian, kemudian ia berbalik lagi mengaduk masakannya, tapi ara tiba-tiba berpikir.

'Tunggu ... tunggu, kenapa Kak Andrian udah menghadap ke aku? Apa ia memperhatikanku? Sejak Kapan? Apa mukaku cemong kena abu?' segala macam pertanyaan dipikiran Ara sambil meraba mukanya dan melihat pakaiannya.

Pelan-pelan Ara berbalik ke belakang kembali pura-pura mengambil kayu bakar, kemudian matanya melihat Andrian diam-diam.

Andrian hanya bisa menahan tawa melihat tingkah istrinya tersebut, tanpa membuang waktu Andrian meminta izin memantau mahasiswa yang sedang memasak.

Saat andrian turun dari pondok tempat mereka ngumpul, Ara langsung bingung sekaligus kaget, ia berjalan ke arah Ara.

'Loh ... loh, itu kok turun? Mau ngapain? Ya tuhan, mana aku dekil banget lagi,' batin Ara, kemudian ia berbalik lagi untuk menata makanan yang sudah matang.

Dari jauh, Ara malihat Andrian yang sedang berkeliling mengunjungi semua kelompok. Begitu Andrian sudah dekat di kelompok terakhir yaitu kelompok Ara.

Entah kenapa, Ara jadi grogi, gugup, panas dingin segala macam, sedangkan teman-temannya sudah tersenyum seperti orang gila melihat Andrian.

Saat Andrian tiba di depan mereka, Ara langsung menunduk. Sedangkan Andrian selayaknya seorang senior.

"Ini kelompok terakhir ya?" tanya Andrian.

"Iya, Kak," jawab kedua temannya dengan semangat.

"Kalian masak apa?" tanyanya lagi, tapi kali ini mata Andrian tertuju pada Ara. Namun, Ara tetap menunduk.

"Ini Kak, ada gorengan sama mie," jawab temannya lagi.

"Boleh saya cicipi,"

"Iya Kak, silahkan,"

'Duh ... Mampus, enak nggak ya?' batin Ara.

Begitu Andrian menyicipi makanannya, ia tersenyum.

"Em ... Ini enak sekali. Good job buat kalian. Sebelum saya pergi, kamu namanya siapa? Dari tadi saya liat diam aja," tunjuk Andrian ke arah Ara, membuatnya benar-benar salah tingkah.

'Apaan sih Kak Andrian? Pake nanya lagi,'

"Em ... eh, sa-saya Ara, Kak," jawab Ara gugup membuat Andrian langsung tersenyum lalu mangut-mangut.

"Owh, Ara. Masakan kalian enak, kalau begitu saya kesana dulu ya," pujinya sekali lagi, lalu pamit.

Bagitu Andrian berbalik, Ara langsung memegangi dadanya.

"Jantungku," ucapnya tanpa sadar membuat teman-temannya langsung menoleh.

"Kenapa jantungmu, Ra?" tanya mereka membuat Ara langsung sadar.

"Eh ... Ng-nggak, nggak apa-apa kok," jawab Ara sambil terkekeh malu.

Andrian yang masih mendengar percakapan mereka hanya tersenyum sambil berjalan.

         Bersambung

Musuhku Penyelamat HidupkuWhere stories live. Discover now