Pura-pura Akrab

279 31 4
                                    

"Kalo diam artinya iya, menjauh dari pintu sayang," lanjut Andrian membuat Ara langsung membuka pintu secara perlahan.

Ceklek! 

Pintu terbuka sedikit demi sedikit, Andrian langsung masuk kemudian mendekati Ara dengan tatapan yang sulit di tebak, sedangkan Ara ia terus mundur hingga terakhir ia hampir terjungkal ke belakang saat kaki kirinya tidak sengaja menginjak gamisnya.

Dengan sigap Andrian menarik pinggang Ara kuat, membuat sang empu langsung menabrak dada bidang Andrian.

"Akh …" ringis Ara karena kepalanya menubruk dada Andrian. Andrian langsung menangkup wajah Ara.

"Mana yang sakit?" tanyanya lembut membuat Ara langsung menggeleng tapi tangannya memegangi hidungnya.

Andrian langsung melepaskan tangan Ara lalu bibirnya mulai mencium hidung Ara kemudian ia mengecup sekilas bibir Ara, membuat Ara langsung melotot.

Andrian menjauhkan wajahnya lalu menatap lekat Aira yang masih melotot.

"Aku boleh minta sesuatu nggak sama kamu?" tanya Andrian serius membuat pikiran Ara langsung kemana-mana.

"A--apa?" tanyanya was-was.

"Setiap hari kamu ikut ke kantor, kalo lagi kuliah pulang kuliah wajib ke kantor," lanjutnya membuat Ara langsung menghembuskan nafas lega sambil memegangi dadanya.

"Huh … kirain apaan?" ucapnya membuat Andrian menyergit, ia tahu pasti pikiran istrinya kemana-mana.

"Kamu kira apa emang?" tanya Andrian dengan selidik membuat Ara langsung mendongak, Andrian malah memainkan alisnya.

"Ih … apaan, sih? Aku mau mandi dulu," ucapnya mengalihkan pembicaraan membuat Andrian langsung tersenyum miring.

"Mau di temenin nggak?" godanya membuat Ara langsung berbalik dan mentapnya tajam.

"Wuih … singa betina bangun," ledeknya yang tidak dihiraukan oleh Ara. Setalah Ara masuk ke kamar mandi, Andrian langsung merogoh sakunya untuk mengambil ponsel.

***

Disisi lain, Rina yang masih di depan perpustakaan karena baru saja selesai berdebat dengan Nadia, sekarang ia sedang menunggu angkot.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, Rina langsung merogoh tas nya dan melihat siapa yang menelepon.

"Andrian, ngapain dia nelpon," gumamnya lalu mengangkat telpon Andrian.

[Apaan?] katus Rina membuat Andrian langsung kaget.

[Jangan marah-marah, ntar cepet tua] ledek Andrian, Rina langsung memutar mata malas.

[Gimana aku nggak marah, sahabat tercintamu itu lagi berusaha buat dapetin orang buluk kayak kamu, Kak. Kalo bukan demi Ara, ogah banget aku ngelakuin ini] terang Rina membuat Andrian langsung terkekeh mendengar penuturan Rina.

[Iya, aku juga udah tau kok, tadi aku dengar percakapannya dengan salah satu karyawan di toilet] lanjut Andrian membuat Rina langsung menyergit.

[Serius Kak, kamu udah tau. Baguslah, setidaknya aku nggak berjuang sendiri untuk memberantas pelakor itu] ujar Rina girang.

[Kamu dimana sekarang?]" tanya Andrian mendengar suara bising di sekitar Rina.

[Masih di tempat yang tadi nunggu angkot mau pulang] jawabnya jujur membuat Andrian langsung tertawa.

[Lagian tadi sok-sokan nggak mau ikut, sih] ledek Andrian lagi membuat Rina langsung menghentakkan kakinya ke tanah karena menahan panas.

[Mulai besok, Ara wajib ikut ke kantor setiap hari, baik setelah kulihat] lanjut Andrian seketika Rina berhenti mengentakkan kakinya ke tanah.

[Setiap hari? Apa Ara nggak bosen liat mukamu yang buluk, Kak] ledek Rina membuat Andrian langsung mendengus kesal.

[Ya udah deh, rasain di tengah panas] lanjut Andrian lalu ia memutuskan sembungan.

"Dasar, senior sinting," umpatnya dari kejauhan ia melihat Nadia masuk ke dalam mobilnya. Tanpa membuang waktu Rina langsung berlari menghampirinya lalu masuk begitu saja ke dalam mobil.

"Huh … akhirnya dingin juga," gumamnya santai, sedangkan Nadia yang kaget dengan kedatangan Rina langsung menatap tajam.

"Ngapain kamu ke sini?!" bentak Nadia membuat Rina langsung menggedikkan bahunya.

"Anterin aku pulang," suruh Rina santai membuat Nadia langsung melotot.

"Aku bukan supirmu, sana turun!" usirnya, Rina langsung mencari akal.

"Oh ya udah kalo kamu nggak mau nganterin aku pulang, aku kan bongkar semua niat burukmu pada keluarga kecil Andrian," ancamnya, Nadia yang mendengar itu langsung diam berusaha mencerna kata-kata Rina.

"Oke, aku antar pulang, tapi jangan sekali-kali kamu bocorin ke Andrian," tegas Nadia yang di balas anggukan oleh Rina pura-pura. Lalu Nadia mulai menjalankan mobil.

'Enak aja,' batin Rina tersebut licik.

"Eh tapi nih ya, kenapa kamu sangat ambisius sama Andrian? Kamu 'kan tahu kalo dia udah nikah," tanya Rina mulai kepo.

"Lagian nih ya, aku tanya deh sama kamu, coba liat penampilan istrinya nggak ada kesan mewah sedikit pun. Sedangkan Andrian dia itu orang kaya loh, seleranya harusnya tinggi," terang Nadia membuat Rina mangut-mangut.

"Iya sih, Ara itu norak, nggak bisa dandan, nggak bisa milih style juga," Rina mulai memancing-mancing Nadia membuat Nadia langsung mengangguk.

"Tuh 'kan, kamu aja yang temen deketnya ngerasa gitu. Sayang tahu duit Andria tiap bulan nggak di apa-apain, mending buat ke salon, perawatan segala macam. Ini nggak penampilannya kampungan kayak anak-anak," lanjut Nadia tepancing dengan omongan Rina.

"Oh kamu tahu kalo harta Andrian banyak?" tanya Rina lagi yang dibalas anggukan oleh Nadia.

"Iyalah, Andrian itu cuma dua bersaudara sedangkan harta orang tuanya banyak, gimana nggak kaya mendadak 'kan kalo pande ngambil hati dan uang Andrian," ujar Nadia, Rina yang mendengar itu hanya bisa tersenyum licik.

"Iya ya bener, Ara nggak ahli dalan hal itu semua," lanjutannya yang disetujui oleh Nadia.

'Harta dan kemewahan rupanya yang kamu incar,' batin Rina.

Baca di aplikasi Joylada sudah mendekati ending, judulnya sama dan bacanya masih gratis

Jangan lupa kasih like dan follow authornya, biar author makin semangat nulisnya, love you all

Musuhku Penyelamat HidupkuOnde as histórias ganham vida. Descobre agora