Bab 9

540 54 2
                                    

Pulang dari kampus, Andrian berkunjung ke rumah Ara, karena Andrian tahu Ara belum selesai mata kuliah.

Tok! Tok! Tok!

Andrian mengetuk pintu rumah Ara, tidak lama kemudian terdengar suara derita pintu.

Ceklek!

"Assalamualaikum, Bu," ucap Andrian, kemudian menyalam tangan Mak Ara.

"Walaikumusalam," balas emak.

"Saya Andrian, Bu. Kakak tingkat Ara di kampus," terang Andrian, karena melihat emak Ara tampak sedikit bingung.

"Oalah, Kakak tingkatnya Ara, tapi Aranya belum pulang," ucap emak Ara.

"Tidak apa-apa, Bu. Saya memang ingin bertemu dengan, Ibu," jawab Andrian.

"Benarkah? Mari masuk, Nak," ajak emak Ara, yang dibalas anggukan oleh Andrian.

Emak Ara mempersilakan Andrian duduk, lalu mengambilkan minum untuk Andrian, kemudian emak Ara duduk berseberangan dengan Andrian.

"Ada apa Nak Andrian, apa Ara membuat ulah di kampus?" tanya Mak Ara sedikit panik, namun dibalas gelengan oleh Andrian.

"Nggak kok, Bu. Saya ke sini hanya ingin mengetahui Ara lebih dalam," terang Andrian membuat Mak Ara tersenyum.

"Apa Ara membentakmu, Nak?" tanya Mak Ara membuat Andrian sedikit terkekeh.

"Sedikit, Bu," jawab Andrian sambil tersenyum.

"Astaga anak itu, maafkan anak ibu, Nak. Ibu akan menikahkannya dengan segera biar sifatnya berubah," ucap Mak Ara, membuat Andrian langsung panas dingin.

"Em ... Bu, apakah Ara sudah mempunyai tunangan?" tanya Andrian hati-hati.

"Belum, Nak. Kalo ada yang lamar ibu nggak akan melarang biar dia tidak berubah," terang ibu Ara membuat Andrian langsung tersenyum.

"Kalo saya yang lamar Ara, boleh tidak, Bu?" tanya Andrian, membuat Mak Ara bingung.

"Kamu yakin, Nak? Anak Mak itu bukan perempuan yang mudah di atur loh, Ara itu anaknya keras kepala dan galak," terang Mak Ara yang dibalas senyuman oleh Andrian.

"Nggak apa-apa, Bu. Saya ingin menikahi Ara bukan karena sifat buruknya, melainkan saya senang kepada Ara di tambah lagi saya yakin Ara orangnya baik, tapi masih dihalangi oleh traumanya," jawab Andrian membuat Mak Ara tidak kuasa menahan tangis.

"Kamu yakin, Nak?" tanya Mak Ara sekali lagi, yang dibalas anggukan oleh Andrian.

"Insyaallah, Bu. Saya minta tolong sama ibu untuk merahasiakan siapa saya kepada Ara, saya ingin menunjukkan diri saya ketika akad," pinta Andrian yang dibalas senyuman oleh Mak Ara.

"Baiklah, Nak. Jika itu permintaanmu," jawab Mak Ara.

"Besok atau lusa saya akan meminta orang tua saya datang ke sini, tapi saya tidak ikut," ujar Andrian sambil tersenyum, membuat Mak Ara geleng-geleng kepala, kemudian terkekeh.

"Terserah sama kamu aja, Nak," jawab Mak Ara.

"Kalo begitu saya pamit pulang ya, Bu. Assalamualaikum," pamit Andrian lalu menyalam tangan Mak Ara.

"Walaikumusalam," jawab Mak Ara.

***
Sore hari Ara sudah sampai ke rumah, Mak yang sedang menyiram bunga di halaman, langsung tersenyum melihat Ara sudah pulang.

"Assalamualaikum," ucap Ara lalu menyalam tangan Mak, sedangkan Mak hanya tersenyum membuat Ara bingung.

"Kenapa, Mak? Tumben Mak senyum ketika Ara pulang," tanya Ara bingung.

"Gak apa-apa, sebentar lagi kamu bakal punya suami," jawab Mak, membuat Ara langsung kaget.

"Jangan bercanda Mak, Ara gak suka," ujar Ara tidak percaya.

"Mak gak bercanda sayang," ucap Mak, membuat air mata Ara turun.

"Mak tega 'kan sama Ara, Ara tahu Mak gak suka sama sifat Ara, tapi Mak gak seharusnya promosiin Ara ke orang-orang, Ara malu, Mak," jawab Ara dengan air mata tidak hentinya turun.

"Ara maksud Mak bukan begitu-" ucap Mak terpotong, karena Ara langsung berlari ke luar ntah ke mana membuat Mak panik.

"Ara ...!" teriak Mak, tapi tidak dihiraukan oleh Ara, ia terus berlari ntah ke mana.

Karena panik, Mak langsung masuk ke rumah mencari ponsel lalu menghubungi Andrian. Mak menceritakan semua dengan jujur, Andrian yang mendengar cerita Mak Ara langsung ikut panik, lalu Andrian mengatakan akan mencari Ara agar Mak tidak terlalu panik.

****
Andrian langsung menyambar kunci mobilnya, lalu menjalankan mobilnya ke arah rumah Ara dan mengikuti jalan sana.

Sepanjang jalan Andrian terus mencari- cari Ara, namun hasilnya nihil. Cukup jauh Andrian mencari Ara, akhirnya Andrian melihat Ara duduk di halte bus sambil menangis.

Dengan segera Andrian memarkirkan mobilnya, lalu berjalan menghampiri Ara, seolah-olah ia tidak melihat Ara. Andrian duduk tepat di samping Ara sambil memainkan ponselnya memakai earphone.

Ara yang merasa ada orang di sampingnya, dengan segera ia menoleh ke samping, betapa terkejutnya ia melihat Andrian tengah duduk di sampingnya. Ara menghapus air matanya lalu berdiri saat Ara hendak melangkah, Andrian memanggilnya.

"Kamu Ara bukan?" tanya Andrian pura-pura tidak tahu, Ara yang hendak melangkah langsung berhenti, kemudian berbalik menoleh ke arah Andrian

"Kalo iya emang kenapa? Kamu mau tertawa karena melihat aku menangis seperti orang gembel di sini!" sinis Ara membuat Andrian tersenyum dalam hati.

"Nangis? Kamu menangis? Aku tidak melihatnya, kamu sendiri yang memberi tahuku," jawab Andrian dengan enteng.

Tanpa memperdulikan Andrian Ara langsung menyebrang dan berjalan ke jalan sempit yang diapit dengan tembok bangunan tinggi.

Sedangkan Andrian ia masih menjalankan mobilnya lalu mengikuti Ara pelan-pelan karena jalannya sempit membuat Andrian harus hati-hati dan akhirnya Ara sudah jauh.

Disisi lain Ara terus berjalan tanpa menghiraukan sekitarnya. Ternyata saat Ara lewat ada dua preman yang memperhatikannya.

"Cewek," panggil salah satu preman tersebut membuat Ara berhenti lalu menoleh. Melihat Ara menoleh mereka berdua langsung berdiri dan mendekati Ara.

"Mau apa kalian?!" bentak Ara membuat kedua preman tersebut tertawa.

"Mau kamu 'lah cantik, yuk kita bersenang-senang," lanjut preman tersebut sambil mencolek dagu Ara.

'Ya Tuhan, kayaknya aku dalam masalah besar, lebih baik aku kabur,' batin Ara.

Dari kejauhan Andrian melihat Ara yang di hadang oleh preman, dengan segera Andrian keluar dan bersembunyi di balik tiang.

Saat Ara hendak berlari, mereka langsung mencekal pergelangan tangannya lalu menarik-narik Ara ke arah gudang.

"Lepasin! Tolong!" teriak Ara sambil menangis membuat preman tersebut langsung membungkam mulut Ara.

Andrian yang melihat itu tidak tinggal diam dia melihat ada kayu besi dan kayu dengan segera ia mengambilnya lalu mengikuti preman yang menyeret Ara.

Sampai di dalam gudang, mereka langsung menghempaskan Ara ke lantai lalu mereka membuka baju mereka masing-masing membuat Ara langsung gemetar.

"Bersiaplah sayang," ucap salah satu preman tersebut dengan genit.

Bugh!

Andrian memukul kepalanya dari belakang dan preman tersebut terjatuh kemudian yang satunya lagi langsung berbalik melihat Andrian. Belum sempat ia berbalik sempurna, Andrian langsung memukul lehernya dengan kayu.

Ara yang melihat kedua preman tumbang di depannya langsung mematung, Andrian langsung mendekat Ara.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Andrian, tapi Ara diam, ia masih belum percaya.

"Hey," lanjut Andrian memegang pundak Ara lalu ia langsung mendongak lalu menggeleng.

***Bersambung***

Jangan lupa kasih vote dan follow authornya 🙏😊

Musuhku Penyelamat HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang