Kerjain Nadia

329 36 2
                                    

Jleb! 

Andrian tidak menyangka seburuk itu doa Nadia untuknya, ia berusaha menahan emosinya, tanpa membuang waktu ia langsung pergi ke toilet.

Dada Andrian naik turun menahan emosi, lalu ia menjalankan mobilnya ke keperpustakaan. Begitu sampai, ia langsung turun dan berlari mencari Ara.

Ia mengedarkan pandangannya ke eluruh sudut, terakhir ia melihat Ara sedang duduk ujung dekat kaca sedangkan Rina masih berkeliling-keliling di balik rak buku.

"Ara," panggil Andrian dari belakang membuat Ara langsung menoleh, detik kemudian bibirnya tersenyum melihat Andrian lalu ia berdiri.

"Udah selesai, Kak?" tanya Ara, bukannya menjawab Andrian malah menarik Ara ke pelukannya, membuat sang empu kaget karena situasinya di perpustakaan, ya walaupun nggak ada yang liat.

"Aku minta maaf ya," lirih Andrian yang masih setia memeluk Ara, sedangkan Ara ia langsung menyergit.

"Minta maaf buat apa, Kak?" tahya Ara balik. Tanpa mereka sadari Rina tengah memperhatikan mereka dari kejauhan.

"Semuanya," jawab Andrian, Ara hanya mengangguk.

"Ehem …," dehem Rina membuat Ara langsung melepaskan pelukan Andrian lalu berdiri seperti biasa.

"Di rumah aja pelukannya, malu sama orang yang ngeliatin," lanjut Rina membuat Ara langsung menyentil lengannya.

"Yang lihat 'kan kamu, nggak apa-apa dong. Kayaknya kamu tiap hari nonton Korea, masa masih sok polos sih," ledek Andrian membuat Ara tertawa dan Rina langsung mendengus kesal.

"Udah ah, pulang!" ketusnya membuat Andrian dan Ara saling melempar pandangan lalu tertawa.

Disisi lain, Nadia yang baru saja keluar dari toilet langsung menuju ruangan Andrian. Begitu ia masuk, ia tidak menemukan Andrian.

"Eh, Bayu lihat Andrian nggak?" tanya Nadia pada Bayu yang merupakan tangan kanan Andrian.

"Nggak tau deh, kayaknya pulang soalnya tadi kayak buru-buru gitu," jawab Bayu membuat Nadia langsung menaikkan alisnya sebelah.

"Pulang? Bukannya dia baru aja datang sejam yang lalu, masa pulang, sih? Nggak biasanya," gumam Nadia bingung.

Nadia teringat dengan kata-kata Andrian ingin menjemput Ara di perpustakaan, tanpa membuang waktu ia langsung keluar dari kantor dan menyusul ke perpustakaan.

Sampai di perpustakaan ia tatapannya langsung tertuju pada tiga orang yang sedang berjalan keluar dari perpustakaan. Tanpa membuang waktu ia langsung menghampiri Andrian.

"Dri, kamu pulang? 'Kan kerjaan masih banyak," ucap Nadia modus membuat Rina langsung memutar mata malas.

"Kakak karja aja lagi," ucap Ara tiba-tiba membuat Andrian langsung menoleh lalu menggeleng.

"Menurut kamu gimana, Rin?" tanya Andrian pada Rina langsung menyergit begitu juga Ara.

"Em … ya itu terserah Kakak 'lah, mau mentingin kerjaan atau istrimu yang masih sakit, ya kalo Kakak mau kerja mau nggak mau, aku sama Ara pulang naik angkot," jawab Rina penuh penekanan membuat Andrian langsung tersenyum.

"Yuk sayang kita pulang," ucapnya lalu menggenggam tangan Ara.

"Trus kerjaan kantor?" cegah Nadia lagi membuat Andrian berhenti.

"Aku kerjain di rumah biar di temani sama istriku," lanjut Andrian lalu ia menarik Ara ke mobil.membuat Nadia langsung menatap tajam Rina.

'Ada yang aneh sama Andrian, biasanya dia nggak bela-belain istrinya gini amat,' batin Nadia kesal.

Rina tiba-tiba tertawa membuat Nadia langsung menolah.

"Kenapa kamu?" tanyanya jutek membuat Rina langsung berhenti tertawa.

"Ups … maaf ya kalo kamu kesinggung, tapi kayaknya kamu mending jauhin Andrian deh, sebelum kamu nyesal lebih banyak," ledek Rina. Nadia yang tak terima di ledek langsung melipat kedua tangannya lalu tersenyum miring pada Rina.

"Kalo aku nggak mau, gimana?" tanya Nadia dengan remeh membuat Rina langsung mengangguk.

"O … jadi ceritanya kamu beneran bercita-cita jadi pelakor, bagus 'lah. Aku suka memberantas pelakor," jawab Rina lalu melipat tangannya juga.

Dari dalam mobil, Ara terus memperhatikan Rina dan Nadia yang masih terus ngobol. Ia langsung membuka kaca mobil.

"Rin!" teriak Ara membuat Rina langsung menoleh.

"Kenapa?" tanya Rina membuat Ara langsung melongo.

"Kok kenapa, sih? Kamu mau ikut pulang nggak?" tanya Ara kesal membuat Rina langsung menepuk jidatnya.

"Oh iya lupa, kalian pulang aja, kau mau jalan sama pacarku," jawab Rina berbohong membuat Ara langsung terbelalak dan Andrian tertawa, ia tahu kalo Rina tidak suka sama Nadia sejak awal.

'Pasti dia lagi ngamcem-ngamcem Nadia,' batin Andrian.

"Huh … dasar," kesal Ara.

"Udah biarin aja," ucap sambil terkikik membuat Aira menyergit.

"Kakak kenapa?" tanya Ara, Andrian langsung sadar kemudian melihat Ara.

"Nggak, Kakak cuma ngebayangin aja kita berdua di rumah," jawabnya dengan nada menggoda dan tatapan yang genit membuat Ara langsung bergidik ngeri.

"Apaan sih," lanjut Ara lalu mengalihkan pandangannya ke luar kaca mobil. Tapi Andrian malah mendekatkan tubuhnya ke depan Ara.

"K--kakak ngapain sih, ini tuh di dalam mobil," ucap Ara panik lalu mendorong dada Andrian.

"Berarti kalo di rumah boleh dong," lanjutnya.

"Hah?" Ara kaget membuat Andrian langsung tertawa lalu mulai menjalankan mobil.

"Rileks nggak udah tegang gitu, perjalanan ke rumah masih jauh loh," godanya lagi membuat Ara langsung mengalihkan pandangannya ke jendela.

"Apa sih? Sok tau," ucap Ara ketus, tapi tiba-tiba bibirnya tersenyum begitu aja.

"Jangan senyum-senyum sendiri nanti dikira orang gila," ledek Andrian membuat Ara langsung kembali seperti biasa tanpa melihat Andrian sedikitpun.

"Biarin, orang gila pun kamu nikahi," ucapnya tidak mau kalah.

"Kamu masih canggung banget ya samaku," tebak Andrian.

"Nggak siapa juga yang canggung, nggak ada waktu," lanjut Ara membuat Andrian langsung melongo.

"Oh ya udah, siap-siap aja kamu," ancamnya membuat Ara kembali tegang.

'Mampus Ra, ngapain coba ngomong gitu,' runtuknya dalam hati.

Sampai di rumah, Ara langsung turun dari mobil dan berlari ke dalam rumah lalu mengunci dirinya dalam kamar.

"Huh … selamat," gumamnya pelan sambil bersandar di balik pintu. Andrian yang bingung dengan Ara langsung menyusulnya ke kamar, tapi begitu tangannya memutar knop pintu, pintu tidak bisa di buka.

"Oh, kamu mau kunci-kuncian nih," ucap Andrian dari luar membuat Ara langsung tersenyum puas.

"Iya emang kenapa?" ledeknya, Andrian yang mendengar itu langsung melepas jasnya.

"Kamu mau buka sendiri atau aku dobrak?" ancam Andrian membuat Ara langsung bingung.

"Kalo diam artinya iya, menjauh dari pintu sayang," lanjut Andrian membuat Ara langsung membuka pintu secara perlahan.

Ceklek! 

Baca di aplikasi Joylada sudah mendekati ending, judulnya sama

Jangan lupa kasih like dan follow authornya, biar author makin semangat nulisnya, love you all







Musuhku Penyelamat HidupkuNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ