Bab 11

579 61 9
                                    


***

Senyum Andrian tidak pernah pudar sampai ke pelaminan, sedangkan Ara ia masih bingung. Setelah duduk di pelaminan Andrian menatap Ara, begitupun dengan Ara.

"Aku yang melamar ke sini, bukan Mak yang promosiin kamu. Jadi, jangan salahkan Mak terus," ucap Andrian.

"Ta--tapi, kenapa?" tanya Ara masih belum percaya.

"Karena aku sayang sama kamu," balas Andrian.

"Bohong, semua laki-laki sama saja, bisanya cuma gombal doang," ujar Ara ketus membuat Andrian menaikkan alisnya sebelah.

'Kayaknya traumanya benar-benar akut,' batin Andrian.

"Baiklah, akan aku buktikan, bahwa aku benar-benar sayang sama kamu," ucap Andrian santai.

"Bodo amat," ketus Ara lalu menghadap ke depan.

****

Sore hari, semua tamu sudah pulang tinggallah Ara, Andrian dan Mak.

"Kalian istirahatlah, Nak. Pasti capek seharian," suruh mak yang dibalas anggukan oleh mereka berdua, lalu mereka berdua naik ke atas.

Andrian langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Ara duduk di depan kaca memandangi dirinya yang dibalut dengan gaun pengantin serta make up yang membuatnya seperti bidadari.

10 menit berlalu, Andrian keluar dari kamar mandi membuat Ara langsung berdiri, kemudian melangkah ke kamar mandi, tapi Andrian malah mencekal pergelangan tangannya.

"Apaan sih? Lepasin gak," kesal Ara namun tidak di hiraukan oleh Andrian, ia malah berdiri di belakang Ara, kemudian membuka kancing gaun Ara membuat sang empu kaget.

"Jangan macam-macam, Kak," suara Ara mulai meninggi.

"Shut ... Kakak cuma bantuin kamu lepas gaun ini, karena Kakak tahu kamu gak bakalan bisa buka sendiri," jawab Andrian santai, yang dibalas tatapan tajam oleh Aira.

Setelah selesai, Andrian melepaskankan tangannya, membuat Ara langsung melanggeng ke kamar mandi.

***

Malam hari, Andrian dan Ara hendak tidur, tapi Ara masih mondar mandir. Andrian yang sudah merebahkan tubuhnya di ranjang langsung duduk kembali.

"Kenapa?" tanya Andrian mengagetkan Ara.

"Gak," ketus Ara lalu berjalan ke sofa.

"Jangan tidur di situ, dingin," larang Andrian, tapi Ara langsung menatap tajam ke arahnya.

"Jangan modus, deh. Udah tidur aja," ketus Ara.

"Kamu mau datang sendiri ke sini atau aku gendong?" tanya Andrian serius membuat Ara langsung kaget.

Tanpa membuang waktu, Ara langsung menuju ranjang dengan tatapan yang begitu tajam membuat Andrian langsung menahan tawa melihat ekspresi Ara. Sampai di ranjang ia tidak mau tidur, ia hanya duduk bersandar di sisi ranjang.

"Tidurlah, aku gak bakalan ngapa-ngapain, tanpa persetujuan kamu," ucap Andrian membuat Ara lega.

Ara merebahkan tubuhnya, tidak lupa ia membuat guling di tengah serta boneka beruangnya yang besar sebagai pembatas.

Tengah malam, Andrian terbangun ia melihat Ara sudah tidur, tapi masih mengenakan hijab, dengan perlahan Andrian mengambil guling dan boneka beruang, kemudian di taruhnya ke belakang Ara.

Andrian melihat Ara kepanasan karena mengenakan hijab, perlahan Andrian melepaskan hijabnya dan membiarkan rambut Ara tergerai indah.

Andrian terus memandangi wajah Ara yang sudah sah menjadi istrinya tadi pagi, kemudian Andrian mencium kening dan pipi Ara, lalu tidur kembali.

**

Pagi hari, Andrian bangun terlebih dahulu karena hari ini adalah hari wisudanya. Tanpa membuang waktu ia langsung masuk ke kamar mandi.

Ara yang baru saja terbangun langsung duduk dan meraba kepalanya, Ara melihat hijabnya di meja rias.

"Sial! Beraninya dia menyentuhku," umpat Ara sambil mengecek semua pakaiannya.

Andrian yang baru saja keluar dari kamar mandi, langsung tersenyum melihat Ara sudah bangun, berbeda dengan Ara yang menatap tajam ke arah Andrian.

"Kenapa?" tanya Andrian.

"Ngapain Kakak buka hijabku, apa hak Kakak?!" bentak Ara yang langsung dibungkam oleh Andrian.

"Shut ... jangan teriak-teriak, masih pagi. Tadi malam Kakak lihat kamu sangat tidak nyaman tidur memakai hijab, makanya Kakak buka," jawab Andrian.

"Bohong," bantah Ara yang dibalas senyuman oleh Andrian.

"Nggak, sayang. Oh iya, hari ini Kakak wisuda, kamu nggak mau ngucapin selamat gitu?" tanya Andrian.

"Selamat," jawab Ara ketus, tapi tetap membuat Andrian senang.

"Makasih, kamu mau datang nanti ke acaranya?" tanya Andrian.

"Gak," ketus Ara, kemudian melanggeng pergi ke kamar mandi.

'Aku gak bakalan menyerah untuk mendapatkan hatimu,' batin Andrian, kemudian ia bersiap-siap.

***Di kampus***

Acara wisuda dilaksanakan dengan meriah, Ara yang baru saja sampai di kampus, langsung di panggil oleh mertuanya, yang berada di depan gerbang.

"Ara," panggil bunda Andrian, membuat Ara langsung menoleh ke sumber suara. Ara langsung tersenyum, kemudian berlari kecil menghampiri mertuanya.

"Bunda kok di sini?" tanya Ara.

"Bunda sama Ayah nggak tahu tempat wisudanya di mana," jawab bunda Andrian, membuat Ara tersenyum.

"Ayo, Bunda, Ayah, Ara antarkan," ajak Ara yang dibalas senyuman oleh kedua mertuanya.

Sampai di tempat wisuda, ayah melihat Andrian sedang fokus dengan ponselnya.

"Andrian," panggil ayah, membuat Andrian langsung menoleh ke sumber suara.

Andrian langsung tersenyum melihat Ara datang bersama orang tuanya. Dengan cepat Andrian menghampiri ketiganya, kemudian menyalami tangan kedua orang tuanya, terakhir Andrian memeluk Ara.

"Makasih, sayang. Sudah mau datang ke acara wisuda, Kakak," bisik Andrian, Ara yang masih kaget dengan perlakuan Andrian hanya diam, sebenarnya Ara ingin memberontak, tapi karena ada mertuanya, Ara mengurungkan niatnya.

***Bersambung***

Bantu baca di KBM app ya😊 Jangan lupa kasih vote dan follow authornya 🙏😊

Musuhku Penyelamat HidupkuWhere stories live. Discover now