Bab 14

574 53 7
                                    

***


Sampai di rumah, Ara langsung mencari Andrian, namun hasil nihil.  Ia langsung ke kebun belakang rumah mencari Emak. Sampai di kebun, Ara melihat Emak sedang memupuk sayuran.

"Mak," panggil Ara, membuat emak langsung menoleh ke belakang.

"Kenapa, Ra?" tanya emak bingung, melihat ekspresi Ara.

"Em … Kak Andrian mana, Mak?" tanya Ara hati-hati, Emak yang mendengar itu langsung menyergit.

"Kamu tidak tahu ke mana suamimu pergi?" tanya emak yang dibalas gelengan oleh Ara.

"Sekarang ngapain nanyain dia, bukannya kamu sendiri yang risih dengan keberadaannya," lanjut Mak mulai meneror Ara. Sedangkan Ara, ia hanya diam menahan air matanya.

"Ingat, Nak. Yang namanya manusia punya batas kesabaran, begitupun dengan Andrian, jika suatu saat nanti dia sudah tidak tahan lagi dengan sikapmu, dia bisa saja meninggalkanmu dan Emak gak akan melarang itu, karena Emak tahu Andrian juga berhak bahagia," lanjut Emak, membuat Ara menangis sesenggukan.

"Kenapa kamu menanyakan soal Andrian?" tanya emak sekali lagi, tidak ada jawaban dari Ara, ia terus menangis sesenggukan di depan Emak.

Karena tidak tega melihat putrinya seperti itu, Emak langsung memeluk Ara dan mengusap-usap punggung putrinya, Ara semakin menangis dipelukan Emak.

"Emak tahu Nak, ini bukan keinginan kamu, tapi sikapmu ini sebenarnya masih bisa di ubah, sekarang tergantung kamu mau berubah atau tidak," nasehat Emak, membuat Ara langsung melepaskan pelukannya, lalu menatap Emak sendu.

"Kak Andrian mana, Mak?" tanya Ara lirih, membuat emak kasihan melihat Ara, karena setelah Emak cerai dengan Bapak. Ara selalu ceria, tapi kali ini emak benar-benar melihat kesedihan mendalam di mata putrinya.

"Andrian di Jakarta," jawab emak, membuat Ara langsung kaget.

"K--kak Andrian ngapain ke Jakarta Mak?" tanya Ara gugup membuat Emak langsung tersenyum.

"Andrian ada tugas dari kantor," jawab emak.

"Kenapa Kak Andrian nggak pamit sama Ara, Mak?" tanyanya masih belum percaya.

"Dia bukannya nggak mau pamit, tapi kamu yang nggak mau tahu tentangnya, kamu menghindarinya bukan? Itulah sebabnya Andrian tidak bisa pamit padamu. Buktinya dia curhat sama emak masalah pekerjaannya, Andrian juga pamit sama Emak," jawab emak, membuat Ara langsung meruntuki kebodohannya sendiri.

Malam hari, Emak sudah siap menyajikan makan malam, tapi Emak bingung karena Ara masih belum turun. Tanpa membuang waktu, Emak langsung ke atas memanggil Ara.

"Ara," 

"Iya, Mak," 

"Ayo, makan malam, Nak,"

"Nggak mau, Mak. Ara mau makan sama Kak Andrian aja," 

"Kalo kamu seperti ini, Emak nggak bakalan bujuk Andrian biar cepat pulang," ancam Mak, mendengar itu Ara langsung turun ke bawah.

"Iya udah, Ara makan,"

Selama Ara dan Emak makan, hanya terdengar suara dentingan sendok. Mak yang sesekali melihat Ara, yang tidak berselera makan.

"Mak,"

"Hem,"

"Kak Andrian kapan pulang?"

"Lima hari lagi,"

Ara nampak semakin lesu mendengar jawaban Emak. Sedangkan Emak yang melihat ekspresi Ara sebenarnya kasihan, tapi apa boleh buat, mungkin dengan cara seperti ini Ara bisa benar-benar berubah.

"Mak, Ara udah kenyang, aku ke kamar ya,"

"Iya, jangan lupa ngerjain tugas kuliah," jawab Emak yang dibalas anggukan oleh Ara.

***

Setelah selesai mencuci piring, Emak melihat ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Andrian. Tanpa membuang waktu emak langsung menelpon balik.

[Halo, assalamualaikum, Mak.]

[Walaikumsalam, apa kabar, Nak?]

[Alhamdulillah Andrian baik Mak, gimana dengan Mak dan Ara?]

[Mak baik Nak]

[Ara gimana, Mak?]

[Sepertinya Ara sudah sadar, Nak. Tadi siang Ara nyariin kamu, setelah Emak nasehati dan bilang kamu di Jakarta, Ara menangis sesenggukan. Ia juga nggak mau makan tadi, katanya dia ingin makan sama kamu] terang Emak, membuat Andrian langsung senyum-senyum mendengarnya.

[Ara udah makan belum, Mak?]

[Sudah, Emak ancam tadi. Emak bilang kalo dia nggak mau makan, kamu nggak bakalan Emak bujuk untuk pulang] jawab Emak, membuat Andrian langsung terkekeh.

[Mak, Andrian pengen lihat Ara, kita video call ya Mak]

[Iya, Nak.]

Andrian video call dengan Emak, Emak naik ke atas menuju kamar Ara. Bagitu Emak masuk, Ara sudah tidur sambil memeluk boneka beruangnya, Emak mengarahkan kamera ponsel ke arah Ara.

Andrian yang melihat istrinya sudah tidur langsung tersenyum, Andrian melihat mata Ara sedikit bengkak.

'Good night baby, I love you,' batin Andrian.

Cukup lama emak video call dengan Andrian, kemudian Emak pamit ingin tidur, begitupun dengan Andrian.

***Bersambung***


            

         

Musuhku Penyelamat HidupkuWhere stories live. Discover now