37

379 36 1
                                    

Tanpa sepengetahuan Ara dan Andrian, ternyata Rina memperhatikan dua sejoli tersebut. Begitu Ara berbalik, ia melihat Rina sedang menghadap ke arahnya, Ara langsung melemparkan senyum yang manis.

Bukannya membalas senyuman Ara, Rina malah melambaikan tangannya, seolah memanggil Ara. Dengan senyum mengembang Ara mengangguk sambil berjalan ke arah Rina.

Saat sedang berjalan, Ara menoleh ke samping, ia melihat Nadia sedang tertawa dengan centil bersama senior-senior yang lain.

"Huh ... Wanita itu lagi," gumamnya kesal mempercepat langkahnya.

Begitu ia sampai dihadapan Rina, Ara langsung melipat kedua tangannya di bawah dada seolah-olah menantang.

"Apa?" kata yang pertama keluar dari mulutnya, membuat Rina langsung memutar mata malas.

"Gua baru sadar satu hal tentang kamu," ucap Rina lalu melipat tangannya juga, tidak mau kalah dari Ara.

Ara yang melihat itu langsung mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud Rina.

"Apaan, sih? Buat orang penasaran, deh," kepo Ara.

"Semenjak kamu baik sama Kak Andrian, kamu berubah jadi cengeng, kenapa, ya? Setahu aku dulu kamu itu singa yang sangat galak, tapi kenapa sekarang kamu mudah banget nangis dengan hal-hal yang sepele," terang Rina membuat Ara bungkam, ia juga tidak pernah kepikiran hal itu, padahal dulu ia sangat membenci Andrian.

"Maksudmu apa? Dulu bukannya kamu yang selalu memaksaku untuk baik kepada Kak Andrian, kenapa sekarang kamu yang marah?" tanya Ara balik.

"Aku menyuruhmu baik Ara bukan cengeng," jawab Rina tidak mau kalah.

"Terus sekarang kamu mau aku bagaimana?"

"Kembali ke sifatmu yang dulu," suruh Rina membuat Ara kaget.

"Maksudmu apa?" tanya Ara balik.

"Aku tidak suka Andrian yang sekarang, setelah kamu baik samanya, dia seolah-olah lupa sama kamu. Jadi sekarang aku minta kamu tegas bukan cengeng, jangan cuma gara-gara melihat Andrian dengan Nadia kami jadi cengeng dan murung, paham maksudku sekarang? Sebelum semuanya terlambat Ra, aku gak mau liat kamu terus sedih," terang Rina menasehati sahabatnya tersebut.

Bukannya marah diomeli Rina, Ara malah tersenyum.

"Baiklah tuan putri, aku turuti maumu, kenapa aku baru sadar sekarang, aku hampir mengemis-ngemis cinta pada Kak Andrian," lanjut Ara sambil tersenyum sumringah.

"Pinter sekali, aku nggak mengajarimu durhaka, tapi aku ingin kau juga bisa membela dirimu, jangan karena melihat Andrian dan Nadia, kamu selalu nangis," support Rina membuat Ara terharu.

"Makasih banyak Rin,"

"No problem, oke bye, aku mau ke tenda," kata Rina lalu pergi meninggalkan Ara.

"Eh elah, dia yang manggil, dia yang ninggalin, dasar teman laknat," umpat Ara lalu berjalan ke arah tenda.

'Bener sih apa kata Rina, dulu aku benci cowok, kenapa sekarang aku malah nangis demi cowok,' batin Ara.

***
Setelah semuanya selesai, makanan di hidang semenarik mungkin di depan senior untuk di nilai. Pewakilan satu orang dari tim untuk menyebutkan masakan tim mereka.

Saat tiba di tim satu, dengan semangat Rina yang mewakili teman-temannya.

"Kalian masak apa aja Dek?" tanya salah satu senior pada Rina.

"Kami bikin nasi goreng ala kadarnya sama jus jeruk olahan tangan," kata Rina membuat senior tersebut tertawa.

"Nasi goreng ala kadarnya maksudnya apa Dek?" tanya Andrian.

"Bisa langsung di rasa aja Kak, ini asli tanpa ada micin atau kemunafikan," lanjutnya membuat Andrian terkekeh lalu mencicipi makanannya.

"Em ... Enak," ucap Nadia membuat Rina mengangkat satu alisnya.

"Tanpa ada kemunafikan," jawab Rina.

"Maksudnya,"

"Ya rasa makanan kami 'lah Kak, nggak ada munafiknya," tambah Rina membuat Nadia tertawa.

"Iya ... Iya, enak," sambung Nadia, kemudian mereka lanjut mencicipi makanan yang lain.

Saat tiba di kelompok terakhir yaitu kelompok Ara, dengan semangatnya Ara maju untuk memperkenalkan makanan mereka.

"Kalian masak apa?" kali ini Andrian yang bertanya, belum sempat Ara menjawab, Nadia langsung memotong.

"Dri, itu di bibir kamu kok ada kecap sih, belepotan banget sih," ucap Nadia lalu membersihkan kecap di bibir Andrian dengan tengannya.

Seketika Ara lupa apa yang ingin ia katakan, Rina yang melihat Ara dari jauh langsung memberi kode dengan kedipan mata.

"Masak apa? kok jadi diem," sambung Andrian membuat Ara langsung tersenyum semanis mungkin.

"O iya saya lupa, ini Kak, kami masak mie kesetiaan sama gorengan penggoda," jawab Ara secara spontan membuat Andrian langsung menahan tawa. Sedangkan Nadia langsung memicingkan mata ke Ara.

"Namanya aneh," sambung Andrian.

"Kakak nggak percaya, di coba aja dulu, kalo mie yang di makan biasanya langsung enak dan nagih, coba kalo gorengan pasti ingin di rasai semua bentuk gorengan," terang Ara membuat senior yang lain ikut terkekeh.

"Bener tuh apa yang dibilang sama Adek ini Dri," ucap salah satu senior.

'Kenapa Ara jadi jutek gitu ya, apa dia cemburu?' batin Andrian.

Dari jauh Rina langsung mengacungkan dua jempolnya sambil tertawa.

'Ini belum apa-apa Kak, teruskan saja kemesraan kalian, aku juga bisa,' batin Ara.

Setelah acara masak selesai, pengumuman akan di lakukan di hari terakhir famget, semua mahasiswa kembali ke tenda.

Ara yang baru saja ingin masuk ke tendanya, tiba-tiba mengurungkan niatnya setelah melihat bulan dan bintang yang sangat indah di langit.

Andrian yang melihat Ara masih di luar langsung menghampirinya, lalu menarik Ara ke balik pohon besar. Kemudian ia melipat kedua tangannya di bawah dada membuat Ara bingung. Kemudian Andrian menaik-naikkan kedua alisnya.

"Kakak kenapa?"

"Kamu yang kenapa, emang ada nama makanan begitu hem?"

"Emangnya kenapa? Orang itu fakta kok, lagian setiap orang punya inisiatif berbeda-beda," jawab Ara acuh membuat Andrian tersenyum miring.

"Kamu cemburu?"

Ara langsung memicingkan matanya menatap Andrian lalu tersenyum miring.

"Ogah," ketus Ara kemudian pergi dari hadapan Andrian.

Belum sempat Ara pergi, Andrian langsung menarik tangan Ara.

"Mau kemana?"

"Pacaran ya ke tenda 'lah," ketus Ara lalu melepaskan tangannya dari genggaman Andrian kemudian pergi ke tenda.

Sedangkan Andrian, ia hanya tersenyum melihat kelakuan Ara. Ia tahu istrinya pasti cemburu.

Musuhku Penyelamat HidupkuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora