Bab 30

448 47 2
                                    

***
Keesokan harinya, Andrian berangkat ke kantor dengan sedikit berantakan karena tidak ada lagi yang mengurusnya di rumah.

Sampai di kantor Andrian menjadi sorotan karyawan-karyawan karena dasi yang tidak terpasang dan muka yang sedikit kusut ditambah lagi Andrian tidak menyapa siapapun, ia terus berjalan sampai ke ruangannya.

"Pak Andrian kenapa ya pagi ini, murung banget," ucap salah satu karyawan.

"Mungkin lagi banyak masalah kali,"

"Sudah ... sudah, kalian jangan menggosip, biar saya yang ke ruangan, Andrian," jawab Nadia.

Setelah Nadia pergi beberapa karyawan bukannya diam, tapi makin menggosip.

"Eh, bay the way Nadia itu siapanya pak Andrian, sih? Bukannya pak Andrian sudah menikah bukan?"

"Kurang tau tuh, di bilang saudara nggak mungkin 'kan kayak gitu. Apa istrinya pak Andrian nggak tahu, ya?"

"Kayaknya istrinya pak Andrian nggak tahu tuh, maklum lah kalo orang berjabatan di kantor pasti di buru wanita, apalagi 'kan pak Andrian baru saja berhasil mendapatkan keuntungan yang besar untuk perusahaan,"

"Ah sudahlah, semoga saja Nadia tidak aneh-aneh,"

Seperti itulah gosipan karyawan-karyawan tentang Nadia dan Andrian yang semakin hari semakin dekat.

Sampai di ruangan Andrian, Nadia langsung masuk tanpa mengetuk pintu atau semacamnya karena ia merasa Andrian tidak akan pernah marah padanya.

Andrian yang tidak mengetahui Nadia masuk masih memijit-mijit pelipisnya karena terasa pusing.

"Kamu sakit," tanya Nadia melihat Andrian memijit pelipisnya.

Andrian yang kaget dengan suara Nadia langsung membuka matanya dan menoleh ke sumber suara, Sedangkan Nadia, ia tersenyum manis kepada Andrian.

"Sejak kapan kamu masuk?" tanya Andrian tegas membuat Nadia sedikit kaget, tapi ia tidak peduli.

"Sejak tadi,"

"Kenapa nggak ketuk pintu dulu,"

"Ih, buat apa sih? Biasanya juga masuk nggak pake ketuk pintu segala," Nadia mulai kesal dengan cecaran Andrian.

"Tapi, ini keadaannya berbeda jangan samain dong tiap hari," Andrian mulai kesal melihat Nadia yang suka membantah.

"Kamu kenapa sih? Berantam sama istrimu? Trus, ini penampilan kamu nggak biasanya kayak gini, nggak di urus sama ist-" ucapannya terpotong saat Evan membentaknya.

"Nadia!" suara Andrian mulai meninggi dan berusaha menahan amarahnya.

Nadia yang kaget dengan bentakan Andrian langsung diam dan menatap tidak percaya ke arah Andrian. Pasalnya, ini kali pertama Nadia di bentak oleh Andrian dari sejak mereka kecil.

"Nad, aku minta maaf, dan tolong tinggalin aku sendiri, moodku sedang tidak stabil," Suara Andrian kembali ia turunkan saat sadar ia membentak Nadia.

"Kamu bentak aku, cuma gara-gara istri kamu nggak ngurus kamu, kamu berubah sekarang," kali ini suara Nadia yang mulai meninggi.

"Kamu salah, ini bukan masalah istriku nggak mengurusku, tapi banyak masalah lain dan kamu Nggak akan paham. Jadi, lebih baik kamu keluar karena aku nggak mau libatin kami dalam urusan rumah tanggaku," papar Andrian berharap Nadia tidak ikut campur dengan masalahnya.

"Terserahlah, istri begitu dipertahankan," umpat Nadia masih kedengaran oleh Andrian, tapi Andrian berusaha menahan amarahnya.

Andrian kembali duduk dan menyandarkan kepalanya ke kursi, rasanya baru satu hari ia tidak bertemu Ara, dunianya terasa sepi dan hilang semangat.

***

Di sisi lain, Ara sedang sarapan pagi dengan paman karena Paman buru-buru hendak berangkat ke kantor.

"Nak, Paman berangkat ya, baik-baik di rumah,"

"Iya Paman, semangat kerjanya, Ara bantu do'a," jawab Ara sambil menyalam tangan paman.

Setelah paman pergi, Ara mulai kesepian, ia memainkan ponselnya namun tidak ada satu pesan pun masuk. Ara mengirim pesan pada Rina, tapi masih centang satu.

"Pasti masih tidur si kebo padahal sudah jam 8 pagi," gumam Ara.

Ara juga memeriksa pesan Andrian, apakah ada atau tidak, namun hasilnya nihil, Andrian tidak menghubunginya, ia membuka profil Andrian seketika ia sadar lalu mengeluarkannya.

"Buat apa sih Ra! Bego banget dah, udah tau kak Andrian nggak sayang lagi masih aja di kepoin, dasar!" kesal Ara lalu menjitak kepalanya pelan.

Ara merasa sangat bosan sendirian di rumah, ia memilih menonton film India untuk menghilangkan kebosanannya. Tapi, selama film berlangsung, pikirannya terus menuju ke Andrian.

Ia bangkit dari ranjang lalu berjalan ke meja rias, ia memperhatikan yang menurutnya wajahnya yang terlihat polos dan bodoh.

"Apaan sih Ra, jangan mikirin cowok itu lagi kenapa? Nggak bakalan ada gunanya, cowok sama aja semua," umpatnya Ara pada wajahnya sendiri di kaca.

Musuhku Penyelamat HidupkuWhere stories live. Discover now