Bab 17

608 52 1
                                    

***

Sore hari; Andrian bangun dari tidurnya, tapi dia tidak menemukan Ara di sampingnya dengan cepat dia berdiri, kemudian melaksanakan sholat asar. Setelah selesai, dia turun ke bawah mencari Ara.

Sampai di bawah, Andrian melihat Ara sedang memasak di dapur, dengan pelan dia mendekatinya  kemudian memeluknya dari belakang. Ara yang kaget dengan pelukan di belakangnya langsung menoleh ke belakang.

"Kakak udah bangun?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Andrian.

"Kamu lagi masak apa?" Andrian balik bertanya.

"Ara panasin masakan Mak tadi pagi, soalnya Kakak nggak jadi makan tadi karena ketiduran," jawabnya membuat Andrian mangut-mangut.

Emak yang baru saja selesai sholat, hendak ke dapur, tapi langkah itu terhenti saat ia melihat keromantisan putri dan menantunya, Mak kembali ke kamar.

"Besok kamu kuliah?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Ara.

"Memangnya kenapa, Kak?"

"Gak apa-apa, besok Kakak juga kerja kok," jawabannya membuat Ara tersenyum.

Kemudian mereka makan bersama, Ara sudah mengajak Emak, tapi Emak mengatakan sudah makan duluan sebelum mereka turun.

***

Malam hari; Ara sedang mengerjakan tugas kuliah begitupun dengan Andrian yang sibuk memeriksa email masuk, cukup lama dia berkutat di depan depan laptop, kemudian dia melihat ke arah Ara yang kesusahan mengerjakan tugasnya.

"Ada yang bisa dibantu?" tanyanya membuat Ara langsung menoleh kemudian mengangguk.

Andrian mendekati Ara, kemudian mengambil alih laptopnya dan mengerjakan tugas tersebut, bukannya Ara memperhatikan cara mengerjakannya tugasnya, tapi dia malah memperhatikan wajah suaminya.

Andrian yang menyadari kalau Ara sedang memperhatikannya hanya tersenyum dan pura-pura tidak tahu.

"Cium Kakak, dong," rengeknya yang dibalas pelototan dari Ara.

"Gak mau," ketus Ara.

"Ya sudah, Kakak juga nggak ma-" ucapannya terpotong karena Ara langsung menciumnya, membuatnya langsung tersenyum senang.

"Makasih, Mau dibalikin lagi nggak ciumannya?" tanyanya membuat Ara langsung menunduk karena malu.

Dengan pelan Andrian mengangkat dagu Ara kemudian menciumnya dengan lembut membuat Ara langsung terbuai lalu menutup matanya.

Setelah selesai, Ara membuka matanya, pipinya terasa panas karena malu, Andrian yang melihat itu hanya terkekeh, kemudian menarik Ara kepelukannya.

**

Hari demi hari, rumah tangga Andrian dan Ara semakin romantis. Emak sangat senang dengan perubahan Ara, begitupun dengan Andrian.

Andrian, Ara dan emak sedang berkumpul di ruang tengah sambil menonton televisi, Emak yang sedang asyik ngemil, sambil sesekali melirik Ara dan Andrian.

"Nak Andrian, Ara, Mak boleh minta sesuatu tidak?" tanya Emak tiba-tiba, membuat mereka berdua langsung melihat Emak dengan serius.

"Minta apa Mak?" tanya Ara dan Andrian sama-sama.

"Cucu," jawab emak santai sambil memasukkan kripik ke mulutnya.

Ara yang mendengar itu langsung blushing, sedangkan Andrian dengan susah payah ia menelan salivanya, mendengar permintaan ibu mertuanya.

"Em ... kalo soal itu, Mak tanyain sama Ara aja," ucap Andrian membuat Ara langsung melotot.

"Loh, kok Ara sih, Mak tanyain Kak Andrian aja, enak aja nyalahin Ara mulu," kesal Ara, membuat Emak langsung terkekeh.

"Mak gak mau tahu, itu tanggung jawab kalian berdua," ancam emak, kemudian pergi ke kamar meninggalkan mereka.

"Kamu sih, tinggal bilang iya aja, apa susahnya sih," Andrian pura-pura ngambek, membuat Ara langsung menatapnya tajam.

"Kakak mah, bisanya main nyalahin Ara aja, ya Ara mana tahulah mau jawab apaan," kesalnya sambil memanyunkan bibirnya, membuat Andrian gemas dan langsung menciumnya.

"Jangan cium-cium, Kakak bisanya nyalahin, doang," Ara ngambek, kemudian naik ke atas sedangkan Andrian, dia melongo tidak percaya.

"Perasaan tadi yang ngambek aku, kenapa yang pergi jadi dia," gumam Andrian sambil terkekeh.

Andrian menyusul Ara ke kamar untuk membujuknya, bagitu masuk ke kamar, dia melihat Ara di balkon, dengan segera dia menghampirinya, kemudian memeluknya dari belakang.

"Maaf." lirihnya membuat Ara langsung tersenyum puas, kemudian berbalik, lalu mengangguk dan memeluk Andrian.

"Kalo misalnya Kakak bilang pengen punya anak, apa kamu mau?" tanya Andrian hati-hati.

"Itu terserah Kakak aja, Ara cuma ngikut," jawabnya membuat Andrian lega mendengarnya.

***Bersambung***


Musuhku Penyelamat HidupkuWhere stories live. Discover now