Bab 10

591 52 4
                                    

"Sekarang ayok pulang, kamu mau di sini atau aku antarin pulang?" tanya Andrian.

"Gak, kamu pulang duluan aja. Aku masih banyak urusan dan satu lagi jangan campuri urusanku," jawab Ara jutek membuat Andrian menganga.

"Baiklah, jika kamu mau di sini jangan salahkan aku, kalo nanti akan ada pocong di sampingmu. Dan jika mereka bangun, kamu akan tau sendiri apa yang akan mereka lakukan padamu," ancam Andrian membuat Ara takut kembali.

Ara yang mendengar kata pocong langsung merinding dan memegangi kedua lengannya lalu melihat kedua preman yang pingsan di depannya. Andrian yang melihat itu hanya tersenyum jahil.

'Ternyata kamu takut sama hantu,' batin Andrian.

"Mau ikut gak? Aku buru-buru nih," ucap Andrian berbohong.

"Iya, iya, aku ikut. Anterin aku ke rumah ya," pinta Ara karena takut sedangkan Andrian hanya mengangguk.

"Ok, ayo kita berangkat," ajak Andrian lalu masuk ke dalam mobilnya.

Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan diantara keduanya, Andrian sesekali melirik Ara yang sedang melihat ke luar jendela.

"Kamu ada masalah?" tanya Andrian hati-hati.

"Iya," jawab Ara.

"Kalo boleh tahu, kenapa?" tanya Andrian lagi.

"Mak mau menikahkanku dengan orang yang nggak aku kenal," jawab Ara tanpa melihat Andrian.

"Loh, memangnya kenapa?" tanya Andrian pura-pura polos.

"Ntahlah, aku gak tahu jalan pikiran Mak seperti apa," Jawab Ara.

"Kalo menurutku nih mending turutin aja, karena orang tua pasti tahu yang terbaik untuk anaknya. Lagian kita nggak tahu berapa lama lagi orang tua kita kan selalu ada di dunia ini, patuhilah selagi kamu bisa," terang Andrian membuat Ara diam membisu.

Andrian tersenyum melihat Ara yang tengah melamun memikirkannya. Sementara Ara, ia sedang diambang kebingungan, karena menurutnya ada apa yang dikatakan Andrian itu benar.

"Tapi, aku gak kenal siapa orangnya Kak, bagaimana aku bisa tinggal sama dia?" tanya Ara yang dibalas kekehan oleh Andrian.

"Mak itu bukan anak kecil loh, dia tau yang terbaik buat anaknya, dia nggak mungkin buat anaknya tersiksa, percayalah," terang Andrian membuat Ara kembali bungkam.

Sampai di rumah Ara, Andrian langsung turun dari mobil dan berpura-pura tidak mengenal Mak Ara, sedangkan Mak Ara yang mengerti dengan kode Andrian hanya tersenyum.

"Assalamu'alaikum," ucap Ara dingin, berbeda dengan Andrian yang senyum-senyum.

"Wa'alaikumussalam, kamu dari mana, Nak? Dan ini siapa?" tanya Mak Ara.

"Dari halte, Mak. Ini Kakak senior Ara di kampus namanya Kak Andrian," jawab Ara berbohong yang dibalas anggukan oleh Mak.

"Mari, Nak. Ayo masuk dulu," ajak Mak Ara pada Andrian.

"Tidak udah, Bu. Saya masih ada urusan, kalo begitu saya pamit dulu, Bu," jawab Andrian.

Setelah Andrian pergi, Ara langsung membuka percakapan pada Mak.

"Mak, Ara terima pernikahan yang Mak bilang tadi," ucap Ara tiba-tiba, membuat Mak langsung kaget lalu tersenyum.

"Kamu yakin, Nak?" tanya Mak yang dibalas anggukan oleh Ara.

"Sebenarnya keinginan dari keluarga calon kamu itu, pernikahan kalian dipercepat," ujar Mak yang dibalas senyuman oleh Ara.

"Terserah, Mak. Ara ngikut aja karena Ara tahu Mak pasti memberi yang terbaik buat Ara," jawab Ara membuat Mak bingung dengan sikap Ara.

"Kamu merasa terpaksa?" tanya Mak lagi.

"Nggak, Mak." jawab Ara.

***

Seminggu kemudian. Andrian tidak pernah mengganggu Ara, bahkan Ara tidak pernah melihat Andrian di kampus.

Ara sedang dirias di kamar, sedangkan Andrian di bawah sedang melaksanakan ijab qabul. Ara sama sekali tidak mengetahui bahwa Andrian 'lah yang akan menjadi suaminya.

'Perasaan semenjak kejadian seminggu yang lalu, aku nggak pernah liat Kak Andrian lagi dan sekarang aku menikah pun karena nasehatnya. Tapi, kenapa dia nggak pernah keliatan lagi, apa dia marah samaku karena ku jutek samanya? Ya Tuhan,' batin Aira merasa bersalah

Satu jam telah berlalu, acara ijab qabul telah selesai, sekarang waktunya Andrian menjemput Ara ke kamar.

Sedangkan Ara masih terus menatap dirinya di depan cermin. Ara masih belum percaya, bahwa sekarang ia sudah sah menjadi istri seseorang.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Ara, para perias segera membuka pintu sedangkan Ara masih enggan untuk berdiri dari tempatnya.

Tapi, karena sudah di ajak oleh para perias mau tidak mau Ara berdiri menghampiri suaminya, begitu Ara sampai di pintu, matanya langsung melotot tidak percaya dengan apa ia lihat.

"K--kak," ucap Ara gelagapan karena kaget, sedangkan Andrian hanya tersenyum kepadanya.

"Assalamualaikum, istriku," panggil Andrian membuat Ara semakin bingung, ia terus mematung meliht Andrian meminta penjelasan.

"Nanti aja ceritanya, sekarang kita ke pelaminan, ya," ajak Andrian lalu meraih tangan Ara, sang empu kaget bukan main, Andrian menggenggam tangannya dengan begitu lembut.

Ara hanya bisa mematung, tangannya dingin, pikirannya terus bertanya-tanya. Andrian yang merasakan tangan dingin semakin tersenyum, ia semakin yakin bahwa ini kali pertama Ara di genggam oleh laki-laki.

***Bersambung***

Jangan lupa kasih vote dan follow authornya 😊

Musuhku Penyelamat HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang