Malam Pertama

293 25 0
                                    

"Cium," lanjut Andrian membuat Ara menggeleng.

"Nanti aja, yuk kita makan dulu," ujar Ara lalu melepas pelukan Andrian dan menariknya ke meja makan.

Selama makan, Andrian tidak henti-hentinya menatap Ara dengan tatapan menyeringai, tapi tidak dengan Ara, ia pura-pura tidak melihat dan bersikap biasa saja.

Setelah selesai makan, Ara langsung menyusun menaruh piring ke tempat cucian hendak mencucinya, tapi belum sempat ia menuangkan sabun. Tiba-tiba badannya melayang, digendong oleh Andrian.

"Kak, ngapain sih, aku mau nyuci piring dulu," ucap Ara.

"Nggak butuh alasan dan nggak mau dengerin alasan kamu," jawab Andrian santai lalu membawa Ara ke kamar dan merebahkan di ranjang membuat Ara langsung panas dingin.

"Em … Ara mau ke kamar mandi dulu," elak Ara, tapi Andrian terlebih dahulu menindihnya dan membuat kedua tangannya menjadi tumpuan.

"Dua bulan lagi kamu wisuda 'kan? Kamu hamil sekarang juga udah nggak apa-apa, biar kita punya, baby," ucap Andrian membuat Ara langsung mati kutu, sudah tidak bisa mencari alasan sekarang.

"Em … Kak, tapi-" 

"Tapi apa?" tanya Andrian, tangan Ara terulur mendorong dada Andrian, namun Andrian malah manarik kedua tangannya ke atas dan mengunci pergerakan Ara.

"Kak jangan buat Ara takut ih," ujar Ara karena sekarang ia sudah tidak bisa bergerak.

"Aku nggak nakut-nakutin kamu, kamunya aja yang mau takut sendiri," jawab Andrian santai membuat Ara langsung mengerucutkan bibirnya.

"Tadi 'kan kami sendiri yang bilang ke Nadia kalo malam ini kita mau melaksanakan sunah rosul, ya udah ayo," lanjut Andrian membuat Ara langsung tersenyum lalu mengangguk.

"O iya tapi teringatnya kenapa sekarang kamu sangat agresif ke aku, tiba-tiba aja nyium, padahal dulu kamu nggak mau di cium. Ingat nggak, pertama kali aku cium kamu malah nangis seperti abis di cubit," terang Andrian, Ara langsung memalingkan wajahnya ke samping menahan malu.

"Kakak juga kalo nyium nggak pernah izin, langsung nyambar aja, ya aku gitu juga  'lah, kan ada gurunya," jawab Ara tanpa melihat wajah Andrian.

"Tatap aku dong, biar keliatan nyalinya," tantang Andrian.

"Udah ih," kesal Ara lalu kembali memanyunkan bibirnya.

"Belum juga mulai, udah mau udahan aja," ledek Andrian lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah Ara.

"Apa kamu ikhlas menjadi istriku seutuhnya?" tanya Andrian lembut membuat Ara yang awalnya mengerucutkan bibirnya, perlahan berubah menjadi senyum lalu ia mengangguk pelan.

Tanpa membuang waktu Andrian langsung menyambar bibir Ara dan melepaskan tangan Ara yang tadi ia kunci, detik kemudian hanya mereka yang tahu, mereka melakukan sunah rosul semalaman, malam yang indah dan malam yang panjang bagi pasutri yang baru bisa melakukan sunah rosul setelah banyak perjuangan dan air mata sebelumnya dalam lika-liku rumah tangga mereka yang sudah berumur hampir satu tahun setengah.

Disisi lain, Nadia terus mondar-mandir di kamarnya, ia tidak tahu harus mencari cara apa sekarang.

"Aku benci sekali sama yang namanya Ara, gadis katrok sok-sokan ingin melawanku," umpat Nadia, tangannya terus menghubungi kedua preman suruhan tadi pagi, tapi tidak kunjung di angkat.

***

Pukul 4.00 dini hari, Andrian mulai menggeliat, begitu ia membuka matanya pandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah istrinya yang masih tidur pulas.

Perlahan tangannya terulur menyinggung rambut yang mengganggu wajah Ara, seketika Andrian tersenyum mengingat kejadian tadi malam.

"Ra," panggilnya lambut sambil mengusap keringat yang masih menempel di pelipis Ara, perlahan Ara menggeliat karena terganggu dengan tangan Andrian.

"Eugh," suara itu keluar dari bibirnya, lalu ia berbalik menjadi telentang lalu tidur lagi. Andrian yang melihat itu langsung tersenyum jahil.

Tanpa membuang waktu Andrian langsung menindih Ara, sambil meniup-niup wajah Ara membuat Ara kembali terusik dan perlahan membuka matanya.

Ara langsung terbelalak mendapati Andrian di atasnya, pasalnya mereka tidak mengenakan sehelai benangpun, hanya selimut yang menutupi mereka hingga ke leher.

"Ka--kakak ngapain?" tanya Ara gugup menahan malu, tapi tidak dengan Andrian matanya langsung menoleh ke nakas melihat jam masih menunjukkan pukul 4 pagi, artinya belum subuh.

Tanpa membuang waktu Andrian langsung tersenyum pada Ara lalu ia mencium bibir Ara dan selanjutnya mereka kembali melakukan sunah rosul.

***

Hari menunjukkan pukul 7.30, Andrian sudah siap hendak berangkat ke kantor, sedangkan Ara, ia menolak untuk ikut dan memilih di rumah saja.

"Kamu yakin nggak ikut ke kantor?" tanya Andrian sambil menyisir rambutnya yang masih basah.

"Nggak Kak, Ara mau disini aja istirahat, nggak apa-apa, 'kan?" tanya Ara yang sedang duduk di tepi ranjang membuat Andrian langsung menoleh dan menarik kursi ke dekat Ara.

"Nggak apa-apa, makasih banyak udah mau jadi istriku seutuhnya," ucap Andrian sambil menggenggam tangan Ara lembut, dan matanya terus memperhatikan wajah Ara yang kelelahan.

Ara yang mendengar itu hanya menggangguk sambil tersenyum, ia melepas satu tangannya dari genggaman Andrian lalu beralih ke rahang kokoh Andrian.

"Ah, pasti aku bakal kangen banget sama kamu seharian nggak ketemu nanti," kesal Andrian membuat Ara langsung terkekeh.

"Sore 'kan udah ketemu lagi," jawab Ara sambil tertawa membuat Andrian langsung menarik nafas dalam-dalam.

"Ya udah, kamu hati-hati di sini ya, kalo ada apa-apa langsung hubungi aku. Saranku telpon Rina aja, biar kamu ada temen disini," lanjut Andrian membuat Ara langsung menggeleng.

"Nggak usah, nanti Rina bukannya nemenin tapi ledekin aku terus," tolak Ara membuat Andrian langsung menyergit.

"Ledek gimana? Dia bilang baru malam pertama gitu?" tanya Andrian membuat Ara langsung memukul dada Andrian.

"Nggak usah diperjelas," kesal Ara membuat Andrian langsung tertawa melihat ekspresi Ara yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Udah-udah, jangan cemberut sayang, Kakak pergi kerja dulu ya," lanjut Andrian lalu ia berdiri meraih tasnya, Ara juga berdiri tepat di hadapannya lalu menyalim tangan Andrian.

Tangan Andrian terulur menangkup wajah Ara, lalu di ciumnya kening Ara lembut lalu menjalar ke seluruh wajah Ara, terakhir mendarat di bibirnya.

Setalah selesai, Andrian mengusap rambut Ara lalu tersenyum.

"Hati-hati, Kak," ucap Ara yang dibalas anggukan oleh Andrian.

"Iya sayang," jawab Andrian lalu ia berangkat kerja.

Baca di aplikasi Joylada sudah part 86, gratis

Baca di aplikasi Joylada sudah part 86, gratis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Musuhku Penyelamat HidupkuWhere stories live. Discover now