Di sana dia melepaskan seragam, membuka kaos dan menurunkan bra. Untungnya dia membawa tisu, dia gunakan untuk mengusap dan membersihkan setiap tetes susunya yang berlinang.

Tak!

Hana melotot ketika pintu gudang dibuka. Buru-buru dia bersembunyi di balik tumpukan kursi bekas. Bagaimana bisa ada orang?! Setahunya gudang itu adalah tempat paling jarang dikunjungi. Dalam hati dia berteriak saking tidak mau ketahuan. Betapa tidak? Dia tidak mengenakan baju. Hanya berandalkan seragam dan tanktop dia menutupi bagian dadanya sambil terus merapalkan doa.

"Ngapain lo di situ?"

Deg

Jantung Hana layaknya bom bunuh diri yang siap meledak. Pacuannya sangat kencang, seluruh indranya juga melemas yang membuatnya tidak kuat menopang tubuh.

Hana tambah melotot saat cowok itu mendekat dan melihat kondisinya secara langsung! Cowok itu mematung saat melihat Hana, begitu juga Hana yang mematung memikirkan seorang cowok sedang menatapnya yang setengah bugil.

Derap kaki dari luar terdengar mendekati gudang. Lagi dan lagi Hana melotot tambah lebar. Tanpa aba-aba lengan Hana ditarik, dipepetkan ke tembok di sebelah pintu. Yang menjadi masalah, cowok itu ikut menghimpitnya.

"Tahan napas," bisik Jay, membekap bibir Hana menggunakan telapak tangannya.

Tak!

Pintu gudang dibuka. Memang agak rusak sehingga ketika knopnya dibuka menimbulkan bunyi gaung.

"Nggak ada, kemana sih bos kabur."

"Cari ke lobi coba."

Pintu gudang kembali ditutup, derap kaki itu pun semakin menjauh.

Hana mendorong Jay dengan tubuh bergetar, wajahnya pucat pasi seperti ikan mati.

"Bego! Ganti baju di gudang," tukas cowok berpakaian basket itu. Tak sengaja dia melihat banyak tisu berceceran. Tidak banyak bicara dia mengambil salah satunya. Mata Hana membulat, sontak merebut tisu dari tangan Jay dan mengumpulkan tisu-tisu lain dengan gelagapan.

Namun sangat disayangkan, Jay sudah lebih dulu memegang tisu itu. Jarinya sudah menyentuh tekstur basah dari tisu tersebut. Dan tentu saja dia mengenalnya.

"Lo...." Tatapan mata Jay menajam. Sedangkan Hana semakin memucat, dia mengeratkan kain yang menutupi dadanya agar tidak terjatuh.

Mereka saling tatap menatap dalam beberapa detik, sampai Hana merasa cukup lelah dengan situasi. Dengan wajah penuh permohonan Hana melontarkan satu kalimat.

"Gue mau pake baju, gue mohon lo keluar, ya?"

"Berapa bulan?" Dia malah bertanya hal tak masuk akal.

"B-berapa bulan apanya?"

"Anak lo, usianya berapa bulan?"

Hana membatu, menjadi gagap, sesak napas lalu membatu lagi. Terlalu membuatnya kaget luar biasa.

Perhatian Hana tercuri pada seragam di lengannya. Basah lagi! Itu artinya air susunya keluar lagi!

"Netes."

Lagi dan lagi Hana dibuat sesak napas. Pasalnya cowok itu dengan sangat gampang menunjuk lantai dimana asi Hana bercucuran. Benar-benar memalukan! Bahkan Hana tidak tahu mau diletak dimana lagi wajahnya.

"G-gue mohon, lo keluar dari sini."

Dia bergeming, fokus menatap lantai yang meneteskan banyak air. Kemudian bergumam lirih. "Haus."

H-haus?

Harusnya dia keluar untuk membeli minum, nyatanya dia masih berdiri di pijakan tanpa bergerak sedikit pun. Hana kalang kabut, dia tidak bisa keluar dengan kondisi tidak memakai baju, dia juga tidak bisa mengenakannya di sini. Lantas, apa yang bisa dia lakukan?!

"Haus," katanya lagi, kali ini berjalan mendekati Hana.

Pupil Hana membesar. "L-lo mau ngapain?"

"Gue laper," tegas cowok itu.

"K-kalau laper ke kantin! Ngapain deket-deket, ha!" Hana berniat kabur, namun tangannya lebih dulu dicegat dan tubuhnya dihempaskan ke dinding. Ada rasa ngilu karena pinggangnya menubruk besi baja, tapi perhatiannya kembali tertuju pada cowok berwajah tajam di hadapannya. Hana mengeratkan seragam yang menutupi dadanya. "G-gue mohon jangan." Perlahan Hana menangis. Seluruh tubuhnya berguncang hebat.

Pada saat itu Jay menghentikan langkah untuk mendekat.

"Jangan apa-apain gue, gue nggak bersalah apapun." Hana meringkuk jatuh, menangis terisak dengan bahu bergetar.

Perlu beberapa menit gudang diisi oleh tangisan Hana, sampai Jay menghela napas berat kemudian pergi begitu saja meninggalkan dirinya.

Di saat itulah Hana menghentikan tangis. Mendengar derap kaki mulai menjauh, buru-buru Hana memakai bra, tanktop dan juga seragamnya yang sudah basah total. Tidak apa, yang penting dia sudah menggunakan pakaian lagi.

°°°

Vote juseyo~

Vote juseyo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang