BAB 21 - Mengumpulkan Kejanggalan

Start from the beginning
                                    

"Kanae?" Murid itu menaikkan sebelah alisnya.

"Apa kau tidak mengenalnya?"

Murid perempuan yang dipanggil dengan nama Harada tadi menggeleng.

"Harusnya kau mulai menyelusuri jejak masa lalumu, Harada. Permainan kedua segera dimulai." Guru tersebut membalikkan badan. Dia kembali ke meja guru dan merapikan buku-bukunya lagi. Setelah itu, dia segera melangkahkan kaki pergi dari kelas yang dihuni oleh makhluk-makhluk tidak peka tersebut.

"Gila, Pak Franz itu kenapa sih? Gaje banget." Gadis yang duduk di sebelah Harada mulai mengoceh.

~~~

Pukul 5 sore kurang.

Eliza memutuskan untuk menunda pergi ke rumah sakit. Dia cemas akan mamanya, dia cemas akan kakaknya, tapi mau bagaimana lagi, si kembar bilang kalau ini pertemuan yang penting. Sepertinya mereka ingin mengatakan sesuatu.

Dean dan Eliza sudah menunggu di salah satu sofa panjang yang biasa mereka tempati. Sekali lagi, suasana kafe tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa gadis yang tengah berbincang-bincang dan abang-abang ojek online yang sedang beristirahat. Jangkauan mereka cukup jauh dari Dean dan Eliza. Untuk yang ke sekian kalinya, lagu "Fly Me To The Moon" diputar di sana. Bukan dengan nada modern, tapi dengan nada klasik yang dibawakan oleh Julia London. Itu adalah lagu kesukaan Eliza dan juga teman masa kecilnya, Vicky. Dahulu, mereka sering memutar lagu itu di radio, lalu menari-nari bersama di halaman. Ah, masa kecil memang selalu terlihat membahagiakan.

Dean dan Eliza hanya menatap kopi hitam yang tenang di dalam gelas. Mereka tidak berbicara apapun. Semuanya sedang terguncang dan lelah.

Pukul lima kurang satu menit. Andri dan Andre sudah muncul. Mereka berdua menggunakan jaket kotak-kotak berwarna hitam biru serta kaos berwarna hitam polos dipadukan dengan jeans berwarna senada.

"Lama sekali nggak jumpa, Kak." Andri dan Andre melambaikan tangannya serentak.

Di belakang mereka ada seorang pria bertubuh besar dan tinggi. Dia mengenakan jaket kulit berwarna coklat mengkilap dan celana hitam. Pria itu tersenyum menatap Dean dan Eliza.

"Detektif Fenil!" Dean bangkit dari posisi duduknya. Begitu juga dengan Eliza. Mereka ingin menyambut kedatangan pria yang terlihat begitu berwibawa tersebut.

Detektif Fenil tersenyum. "Apa kabar, Dean?" Lalu dia melirik Eliza. "Ini pasti, Eliza Harada."

"Saya baik-baik saja," jawab Dean.

Eliza terpukau dengan Detektif Fenil. Kehadiran Detektif Fenil seakan menghadirkan energi positif di sekelilingnya. Jelas bahwa dia adalah pria yang meneduhkan. Mungkin suatu saat ketika si kembar sudah dewasa, mereka akan menjadi seperti ayahnya. Mungkin lebih, sebab dilihat dari sisi manapun, Andri dan Andre itu sangat memukau.

"Kalian pasti lelah, maaf ya karena telah meminta bertemu." Detektif Fenil duduk di salah satu sisi sofa. Andri dan Andre duduk di sisi kanan dan kirinya. Sedangkan Eliza dan Dean duduk di depan mereka.

"Tidak apa-apa. Kami nggak lelah kok," kata Dean.

Dari tadi, Eliza masih diam. Dia belum pernah berbincang dengan Detektif Fenil. Dari dulu, dia hanya bisa memperhatikan Detektif Fenil dari kejauhan ataupun dari media masa saja.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now