29 ÷ π × 22 ÷ 7

147K 28.1K 15.8K
                                    

a/n:

NANGIS BGT AKU LOLOS SBM PILIHAN PERTAMAAA!😭😭😭

makasih yaa semuaa atas dukungan dan doa-doa baik kalian, huhu. maaf aku baru bisa kembali nulis sekarang, dan maaf kalo banyak kekurangan di bab iniii. btw siapa aja yang kangen?😭😭😭

oiya, sengaja naruh notes di depan karena aku pengen kasih disclaimer, mulai bab ini dan seterusnya, bacanya dengan pikiran lebih terbuka dari biasanya yaa. apa pun sisi gelap dari A+, tolong jangan ditiru, ambil yang terang-terang aja, oke?

enjoy!

.

Tenang.

"Anjirrr dia lagi nih biang keroknya?"

"Gue udah curiga dari waktu dia nonjok Kenan."

"Serem amat sampe nyabotase segala!"

Ale merasakan jantungnya berdegup kencang, adrenalin merayapi ujung-ujung arteri, menyentuh neuron otak, siap meledak. Darah berkumpul di kepalanya, menyisakan jemari dan organ tubuh lain beku, sementara oksigen menolak masuk ke paru-paru.

"Adinda Aletheia."

Suara tegas Bu Nadia terdengar di antara desas-desus.

"Dengan berat hati, Ibu terpaksa menghukum kamu karena dugaan sabotase soal TO Mandiri 5."

Jantung Ale berdentum karena emosi. Gadis itu berdiri, jemarinya terkepal erat.

"Atas dasar apa Ibu menuduh saya terlibat?"

Suara Ale belum pernah segemetar itu.

Bu Nadia tampak lebih tegang ketika menjelaskan, "Kamu sudah lihat sendiri tayangan barusan. Hoodie yang ada di video CCTV sama dengan hoodie yang kamu kenakan sekarang."

"Jadi maksud Ibu, hoodie yang saya kenakan ini cuma diproduksi satu di seluruh dunia?" Nada Ale, perlahan tapi pasti, mengeras. "Ibu sudah cek ada di mana saya waktu penyabotasean itu berlangsung?"

"Bu Nadia, boleh saya minta izin bicara?"

Suara itu datang dari dua baris di belakang Ale. Tapi bahkan tanpa perlu berbalik, Ale sudah tahu siapa yang menyela. Dia memutar tubuhnya cepat.

Aurora Calista berdiri dari kursinya dalam satu gerakan elegan. Matanya menatap Ale lurus-lurus, dan sudut bibirnya tertarik ke atas.

Tersenyum puas.

"Saya setuju kalau hoodie berwarna hitam yang dikenakan pelaku adalah pakaian yang sudah sangat universal dan tidak mungkin hanya satu orang yang punya."

Gadis itu mulai bicara dengan nada paling manis di seluruh dunia.

"Tapi kalau kita mau mempersempit kemungkinan yang ada, Ibu bisa lihat ke seluruh aula ini, memangnya ada berapa murid yang mengenakan hoodie warna hitam?"

Nada manis yang beracun.

"Saya rasa tidak ada, karena ini masih jam sekolah. Tata tertib jelas-jelas melarang siswa mengenakan atribut selain seragam di jam sekolah, dan kita tahu siapa yang paling sering melanggar peraturan tersebut."

Ale merasa darahnya yang sedaritadi berusaha ditahan kembali menggelegak. Tidak ada yang bisa menyenggol emosinya lebih kuat dari vokal memuakkan itu.

"Jadi kalau pelaku sabotase mengenakan hoodie hitam di jam sekolah, satu-satunya kemungkinan yang tersisa cuma Ale."

Tidak ada yang bisa membuatnya lepas kendali semudah senyum provokatif Aurora.

A+Where stories live. Discover now