2 × 2 + 8 - 10

311K 40.1K 4.4K
                                    

.

Ale menendang pintu kamarnya sampai terbuka dengan bunyi memuakkan. Jemarinya mencomot sebungkus besar snack dari dalam ransel sebelum membuang benda malang itu ke bawah meja belajar yang ditumpuki sekitar sembilan belas buku kumpulan soal UN.

Tanpa repot-repot ganti baju, gadis itu hanya menarik lepas ekor kudanya, membiarkan helai-helai hitam bercampur ungu metalik tergerai bebas, sebelum menyambar laptop dan membawanya ke tempat tidur.

Drama favoritnya baru saja selesai diunduh kemarin, sehabis membajak kata sandi Wi-fi milik tetangga. Ale menyandarkan punggungnya ke bantal, menikmati tontonan itu sembari sesekali mengunyah snack gratis dari minimarket depan sekolah.

.

bab dua

rahasia

.

"KAAIII!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"KAAIII!"

Suara Karin nyaris menggema di lorong SMA Bina Indonesia. Cengiran khasnya adalah hal pertama yang Kai lihat begitu melangkahkan kaki di pintu gerbang. Hari ini hari Sabtu, sekolah libur, tapi anggota ekskul Olimpiade harus datang untuk berlatih.

Sebenarnya bukan Kai ataupun Karin yang ikut ekskul itu, tapi justru Saski. Cuma Saski yang rela ikut ekskul mengerikan semacam Olimpiade demi sekelas sama Dika, cowok terpintar di angkatan adik kelas.

"Heh, Dika mana mungkin mikirin cewek? Paling-paling kalo lo deketin, malah dinasihatin balik. Aduh Kakak kan udah mau UN, belajar lah!"

Gelegak tawa memenuhi ruang klub Olimpiade yang sudah kosong. Karin, Kai, dan Saski kini duduk di tiga bangku paling depan. Mereka masih menunggu Thalia yang katanya lagi kena macet. Rencananya, hari ini mereka mau refreshing alias jalan-jalan bareng, sebelum besok Minggu menekuni materi untuk try out hari Senin.

Kai masih tidak percaya dia sudah harus ikut try out padahal baru masuk beberapa hari, tapi namanya juga SMA Bina Indonesia? Sesuai tagline-nya: SMA Bina Indonesia, SMA Terbaik di Nusantara!

Konon tidak ada perguruan tinggi yang menolak siswa lulusannya. Alumni-alumninya juga jadi tokoh-tokoh berpengaruh. Mungkin itu alasan Mama ngotot pindah ke kota ini dan mencari rumah juga dekat-dekat sekolah ini.

Beruntung Kai bisa lolos ujian masuknya, padahal katanya ujian masuk untuk murid baru itu soalnya susah-susah. Memang bukan asal lolos sih, Kai sendiri harus belajar dua bulan non-stop.

Tapi dia tidak menyesal, karena begitu masuk, Kai menyaksikan sendiri kenapa sekolah ini disebut sekolah terbaik. Fasilitasnya memang tidak main-main. Kelihatan sekali kalau sekolah berkelas.

"Eh, tapi kemarin gue lihat lo jalan kaki pas pulang sekolah. Rumah lo deket sini, Kai?"

Pertanyaan Karin membuyarkan lamunan Kai. Gadis itu mengangguk. "Deket banget, malah. Mau main?"

A+Where stories live. Discover now