16 × 0! - 0%

168K 28.3K 6.8K
                                    

.

"Udah denger belom, kalo Kai ranking 1 lagi, katanya Ramdan mau nraktir sekelas?"

"Serius lo?"

"Ya kali gue nyebar hoax?"

"Gilaaa, kalo Ramdan yang traktir pasti mantap tuh!

"Gimana nggak mantap? Bokapnya jenderal cuy!"

"Wah, lo harus ranking 1, Kai!"

"Nah, iya! Kasihanilah temen-temen lo yang butuh makan gratis ini."

Kai hanya bisa nyengir menanggapi ocehan teman-temannya. "Sedih amat gue stres belajar cuma biar lo pada bisa traktiran?"

Karin, Saski, dan Thalia terkekeh.

Saat ini mereka berempat sedang berdiri di salah satu koridor utama, beberapa meter dari papan pengumuman. Peringkat dan skor TO Mandiri 4 akan ditempel sebentar lagi.

Kai sudah mengecek jam tangannya tiga kali berturut-turut. Mau tidak mau dia harus mengakui, dia memang merasa sedikit gugup.

Meskipun gadis itu sudah mengerjakan soal TO-nya dengan segenap jiwa raga, entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa performa Re pasti lebih baik. Laki-laki itu terlihat sangat santai selama empat hari kemarin, sama sekali tidak terlihat stres seperti Kai atau anak-anak nol satu yang lain.

Gadis itu menghela napas singkat.

Yah, dia lumayan bersyukur taruhan yang diajukan Re tidak terlalu berat. Kalau kali ini Kai kalah, dia hanya perlu tutup mulut soal Jo. Lagipula sejak awal Kai juga tidak berniat menceritakan apa-apa soal gadis kecil di rumah sakit itu.

Walaupun tidak bisa dipungkiri, dia memang merasa sedikit penasaran.

Kenapa Re memintanya menyimpan rahasia soal Jo? Apa laki-laki itu tidak mau orang-orang tahu kondisi adiknya? Memangnya apa yang akan terjadi kalau rahasia itu bocor ke publik?

Spekulasi-spekulasi tentang Re membuat Kai semakin larut ke dalam pikirannya. Gadis itu baru tersadar kembali ketika Saski menyikut pinggangnya.

Ternyata Pak Rahmat sudah muncul dari arah tangga. Beberapa lembar HVS dan selotip digenggam di tangannya.

Murid-murid yang tadinya sibuk bertukar gosip di sepanjang koridor otomatis berdiri, mulai bergerombol di dekat papan pengumuman. Seperti biasa, para ketua kelas ada di barisan depan, membukakan jalan.

Pak Rahmat tersenyum spontan melihat antusiasme itu. Guru Matematika itu segera menempelkan lembar demi lembar ke papan.

Kerumunan semakin merapat. Murid-murid mulai berdesakan dan saling dorong. Kai langsung berjinjit dari tempatnya berdiri. Dalam situasi seperti ini, tinggi badannya sedikit memberi manfaat. Gadis itu menyipitkan matanya untuk benar-benar melihat hasil pemeringkatan.

1. Re Dirgantara (XII MIPA 2) 98,65

Jantung Kai serasa mencelos.

2. Kalypso Dirgantari (XII MIPA 3) 95,99

3. Adinda Aletheia (XII MIPA 1) 94,43

4. Aurora Calista (XII MIPA 1) 93,77

5. ...

Gadis itu berhenti berjinjit. Membiarkan orang-orang yang mendesaknya lewat ke barisan depan. Perasaannya sedikit kecewa.

Kai mendesah.

Ternyata benar dugaannya. Walaupun dia sudah belajar mati-matian, Re tetap saja tidak semudah itu untuk ditaklukkan.

A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang