(20% + 80%) × 20

160K 27.8K 3.7K
                                    

.

"W-woi, gue nggak bisa napas!"

Kai segera melepaskan pelukannya, nyengir kuda. Cowok di hadapannya menggeleng, mengacak-acak rambut Kai dengan gemas.

"Lo nggak tinggi-tinggi aja, nyet."

Kai mengerucutkan bibir, memukul lengan cowok itu pelan. "Kebiasaan! Sekali-kali muji gue kek, jangan ngeledek mulu."

Cowok itu ketawa. "Mau muji apaan? Nggak ada yang bisa dipuji."

"Sialan." Kai ikut ketawa. "Tapi lo beneran udah boleh pulang, kan? Bukannya kabur?"

"Enak aja kabur," gerutu cowok yang lebih tinggi itu. "Lo telat sih tadi, nggak denger waktu dokternya nyuruh gue pulang. Lama amat naik liftnya."

Seiringan denting bel tiba-tiba berbunyi di kepala Kai.

"Eh.. itu." Gadis itu otomatis memutar tubuh, celingukan mencari sosok yang tadi jelas-jelas bersamanya. "Tadi gue ketemu temen sekolah.."

"Temen sekolah?"

Cowok itu mengulangi, ikut memperhatikan sekitar. Kemudian matanya tidak sengaja jatuh pada laki-laki berkaos hitam di dekat lift yang menatap lurus ke arah mereka. Jemarinya refleks menahan lengan Kai.

Gadis itu berbalik, menoleh bingung.

"Kenapa?"

Si cowok kelihatan ragu.

"Temen lo.. bukan Re Dirgantara, kan?"

.

bab 20

flashback

.

Pada detik ketika mata mereka bertemu dari kejauhan, Re langsung tahu ada sesuatu yang tidak beres.

Kalau mereka belum pernah bertemu sebelumnya, tentu si cowok asing itu tidak akan terkejut begitu melihatnya. Re berusaha memutar otak sembari mempertahankan ekspresinya tetap datar, tapi sekeras apa pun usahanya berpikir, dia tetap tidak punya ide mengenai identitas cowok jangkung itu.

Apa mereka pernah bertemu sebelumnya? Salah seorang dari anggota geng yang tempo hari dia hajar? Jelas bukan.

Lalu siapa?

Re akhirnya melangkah mendekat, membuat Kai menoleh ke arahnya. Gadis itu kelihatan sedikit bingung, matanya bolak-balik beralih di antara Re dan si cowok tinggi.

"Err.. Re, ini kakak sepupu gue. Io."

Io?

Nama itu kedengaran sedikit familiar di telinga Re. Dia mencoba mengingat-ingat lagi—

"Yo.. ini temen sekolah yang tadi gue ceritain."

Re mengangkat alisnya sebelah. Kai tidak menyebutkan namanya, berarti jelas si cowok hoodie merah sudah tahu duluan tentang Re. Tapi bagaimana bisa?

"Io." Laki-laki itu mengulurkan tangan. Sekilas ada sesuatu dalam nada suaranya yang mengusik Re.

Re menjabat tangannya, memastikan tatapan mereka berdua bertemu. "Re."

Keheningan kemudian terbit, menciptakan suasana canggung. Kai bergantian melirik dua cowok di depannya.

Sampai akhirnya Io membuka suara lagi, tapi kali ini bukan ditujukan pada sepupunya. Kalimat itu jelas ditujukan untuk Re.

"Gimana? Masih suka tawuran?"

Dan saat itu juga, akhirnya Re sadar siapa laki-laki yang berdiri di hadapannya.

A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang