15 : 15 × √225

163K 28.6K 9.2K
                                    

.

"Makasih banyak Ken, hehe."

Senyum Kenan diulas waktu Kai akhirnya turun dari jok motor. Gadis itu berdiri canggung di depan rumahnya dengan rambut dicepol, kaos pendek dan overall denim, serta setumpuk buku Trio Detektif di antara kedua lengan mungilnya.

Yah, mau tidak mau harus Kenan akui juga— Kai dalam mode malu-malu ini terlihat sedikit manis.

"Nanti kalo udah selesai baca.." Gadis itu meneruskan, menggumam kecil seperti tidak rela. "..langsung gue balikin kok."

Kenan tertawa spontan. Matanya melirik jail. "Sebenernya sih gue udah nggak butuh.."

"JADI BUAT GUE YA?" Pandangan Kai tiba-tiba berbinar.

Kenan mendengus geli. "Enggak ah," ledeknya. "Balikin aja biar kita ada alasan ketemu lagi."

Pipi Kai langsung memerah. Gadis itu sedikit menundukkan kepalanya. "Nyebelin lo."

Kenan tertawa lagi. "Yaudah, sana masuk. Katanya udah nggak sabar baca."

Kai mengangguk semangat. "Oke! Sekali lagi thanks ya. Lo baaikk banget deh!"

Kenan tersenyum lagi. Laki-laki itu mengawasi sementara Kai berjalan masuk rumah dan akhirnya menutup pintu depan. Motornya segera dinyalakan kembali. Kenan memutar balik dan bergegas pulang.

Tidak butuh waktu lama, karena jarak rumah mereka memang cukup dekat. Laki-laki itu masih sedikit tersenyum waktu membuka gerbang dan memasukkan motor. Kenan mematri langkah, menaiki tangga menuju kamarnya. Tapi ternyata sudah ada orang lain di situ.

"Sejak kapan lo kenal Kai?"

Adalah pertanyaan pertama Ale.

.

bab 15

the plan

.

Kenan tidak pernah melihat Ale seserius itu sebelumnya.

Biasanya gadis itu memang jarang mengekspresikan perasaannya, tapi Kenan selalu bisa membaca emosi Ale. Kapan pun dia sedang marah, sedih, atau terganggu, Kenan akan segera sadar. Tapi kali ini Ale menyembunyikannya dengan sangat baik.

Gadis itu duduk di tepi tempat tidur, dalam balutan celana pendek dan hoodie favoritnya. Matanya menatap Kenan lurus-lurus dan alisnya sedikit tertekuk, seolah berusaha mencari tahu sesuatu. Seolah berusaha mendeteksi laki-laki di depannya akan berbohong atau tidak.

"Sejak kapan lo kenal Kai?"

Kenan mengangkat alisnya sebelah mendengar pertanyaan itu. Dia meletakkan kontak motor di atas meja sebelum menyahut ringan. "Belum lama ini. Kenapa?"

"Belum lama ini tapi udah lo ajak ke rumah?"

Sarkasme Ale membuat Kenan spontan tertawa. "Jangan cemburu gitu dong, Ale sayang." Laki-laki itu menyandarkan punggungnya ke kursi putar, menariknya hingga cukup dekat ke tempat tidur. Cengiran khasnya yang biasanya digunakan untuk menggoda Ale segera muncul.

"Lo kenapa sih?" canda Kenan. "Masih siang gini, jangan serem-serem itu muka."

Ale tidak menanggapi candaan laki-laki di depannya. Gadis itu justru melipat kedua lengannya di dada. "Lo tau kan besok hari apa, Ken?"

Kenan perlu dua detik untuk pura-pura berpikir. "Hari apaan emang? Anniv kita?"

"Nggak usah pura-pura bego." gertak Ale.

A+Where stories live. Discover now