44 × 1/π + 90 ÷ 3

151K 29.3K 28.7K
                                    

Katanya, untuk seseorang yang bukan profesional, 60 detik adalah perkiraan waktu maksimum manusia bisa bernapas ketika tenggelam. Karena setelah itu, air akan mulai mengaliri tenggorokan dan membuat paru-paru sepenuhnya terendam. Tidak lama, sekeliling akan terasa sangat hening dan sekitar akan terkesan sangat gelap. Kemudian perlahan-lahan, otak akan kehilangan oksigennya, dan jantung tidak lagi mendapat perintah untuk berdetak. Yang tersisa hanya tujuh menit menuju ambang kematian.

Di sana lah Kenan, berdiri dengan seluruh tubuh basah kuyup, gemetaran.

Tujuh menit terakhir Kia sudah habis.

.

bab 44

amerta

.

"Lo nggak akan sadar kita anak kembar."

Kai sudah membayangkan pemakaman dengan nisan berjajar, di mana Kenan akan berlutut dan membersihkan tanahnya dari tanaman liar seperti yang dulu biasa gadis itu lakukan pada makam Papa. Tapi Kai segera sadar pemakaman bukan tujuan mereka waktu Kenan mengebut keluar area Jakarta dan membelok di dataran terjal.

Kai tidak begitu suka pantai.

Pantai baginya selalu hamparan pasir luas, air asin dingin, terik matahari, dan keramaian yang tidak perlu. Tapi pantai yang satu ini entah kenapa kosong, seolah orang-orang menghindarinya karena sesuatu.

"Namanya Kia."

Kenan memulai ceritanya sementara mereka berdua berjalan di atas butir-butir pasir dengan kaki telanjang.

"Gue peringkat terakhir di kelas, dan dia yang pertama."

Ombak sedang tenang dan di ufuk cakrawala matahari tenggelam.

"Tapi tribun penuh setiap kali gue turun ke lapangan. Pensi pecah setiap kali band gue main. Cuma, ya... ayah-bunda dulu dokter bedah. Atlet atau musisi mana ada harganya?"

Rasanya seperti sesuatu dalam diri Kenan perlahan turut padam.

"Sedangkan dia bakal bawa pulang emas di setiap olimpiade, bakal jadi mentor buat lima belas junior sekaligus di pekan karya tulis ilmiah, bakal naruh kertas ulangannya di meja makan setiap pulang sekolah."

Laki-laki itu tanpa sadar mendengus.

"Selalu 100."

Kai menoleh.

"Dan gue selalu hancur."

.

"Maksud lo apa sih, Ki? Sengaja?"

Kia memejamkan mata waktu Kenan menarik lengannya persis setelah mobil Ayah menghilang di tikungan. Parkiran pukul enam pagi masih sepi dan gadis itu ketakutan.

"Sengaja lo laporan nilai ulangan, biar gue disuruh keluar dari tim inti? Gila ya lo!"

"Ken, lepas, sakit—"

"Egois."

Kia menundukkan kepala, menahan sakit di lengan dan di hatinya. "Gue.. gue belajar dua minggu buat ulangan itu," jawabnya lirih. "Kenapa egois kalo gue cerita pencapaian gue ke orang tua sendiri?"

"Ya egois kalo pencapaian lo ngerugiin orang lain!"

Air mata Kia merebak seketika. "Tapi.. tapi gue udah nawarin buat belajar bareng, kan? Gue selalu nawarin buat ngajarin bagian yang lo nggak ngerti tapi—"

A+Where stories live. Discover now