48-Step Forward

116 30 1
                                    

“Tidak.”

“Tapi, Rieー“

“Kumohon, Evie. Apa kau tidak paham seberapa besar rasa bersalahku karena kau sekarat tempo hari karena aku?”

“Sudah kubilang soal itu—ー"

“Selamat siang, maaf mengganggu perdebatan kalian, nona-nona,” Fyn berujar setelah melewati ambang pintu, menjeda sejenak perdebatan saling sahut di ruangan dengan ranjang-ranjang berjejer yang hanya terisi satu. “Tapi kalian berdua perlu makan. Tidak, Rieーberhentilah mengelak dengan alasan kau sudah kenyang hanya dengan dua cangkir teh. Dan jangan coba-coba, Evieーjustru karena kau sedang dalam masa pemulihan maka kau harus menjejalkan makanan ke mulut pahitmu itu.”

Rieーterpaksaーmenerima nampan yang disodorkan Fyn karena elakannya sudah dipatahkan bahkan sebelum terucap. Pun Evie yang menyempatkan bersungut-sungut ketika menyambut malas nampan lain dari Fyn. Pemuda pemanah itu menyeringai puas mengawasi gerakan sendok kedua gadis di depannya ituーwalau di sudut hatinya bertanya-tanya bagaimana ia merasa dirinya menjadi pengasuh dadakan dua gadis tabib itu.

“Jadi?” tanya Fyn membuka kembali sesi perdebatan yang tertunda karena keharusan sarapan, mempersiapkan diri jika seandainya ditarik menjadi peserta debat maupun ditodong menjadi hakim. “Apa yang membuat kalian terlalu bersemangat beradu mulut bahkan sebelum makan siang?”

Mengabaikan sarkasme yang tak pernah tidak menyebalkan dalam cara bicara Fyn, Evie mengambil posisi untuk menyahut pertama dengan cepat. “Rie ingin mencuci otakku.”

“Hah?!”

“Jangan melebih-lebihkan, Evie. Aku cuma ingin mengunci ingatanmu tentang identitasku yang sudah kau ketahui.” Rie menyela keterkejutan Fyn dengan jengkel, “Aku tidak ingin Evie terlibat lebih jauh lagi. Sudah cukup sekali kemarin dia sekarat diracuni Black Magic gara-gara bersangkutan denganku.”

“Diracuni Black Magic?” Fyn mengulangi kalimat Rie yang menarik perhatiannya.

Rie mengangguk, “Evie dijebak oleh Assassin yang menyamar dan berpura-pura butuh pertolongan Evie. Setelah itu dia dibuat pingsan dan entah dengan cara apalah itu disusupi partikel Black Magic yang meracuni organ-organ tubuhnyaーitulah sebabnya kondisi Evie sangat kritis sampai sekarat kemarin walau tidak ada luka luar yang parah sedikit pun.”

Fyn mengangguk-angguk mencerna penjelasan Rie, “Si Assassin itu …  terbukti sudah dia komplotan penyihir Black Magic yang ingin melenyapakanmu, ya?”

“Tapi memangnya kau yang berhak memutuskan?” Evie menyergah cepat.

Rie menoleh dan menatap tajam Evie, gurat letih masih terukir di wajahnya. “Kumohon mengertilah, Evie. Ini semua demi kebaikanmu sendiri.”

Untungnya Fyn menyela tepat waktu sebelum perdebatan terus berlanjut dengan masing-masing peserta menodongkan argumen sama kuatnya dan dipastikan tidak akan menuai hasil bagus, dalam hati membatin tidak ada pilihan selain mengambil peran sebagai hakim penengah. “Baiklah, dinginkan kepala kalian berdua, nona. Mari kita bahas ini dengan damai, tolong?”

Meski kesal ucapannya kalah cepat dengan interupsi Fyn, Evie mengangguk kecil dengan mulut diam. Pun Rie yang bungkam menyandarkan punggungnya ke sofa, mengangkat cangkir tehnya dengan menangkupkan kedua telapak tangannya.

Setelah keadaan sudah tenang, sang Komandan memulai, “Pertama, sumber perdebatan, jelaskan, Rie.”

Gadis bertudung itu berusaha mengabaikan dirinya yang disebut ‘sumber perdebatan’, mengangkat wajahnya dan memandang Fyn. “Aku tidak mau kejadian kemarin terjadi pada Evie hanya karena dia cukup dekat denganku untuk dijadikan sandera. Kurasa sudah cukup sampai sini saja Evie terlibat denganku, sebelum kelak siapa tahu Evie menjadi korban.”

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Место, где живут истории. Откройте их для себя