72-Guess Next

88 23 6
                                    

“Bukan maksudku keberatan … tapi, kau yakinーdi sini?”

Davin menengok kanan-kiri, mendapati hamparan petak-petak bunga terbentang sejauh mata memandang. Warna hijunya memang menyejukkan pandangan, memang. Tetapi sama sekali tidak menyejukkan hati Davin yang kian resah mengira-ngira apa maksud Orchidia yang katanya hendak bicara serius, justru menyeretnya ke gazebo taman istana. Ditambah putri kedua Myreia di hadapannya kini tengah telaten menyeduhkan teh.

“Tempat yang terbuka lebih alami untuk tidak mengundang kecurigaan. Lagipula, kau kau jadi ‘pangeran baik’ sekarang, seharusnya kau berterima kasih padaku yang sudah menyempurnakan topengmu sekarang,” sahut Orchidia seraya meletakkan teko tehnya, mengedikkan kepala pada Davin agar mengambil cangkir tehnya.

“Aku akan berterima kasih padamu kalau kau tidak bertele-tele menyampaikan sesuatu yang penting itu,” balas Davin tajam, enggan membuang-buang waktu.

Orchidia menghela napas, “Tidak bisakah kau bersikap santai seolah menikmati waktu kita ini? Percuma saja aku mencari tempat alami agar tidak mengundang kecurigaan jika gerak-gerikmu kelewat kaku, Davin.”

Menyadari kebenaran dari perkataan Orchidia, akhirnya Davin menurut dan menyeruput tehnya, mengerjap merasakan manis yang terasa pas di lidahnyaーtidak berlebihan seperti yang biasa disajikan di meja perjamuan. “Wah, enak. Tumben manisnya tidak berlebihan?”

Orchidia mengulas senyum, “Baguslah takaran maduku cocok untukmu,”

Davin mengangkat sebelah alisnya tertarik, “Jadi bahan tambahan perisa manis teh ini adalah madu?”

Dengan antusias Orchidia mengangguk, “Yup, madu terbaik dari Myreia! Kau tahu? Jenisnya sama dengan madu-madu dalam kemasan botol yang dibawakan Ibunda sebagai oleh-oleh saat aku pertama ke sini, jadi madu yang sama dengan yang dimasukkan ke teh perjamuan! Kalau teh di meja perjamuan tidak kau sukai, kemungkinan itu soal takarannya,”

Davin mengangguk-angguk, kembali menyeruput tehnya sekali lagi, sebelum meletakkan cangkirnya dan mengulas segaris senyum riang, “Jadi, Orchidia, bisa kita mulai pembicaraan pentingnya sekarang?”

Sudut bibir Orchidia yang juga tersenyum sedikit berkedut mendengar kata-kata Davin bertolak belakang dengan senyum riangnya. Sedikit kekecewaan hinggap di hatinya yang masih ingin membicarakan teh, salah satu hal yang diminati putri itu. “Lakonmu yang bagus itu diam-diam menyebalkan, tahu, Davin?” sahutnya dengan senyum yang sama.

Davin meloloskan kekehan ringan, “Tenang saja, aku sengaja melakukannya agar kau kesal dan cepat-cepat membicarakan inti kepentingan dan menyelesaikan pertemuan empat mata konyol ini,”

Jika ada yang menyaksikan interaksi pangeran dan putri itu sekilas, niscaya mereka akan percaya bahwa hubungan keduanya amat manis dan hangat dari banyaknya senyum, tawa serta gestur ramah mereka satu sama lain. Lain cerita jika percakapan mereka turut terdengar.

“Seminggu lagーah, tidak, enam hari lagi maksudku, akan ada seorang terdakwa penyihir yang dihukum mati, bukan?”

Seketika kedua mata Davin membelalak mendengar kalimat Orchidia kali ini. Pembicaraan yang dibanting drastis mengungkit sosok sang adik membuat Davin langsung paham bahwa mereka sudah memasuki zona serius, “Apa hubungannya dengan apa yang ingin kau bicarakan?”

Dengan sedikit mencondongkan tubuh, Orchidia melanjutkan, “Kau ingin menyelamatkannya, bukan?”

Kali ini tidak hanya matanya saja yang terbelalak, suara di tenggorokan pemuda itu serasa dicegat paksa, padahal satu pertanyaan langsung terputar penuh di benaknya; dari mana Orchidia mengetahui hal itu?

“Ternyata benar seperti kata Kak Rosa,” Tanpa menunggu jawaban Davinーtoh bahasa tubuh pangeran itu sudah cukup jelas dibacanya, Orchidia kembali meruntutkan kalimatnya sendiri, “Tenang saja, aku tahu terdakwa itu tidak bersalah. Dia adalah korban dari sebuah konspirasi yang ingin melenyapkannya karena iri dengan bakat sihirnya yang hebat, ‘kan?”

Davin masih tidak bisa berkata-kata, maka Orchidia lanjut mengoceh sendiri. “Yah, semua itu Kak Rosa yang menjelaskan, sih. Dan karena Kak Rosa tidak pernah bohong, aku percaya saja. Sejak dulu aku memang merasa aneh dengan hukum pembantaian ras penyihir tanpa pengadilanーbukankah itu tidak wajar dan terlalu buru-buru? Ah, ngomong-ngomomg aku jadi penasaran dan ingin bertemu dengan terdakwa itu,”

“Apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan?” sela Davin cepat, begitu suaranya tak lagi tercegat keterkejutan.

Orchidia mengerjap, seolah baru ingat bahwa dirinya keluar dari topik penting. “Ah, itu dia. Dengan ini terbukti ucapan Kak Rosa benar bahwa kau ingin menyelamatkan terdakwa itu. Itu berarti juga membuktikan ucapan Kak Rosa, bahwa Baginda Raja Odies akan segera menitahkan rencana untuk menyingkirkanmu agar tidak mengganggu,”

“Menyingkirkanku…?”

“Benar,” Orchidia mengangguk dengan tatapan serius, “Selambat-lambatnya besok, kau akan mendapat perintah dari Ayahandamu untuk mengantarku pulang ke Myriea. Dengan perjalanan tiga hari penuh sekali tempuh lewat jalur resmi, itu cukup untuk menyingkirkanmu sejauh-jauhnya di hari eksekusi, agar tidak menghalangi pelaksanaan hukuman mati terdakwa penyihir itu.”

***

“Davin, bersiap-siaplah malam ini,”

Davin mendongak hati-hati, membalas tatapan penuh wibawa sang Raja setelah bangkit dari posisi hormatnya. “Untuk apakah gerangan, Ayahanda?”

“Putri Orchidia akan pulang ke Myreia, waktu kunjungannya telah habis sesuai jadwal. Dan aku mengutusmu untuk menyampaikan salamku pada Baginda Raja serta Ratu Myreia, sekaligus menjadi pembalas penyambung tali persahabatan dengan mereka yang telah berkunjung. Apakah kau mempunyai ketidaksetujuan, Davin putraku?”

Davin menelan ludah, tidak menyangka selembar surat pemanggilan dari Ayahandanya yang menyambutnya selepas sarapan, benar-benar berujung membahas hal yang telah diwanti-wanti oleh Orchidia.

Menilik peringatan dari Orchidia, Davin sudah menebak bahwa tujuan Raja mengutusnya mengantar Orchidia dengan kedok membalas kunjungan adalah untuk menyingkirkannya sejauh-jauhnya dari istana Atlantix, dalam jangka waktu rawan sebelum dan ketika hukuman mati Rie dilangsungkan.

Sebenarnya, bisa saja Davin berkelit menolak perintah Raja dengan segudang alasan berbelit dari lidah lenturnya, tanpa resiko mengundang kecurigaan Rajーjika saja ia masih seorang pangeran pemberontak.

Tapi kini, dirinya adalah sang pangeran baik nan penurut yang akan menunduk patuh atas segala perintah dan titah. Ditambah lagi, persetujuannya di diskusi tempo hari dengan Fyn, Evie dan Assassin untuk tetap mempertahankan topeng ‘pangeran baik’nya menjadi satu lagi rantai pengikatnya.

Memberontak frontal sudah mustahil, tapi jika menerimanya, akankah Davin mempunyai kesempatan untuk meloloskan diri demi tidak pergi dari Atlantix?

“Ada apa, Davin?”

Teguran berat sang Raja menyadarkan pangeran itu dari kecamuk benaknya. Kembali, Davin memfokuskan pandangannya membalas sorot berwibawa Ayahandanya, yang masih menanti jawaban.

“Tidak ada apa-apa, Ayahanda. Tentu saja, aku siap menjalankan titah untuk mengantarkan Putri Orchidia kembali ke Istana Myreia.” []

◇◇◇

Hope you like this double-chapter, and give me some appreciation of ☆ or comments! o(〃^▽^〃)o

Arigato,

A/Z.

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Where stories live. Discover now