33-Her Reason

150 36 7
                                    

“Fyn!” Sedetik setelah sepasang kaki Rie memijak tanah kembali, ia segera melesat ke sisi Fyn yang mendadak terhuyung limbung. Gadis itu sigap menahan kedua bahu kekar sang komandan sebelum jatuh menghantam tanah, berlutut menyandarkan tubuh itu ke batang pohon. “Maaf, kau pasti kelelahan karena aku memaksakan jalinan sihir secara paksa ke orang biasa.”

Meski berat dan perlahan, Fyn membuka kembali kedua matanya yang sempat terpejam. Napasnya lebih berat dari biasanya, “Ti-tidak apa-apa, kok. Daripada aku, bagaimana… Assassin?”

Rie mengerlingkan pandangannya ke belakang, di mana sesosok pria yang kelihatannya tidak sadarkan diri tengah terlilit rantai-rantai berlapis cahaya, malang-melintang di tubuhnya dan batang pohon beserta dahan berserakan. “Pingsan. Pergerakannya sudah kukunci.”

Mengerang untuk menepis denyut nyeri di kepalanya, Fyn bangkit bertumpu batang pohon, maju melihat lebih cermat musuhnya beberapa saat lalu yang kini telah dikalahkan itu. “Sebenarnya siapa dia?”

Rie menggeleng pelan, matanya tetap berkilat waspada mengawasi gerakan Fyn yang mendekati Assassin. “Entahlah. Tapi menurut dugaanku, besar kemungkinan dia adalah kaki tangan orang yang hendak menyingkirkanku dari Atlantix,”

Mendengar sesuatu yang tidak ia sangka dan ketahui, Fyn sontak menolehkan kepalanya balik dengan cepat—hingga nyeri di kepalanya berpindah menegang di lehernya. “Tunggu, kau bilang ada orang yang berniat menyingkirkanmu dari Atlantix? Siapa itu, Rie?!”

Gadis berambut perak itu menelan ludahnya, berkeringat dingin dan menata langkah mundur patah-patah sementara sang komandan memajukan langkahnya memburu dengan cepat diiringi tatapan menuntut yang tajam. “A-ah, itu cuma—maksudku istana Atlantix, bukan tanah Atlantix—“

“Kau cuma bilang padaku bahwa marga aslimu menyimpan rahasia besar yang berbahaya dan entah bagaimana Ratu Hera bisa tahu margamu ketika ada insiden kecurigaan Serbuk Iblis—“ mendadak Fyn menelan ucapannya sendiri di tengah-tengah, tatapan tajamnya mengendur seiring kedua matanya yang melebar dengan binar keterkejutan. Rie menundukkan kepalanya dalam-dalam, tahu bahwa sang komandan tengah menghubungkan satu persatu benang merah yang ia ketahui menjadi sehelai rahasianya.

“Jadi…ini rahasia yang selama ini kau pendam sendiri, Rie?” setelah beberapa saat tertelan benturan fakta yang memunculkan analisis, suara Fyn kembali terdengar. Rie tidak mendongak, hanya menggerakkan kepalanya menjadi sebuah anggukan kecil.

“Berarti, sejak terusir dari istana sembilan tahun lalu, kau mempelajari White Magic atas ajaran ibundamu. Orangtuamu juga dibantai saat kerajaan melakukan pembantaian besar-besaran bagi kaum penyihir, tetapi kau berhasil selamat, berkelana kesana-kemari menjadi tabib sembari menyembunyikan rambut perakmu dan memalsukan margamu agar tidak terlacak sebagai penyihir berdarah Redcrosz terakhir?”

Dingin. Suara sang komandan meruntutkan kepingan rahasia yang selama ini disembunyikannya dalam dekapan erat, begitu dingin dan menusuk. Seperti aliran tanpa emosi yang menusukkan bilah-bilah es tajam tersembunyi di dalamnya. Percik-percik yang terasa seperti ketidakpedulian itu menyayat Rie.

“Benar, itulah yang kulakukan selama sembilan tahun! Apa masalahmu?!” tahu-tahu saja Rie mendengar suaranya sendiri meledak dengan nada tinggi, membuat Fyn di depannya tersentak, disalip kembali suara penuh amarah gadis itu.

“Kenapa kau bisa mengatakannya dengan begitu mudah? Itulah rahasia yang selama sembilan tahun mati-matian kusembunyikan demi hidupku! Padahal aku selalu bertanya-tanya apa salahku hingga harus ikut mengasingkan diri selama ini, apakah aku menumbalkan warga untuk mengikat perjanjian dengan iblis, tidak! Lantas mengapa aku menerima label buronan itu dan harus menyembunyikannya karena tidak bisa dibuang kemanapun?!”

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Where stories live. Discover now