53-Together

112 29 5
                                    

Kecanggungan yang beku di meja pemisah sofa itu dipecahkan pertama kali oleh Fyn dan kata-katanya yang berusaha ia ucapkan sedatar mungkin.

“Jadi, Pangeran Davin, apa kau tahu apa yang baru saja kau lakukan?”

Davin berjengit kecil di posisinya yang tepat di hadapan Fyn, berusaha menilik gurat-gurat ekspreksi di wajah Fyn dan menyelaraskannya dengan maksud tersirat komandan itu memanggil gelarnya.

Setelah melalui pertemanan yang cukup akrab bertahun-tahun, setelah Davin mengutarakan agar Fyn menganggapnya setara saja tanpa perlu memanggilnya pangeran, maka hanya ada beberapa alasan mengapa teman masa kecilnya itu tetap menyertakan gelar saat memanggilnya; karena sedang berada dalam lingkup formal yang menekankan formalitas seperti dalam perjamuan resmi, karena suasana hatinya sedang baik untuk meledeknya sepanjang hari dengan gelar itu, atau karena suasana hatinya sedang buruk untuk beramah-tamah.

Dengan mengesampingkan alasan pertama secara otomatis, maka gurat-gurat wajah komandan di depannya itu terlalu masam untuk dikategorikan dalam alasan kedua. Yang membuat Davin bingung adalah apa gerangan yang diperbuatnya hingga memperburuk suasana hati sang Komandan?

“Ehm … apa maksudmu?”

Andai pangeran itu tahu betapa inginnya Fyn menggebrak meja sekarang juga dan meneriakkan kebodohan Davin yang memperburuk posisi Rie, walau komandan itu hanya bisa mengusap wajahnya frustasi demi meredam keinginannya itu. “Aku bertanya tentang kenapa kau yang baru saja sampai dengan napas terengah-engah setelah berlari di sepanjang lorong tadi langsung meneriakkan pembelaan mutlak pada Rie?”

Davin menautkan kedua alisnya, “Apa yang salah dengan itu? Apapun tuduhan konyol warga kepada Rie, aku yakin Rie tidak akan melakukan apa yang dituduhkan mereka.”

Rie yang sedari tadi masih diam menyimak—membiarkan Fyn mengambil bagian mengomeli Davin sepenuhnya—kini bertanya-tanya dalam hati apakah ia harus terharu oleh kepercayaan pangeran itu kepadanya, meski tanpa dasar yang jelas?

“Bukan masalah itu, Pangeran.” Kali ini Fyn benar-benar menekankan tiap suku kata yang ia ucapkan, penuh emosi yang masih dibendungnya mati-matian agar tidak menjadi bentakan yang membocorkan semuanya. “Yang kutanyakan adalah bagaimana bisa kau main sahut ikut campur begitu saja, tanpa tahu masalah yang sedang terjadi?”

Davin mengerjap-ngerjap, “Melihat timpangnya pembela dan penuduh, aku yakin Rie ada di pihak yang dikambinghitamkan, jadi aku membelanya.”

Fyn bangkit dalam satu sentakan dengan kedua tangan bertumpu di meja, tatapan tajamnya menghujam pada Davin yang masih memasang raut tak berdosa. “Kau—“

Nyaris saja komandan itu hilang kesabaran untuk menahan kedua kepalan tangannya menggebrak meja jika seandainya Rie tidak cepat-cepat ikut bangkit dan menahan lengan Fyn dari samping, “Te-tenanglah, Fyn. Tenang, kau sudah cukup berusaha,”

Komandan itu mematung diam beberapa detik untuk menata ulang emosinya sebelum melengos dan menjatuhkan diri ke sofa kembali, bersandar pasrah dengan kepala terdongak di sandaran sofa. “Aku menyerah. Evie, kau saja yang lanjutkan.”

Evie mengangguk dengan selintas senyum geli di wajahnya sebelum menatap Davin, “Jadi, bagaimana rencanamu, Davin? Karena kau membela Rie terang-terangan disaksikan semua warga, maka kau harus menepati pembelaanmu untuk membuktikan Rie yang tidak bersalah.”

Davin mengangguk paham, “Aku pasti akan menepatinya. Tapi sebelum itu, bisa jelaskan duduk masalahnya dengan lengkap terlebih dulu?”

Evie nyaris kelepasan menepuk dahinya, benar juga, Davin membela Rie tapi tidak tahu membelanya dari masalah apa. “Dua hari lalu, aku meminta Rie membeli beberapa bahan herba di kota dengan ditemani Fyn. Malamnya ada seorang pemuda di kota yang menghilang, disusul esok malamnya juga alias kemarin malam. Dan tadi pagi ada seorang warga yang menemukan jubah bernoda darah yang dicurigai milik pelaku kejadian hilangnya dua pemuda berturut-turut. Di jubah itu ada helaian rambut berwarna perak, dengan kesaksian penjaga toko yang melihat rambut Rie berwarna perak di balik tudungnya saat membeli di tokonya, maka tertuduh yang terlihat adalah Rie.”

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt