61-Let Her Still Alone

96 32 13
                                    

Awalnya Rie sudah menghitung dalam hati pada detik keberapakah Fyn akan menggebrakkan kedua tangannya keras-keras ke meja bersama dengan seruan terkejutnya yang tidak tanggung-tanggung, ketika Davin menjelaskan perihal hukuman mati yang telah dititahkan sang Raja.

Tetapi nyatanya gebrakan dan seruan yang ditunggu-tunggunya tidak kunjung terdengar meski frasa 'hukuman mati' telah disebutkan Davin tujuh detik lalu. Maka Rie mendongakkan kepalanya untuk memandang ke seberang meja, penasaran dengan ekspreksi apakah yang tengah terukir di wajah komandan pemanah itu sekarang.

"Hukuman mati...." Fyn mendesis rendah dengan sebelah tangan ditaruh di dagu, kedua alisnya bertaut dalam-dalam membingkai iris emas setajam mata elang pemuda itu yang membiaskan benang-benang kusut pikirannya. Melihatnya, Rie memahami bahwa pemuda pemanah itu sedang dalam keseriusannya yang terdalam untuk membuat keributan.

"Mustahil, Raja baru sampai setelah kunjungan ke Kerajaan Myreia minggu lalu, bagaimana bisa Baginda memutuskan secepat itu?" Suara Evie menjadi komentar pertama yang terlontarーsebab desisan Fyn lebih merujuk pada gumam pemuda itu untuk dirinya sendiri.

Rie mengira Davin akan mengangkat bahu dengan gaya malas ketika menyahuti komentar Evie sebelum balas mengutarakan argumennya, tetapi lagi-lagi ia salahーkarena sang kakanda justru menumpukan tubuhnya di lutut dengan sedikit mencondongkan diri ke depan, dan dahi berkerut serius. "Hanya ada dua kemungkinan; Ayahanda mendapat laporan rutin tentang kasus Rie dan sudah memikirkan hukumannya ketika masih jauh-jauh di luar sana, atau ada seseorang yang langsung memprovokasinya begitu sampai di sini untuk menghukum Rie,"

"Kau lupa satu hal, Davin," sahut Fyn setelah menggeram rendah sebelumnya, tatapan tajamnya kini terhunus kepada Rie di seberangnya, "Bukankah kita belum tahu apa alasan yang mendasari hukuman mati kepada Rie? Bisa jadi, alasan pendakwaannya lebih serius dibanding yang menyangkut-pautkan dengan insiden kemarin." Tatapannya terlempar pada Rie, yang mengisyaratkan dengan jelas bahwa pemuda itu meminta Rie menjelaskan lebih lanjut selaku pihak yang dibicarakan.

Rie mengerjap sekali sebelum lekas mengalihkan pandangannya dari tatapan Fyn, "Akuーtenang saja, ini bukan masalah yang melibatkan pendakwaan serius, kok. Raja hanya ingin mendengar rincian kasus penculikan kemarin langsung dari sudut pandangku, itu saja." Gadis itu menyelipkan kekehan kecil di ujung kalimatnya beserta segaris senyum tipis.

Braaakk!

Suara gebrakan meja yang sudah lewat waktu tebakan Rie justru baru terdengar sekarang. Mengejutkan semua orang yang mengelilingi meja, termasuk Rie yang napasnya tercekat mendapati seraut wajah dengan rahang terkatup mengeras tepat di depannya setelah ia refleks menolehーbukan Fyn seperti tebakannya di awal diskusi, justru Davin sang kakanda kedua yang kini menatapnya berkobar amarah yang tak lagi susah-payah disembunyikan.

"Pendakwaan yang berujung hukuman mati kau bilang sama sekali tidak serius?!"

Bentakan Davin menggema, wujud tumpah-ruah dari segala emosi pangeran itu yang campur-aduk sejak dirinya diberitahu sang Ratu bahwa ayahandanya tengah menghakimi Rie secara pribadi dengan keputusan hukuman mati yang telah mutlak. Davin berderap menuju Ruang Singgasanaーyang sudah terlambat baginya untuk mengacaukan pendakwaan hukuman sebab dirinya justru berpapasan dengan gadis pesakitan itu di depan Ruang Singgasana. Dengan itu Davin nyaris tak bisa memaafkan dirinya sendiri yang gagal mencegah hukuman mati Rie, dan mencoba mencari kesempatan berhenti mendendam kepada dirinya sendiri dengan membuka diskusi kepada dua teman dekatnya.

Tetapi kini, dengan napas memburu, Davin sudah tidak bisa lagi mengendalikan emosinya melihat betapa mudah adiknya memasrahkan diri semudah itu. Tidak, itu bukan adiknya yang ia kenal. Adiknya tidak akan menyerah semudah itu untuk keadilan yang dikejarnya bertahun-tahun, dia tidak akan berputus asa semudah memotong sehelai benang yang direntangkan.

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Where stories live. Discover now