43-The Dark Side of Red

128 35 2
                                    

Apakah salah?

Menemani seseorang yang sebenarnya lebih terkucilkan dibanding siapapun di balik tawa riangnya?

Sesalah itukah pandangan mereka semua ketika hari-hari anak laki-laki itu dihabiskan untuk mengikuti ke mana pun langkah gadis kecil yang dulunya berambut hitam selegam langit malam itu kini perlahan berubah helai demi helai menjadi bak cahaya perak purnama?

Lantas kalau itu salah, kenapa mereka baru menggunjingkannya sekarang? Bukan sejak awal di mana mahkota mungil bergelar putri itu masih tersemat indah di kepalanya, melainkan sekarang—ketika dunia yang sebelumnya mendekap gadis mungil itu berbalik menjatuhkannya? Seolah-olah mereka semua hanya dengan senang hati menjadi penjilat sejati sang penguasa, yang akan turut menyanjung apa yang disuka tuannya dan turut menghina apa yang dicela tuannya.

Anak laki-laki itu tak pernah bermaksud menutup telinga dan menjadi munafik di depan si tuan putri kecil, berkali-kali ia harus benar-benar menahan diri untuk tidak mengacungkan busur terjepit anak panahnya kepada orang-orang yang menggunjingkan rambut perak sang putri itu.

Padahal dirinya yang tahu persis di atas semua penggunjing itu, tetap tutup mulut. Sekalipun ia ingin berteriak keras-keras pada mereka semua, bahwa bukan keinginan gadis kecil itu untuk memiliki rambut perak yang dipercaya pembawa petaka karena kelangkaannya itu, bukan pula maunya memiliki darah penyihir dari sang Ibunda. Namun justru tangan mungil gadis itu sendirilah yang selalu menjadi penahan terkuat anak laki-laki yang dipanggil Archer oleh gadis itu seorang.

Apa yang salah dengan memiliki rambut perak?

Apa yang salah dengan memiliki darah sihir selama tidak memanfaatkannya untuk kejahatan?

Apa yang salah dengan fakta bahwa ibundanya adalah seorang penyihir White Magic yang menjadi selir Raja selama tidak berniat mengambil alih tahta dengan sihirnya?

Apa yang salah dengan memiliki kemampuan memunculkan kunang-kunang bercahaya indah kapan pun gadis itu ingin?

Salahnya adalah, kau yang mempertanyakannya, Fyn.”

***

Hah, kau masih menjadi pengawalnya, Fyn?”

Langkah kaki Archer terhenti begitu mendengar suara yang muncul dari sisi lorong, yang rupanya berasal dari seorang pemuda prajurit beberapa tahun di atasnya, kenalan dekat ayahnya yang otomatis dikenalkan dekat padanya juga. Tapi anak laki-laki itu yakin pemuda itu tidak cukup dekat mengenalnya untuk mengomentari sepihak tindakannya.

Apa maksudmu?”

Prajurit itu menyunggingkan senyum sinis seraya menyilangkan lengannya di depan dada, berlagak dewasa untuk menceramahi. “Tuan putri cacat itu. Kalau kau mau menaikkan kasta sosialmu dengan mendekati keluarga kerajaan, kau seharusnya tahu kau salah pilih, Fyn.”

Amarah yang berusaha ditahan anak laki-laki itu mati-matian langsung bergejolak mendidih oleh sebutan ‘cacat’ yang dilontarkan rekan dekat ayahnya itu. “Dan kau seharusnya tahu diri untuk tidak menyebut seorang putri dengan sebutan ‘cacat’, Ed.”

Prajurit muda yang dipanggil Ed itu tidak menahan tawanya sama sekali yang bersanding dengan raut geli. “Hei, hei, memangnya kau tidak sadar atau kau memang bodoh? Putri kecil itu bahkan sudah tidak diakui oleh Baginda Raja sendiri. Beliau tidak akan mau repot-repot menghukum orang yang menyebut putrinya itu cacat, di samping ketidakpeduliannya, juga karena jumlahnya yang sangat banyak.”

Archer masih berusaha menahan diri, mengeratkan kepalan tangannya dengan harapan mampu menjadi lampiasan penahan emosinya. “Kalau begitu, apa urusanmu menghinaku sebagai pengawalnya?”

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Where stories live. Discover now