31-Beat Down

154 40 22
                                    

“Kau bisa mendengarku, bukan?”

Fyn tersentak kecil dengan gema suara lembut Rie yang seolah menembus ke dalam tengkoraknya, seperti gema suara Assassin—namun bedanya, suara Rie hanya bergema dalam kepalanya seorang.

Menyadari Rie menatapnya dengan pandangan bertanya, komandan itu lekas mengangguk, lalu kembali menyimak gema suara Rie di kepalanya.

Ini telepati satu arah. Kugunakan yang satu arah  karena telepati dua arah akan lebih sulit lagi mengendalikannya kalau bukan penyihir berdarah asli. Aku akan menggunakan ini untuk memberitahu taktik kita mengalahkan Assassin, paham?”

Fyn kembali mengangguk, bertekad menahan sanggahannya sampai akhir penjelasan.

Kau lihat sendiri, sejak tadi Assassin hanya menggunakan sihir jarak jauh. Itu artinya dia bersembunyi di suatu tempat, dengan seribu taktik liciknya yang akan efektif jika keberadaannya tidak diketahui kita,” Rie menjeda sejenak, memastikan gema suaranya tidak bertabrakan. “Kita akan bagi tugas; karena Assassin menggunakan Black Magic, maka aku yang menguasai White Magic otomatis yang bertugas meladeninya. Akan kuulur waktu selama mungkin, dan selama itulah kau bertugas mencari posisi Assassin.”

Pendar biru yang tadinya mengalir dari tangan Rie berganti dengan sinar hijau yang sama lembutnya. Kali ini lapisan tipis pendar hijau itu mengalir menyelimuti bahu Fyn, turun ke lengan, telapak tangan, lutut, hingga seluruh tubuhnya terlapisi pendar hijau samar itu.

Sihir ini akan menyembunyikan hawa keberadaanmu setipis mungkin sampai hewan terbuas pun tidak mampu merasakan hawa keberadaanmu. Instingmu memang sudah tajam, tapi untuk melacak Assassin kutambahkan sihir yang akan memicu instingmu lebih tajam lagi.”

Fyn menelan ludah, sanggahannya tertelan begitu saja ketika dilihatnya Rie menggurat segaris senyum tipis dengan jari telunjuk diletakkan di depan bibirnya. “Jangan protes, komandan. Percayalah pada putri lemah yang telah berkembang menjadi penyihir tulen ini. Aku bisa merasakan insting tajammu kalau sudah menemukan posisinya, tapi tunggu aba-abaku agar seranganmu efektif. Siap?”

Berusaha menaruh kepercayaan sepenuhnya pada rencana yang membahayakan gadis berambut perak itu sendiri, Fyn mengangguk. Berlari menerobos hutan dengan busur tersandang di bahunya, mengikuti aroma gelap pekat yang menguar di sela-sela pepohonan. Menguatkan hatinya untuk tetap percaya sepenuhnya pada Rie ketika ledakan-ledakan di belakangnya kembali terdengar, mengguncang tanah yang dipijaknya.

***

Itu dia.

Fyn mulai menyiagakan anak panah di busurnya begitu melihat aura yang berkali-kali lipat lebih gelap dari kabut aroma yang diikutinya menyelimuti sosok samar manusia yang tengah duduk di sebuah dahan pohon.

Tahan sebentar, Fyn.” Gema suara Rie dalam kepalanya membuat komandan itu teringat dengan akhir rencana dan menahan bidikannya.

Rasakan sihirku mengalir ke anak panahmu, Fyn. Kecepatan dan kekuatannya akan bertambah berkali-kali lipat.” Tepat ketika gema suara Rie mengatakan itu, Fyn merasakan seusatu mengalir dari bahu yang sebelumnya ditepuk Rie, terus mengalir ke kedua tangannya yang menahan busur dan menjepit anak panah, membuatnya merasakan kekuatan ganjil yang membara. Kembali sang komandan memusatkan konsentrasi, menahan bidikannya seteguh mungkin.

Sekarang, Fyn!”

Gema aba-aba suara Rie membuat jemarinya segera melepas anak panah yang sedari tadi ditahannya, Seberkas cahaya keemasan mengikuti ekor anak panahnya, melesat bak bintang kejora dengan kecepatan kilat.

Suara mata anak panah yang menancap menembus daging. Dunia yang kembali menjadi senormal penglihatan biasanya—tanpa aura hitam mengalir berhembus di celah-celah pohon. Merahnya darah yang memuncrat. Erangan dengan keterkejutan yang tidak sempat disembunyikan.

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Where stories live. Discover now