47-The Wrapped Innocent

119 34 3
                                    

“NONA EVIE SEKARAT!”

Rie tidak mematung barang sedetik pun, dia bangkit amat cepat dari duduknyaーtidak peduli kakinya menyenggol meja dan membuat tehnya tumpahーdan untuk pertama kalinya berkata sejelas-jelasnya pada orang asing yang biasanya hanya sekedar berpapasan lewat dengannya.

“BAWA EVIE MASUK KE DALAM! CEPAT!”

Tentu saja sangat jelas—karena dia meneriakkannya tanpa tanggung-tanggung.

Para prajurit di ambang pintu hampir saja mematung karena terkejut oleh teriakan menggelegar dari Rie—yang pasalnya selama ini selalu mereka lihat menundukkan kepala dalam-dalam di balik tudungnya ketika lewat—jika saja tidak menatap mata kristal gadis itu yang membarakan ketegasan mutlak. Prajurit paling depan menyingkir masuk dari ambang pintu, membiarkan kedua rekannya masuk memapah Evie yang terbaring di tandu.

Rie berderap cepat mengikuti tandu, menyuruh dua prajurit itu membaringkan Evie di salah satu ranjang sementara Rie membawa botol-botol ramuan dan alat pengobatan medis lainnya.

Setelah menyuruh semua prajurit itu keluar—juga melarang tegas Fyn yang berniat menemani—Rie bergegas memeriksa kondisi Evie. Napasnya lemah, detak jantungnya tidak teratur. Kulitnya amat dingin seolah membeku. Benar-benar kondisi yang amat kritis, jika tidak ditangani segera pasti nyawa senior tabibnya itu akan melayang.

Rie tidak sempat memikirkan kenapa Evie bisa sampai sekarat, hanya satu keganjilan yang terus berputar di kepalanya, menahan tangannya bergerak memberikan pengobatan.

Tidak ada luka sedikit pun di sekujur tubuh Evie.

Kondisi gadis berambut cokelat itu kering, tidak ada jejak sehabis ditenggelamkan. Juga tidak ada jejak tali maupun tangan cekikan di lehernya. Tidak ada luka parah mengancam nyawa seperti tusukan di organ vital.

Kalau begini, apanya yang perlu Rie obati?

Berpikirlah, Rie, gadis berambut perak itu berbisik pada dirinya sendiri, pikirkan apa faktor penyebab kondisi kritis Evie… terakhir kali dia bilang hendak belanja bahan ramuan di kota—

Rie tercekat. Ada seseorang yang mencelakainya?

Gadis itu tidak sempat membuat penyangkalan pada dirinya sendiri. Mengumpulkan konsentrasi demi melancarkan darah sihirnya, Rie meletakkan sebelah telapak tangannya yang terbuka di dahi Evie. Cahaya samar berpendar dari telapak tangannya seiring Rie yang memejamkan kedua matanya. Merasakan sihirnya menyatu dengan ingatan Evie, menjelajah perlahan-lahan hingga Rie bisa melihat dari sudut pandang Evie yang tengah melangkah di jalan kota.

Lalu ada seorang pria yang menghampirinya, mengucapkan sesuatu dengan sikap memohon yang membuat Evie mengikuti punggung pria berjubah hitam itu.

Masuk ke sebuah rumah. Dan Rie merasakan napasnya sesak, sesuatu yang bertekstur seperti kain dengan bau aneh membekap jalur pernapasan. Dari kacamata Evie, pandangannya mengabur dan sepertinya ia terhuyung jatuh. Sosok pria berjubah hitam tadi mendekat dengan seringai lebar, mendesiskan sesuatu seraya mengulurkan jari-jari tangannya yang terbuka, menangkup pandangan Evie hingga gelap seutuhnya.

Rie membuka mata dan napasnya meraup rakus udara segar. Kepalanya berdenging pening, efek dari sihir penggalian ingatan—emosi buruk dari ingatan yang dibaca akan berpengaruh terhadap si pembaca ingatan itu.

“Siapa?” desis Rie mengingat kembali sosok pria berjubah hitam tadi yang jelas ada hubungannya dengan kondisi sekarat Evie sekarang—terbukti pria itulah yang membuat Evie pingsan. “Mustahil, siapa yang bisa melakukan kejahatan serapi—“

Mendadak Rie teringat dengan seringai dalam pandangan terakhir Evie sesaat sebelum menggelap. Seringai lebar pria berjubah hitam yang mencungkil sesuatu di sudut ingatan Rie sendiri.

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang