29-Two Choices for You

152 35 11
                                    

Orchidia melangkah gesit, memotong jarak dengan Davin seraya mengayunkan pedangnya sekuat tenaga dari sisi kiri bawah. Serangannya terbaca, bilah pedang kayu yang digenggam Davin tersodor menghalangi, menciptakan gema benturan kayu di arena latihan berbentuk lingkaran yang masih ternaungi atap itu.

Awalnya Orchidia benar-benar keheranan mengira pendengarannya bermasalah ketika Davin menawarinya latihan berpedang. Tapi keheranannya segera lenyap begitu menyadari sosok di belakang Davin-yakni sang kakanda-adalah alasan ajakan itu bisa terlontar dari Davin. Segeralah Orchidia tanggap bahwa kakaknya dan kakak Davin berkonspirasi mengatur kondisi yang tepat di mana dirinya dan Davin bisa dekat walau berupa mengadu pedang kayu.

Celah Orchidia terbuka karena lamunannya datang, sadar pedang di tangannya tidak akan sempat menangkis serangan Davin, putri itu meliukkan setengah tubuh atasnya ke belakang hingga kedua tangannya menyentuh lantai di belakang punggung, membuat tebasan menyamping horizontal Davin hanya membelah angin.

Memanfaatkan celah keterkejutan Davin karena tidak menyangka serangan tadi dapat dihindarinya, Orchidia menegakkan tubuhnya kembali dan menggenggam pedang kayu dengan kedua tangan, menyabetkannya sekuat tenaga mengincar tangan Davin yang menggenggam pedang.

Suara benturan keras menggema, pedang dalam genggaman Davin terlontar, lantas berdentang terjatuh di lantai arena. Pangeran kedua Atlantix itu terpana sejenak sebelum mengulas senyum tipis dan mengangkat kedua tangannya, "Aku kalah."

Orchidia tak mampu menyembunyikan senyum puas yang akhirnya ikut terulas di wajahnya. Putri itu mengangguk sekilas dan mengendurkan pedangnya, menyeka peluh di dahi dan mendudukkan diri di lantai bersandar dinding. Orchidia memejamkan matanya dan menikmati penuh pengaturan ulang napasnya.

"Ternyata kau cukup tangguh juga, Orchidia." Suara itu membuat Orchidia membuka kembali kedua matanya, menemukan sosok Davin di depannya yang mengulurkan handuk kecil berwarna putih. Setelah Orchidia menerimanya, barulah pangeran itu mendudukkan diri di sebelahnya.

"Terima kasih..." Ujar Orchidia nyaris berupa bisikan, yang untungnya tidak terlontar nada pertanyaan penuh heran dalam suaranya. Kedua alis putri kedua Myreia itu bertaut di tengah, berusaha membangunkan diri seandainya tadi adalah mimpi. Tapi tidak, handuk putih nan lembut itu ada di tangannya. Lantas, apa yang membuat Davin-tunangannya yang selalu menghindarinya dan bersikap kasar serta tak acuh, menjadi cukup respek untuk memberinya handuk selepas latihan?

Tidak, tunggu. Keanehannya yang sebenarnya sudah dimulai sejak dia menawariku latihan berpedang! Orchidia membatin dan mengusapkan handuk ke wajahnya yang berkeringat untuk menyembunyikan kerutan seriusnya.

"Hm, Orchidia? Kalau kau sudah sangat haus, aku akan memanggilkan pelayan sekarang." Lagi-lagi suara Davin membuyarkan pikirannya, kini sukses membuat Orchidia menoleh dengan kedua mata melebar sempurna. Davin yang ditatap tanpa berkedip itu balas mengerutkan dahi, "Eh, apa ada sesuatu di wajahku?"

Orchidia mengerjap, menggelengkan kepalanya untuk pertanyaan Davin dan untuk mengembalikan pikirannya dari lamunan persepsi. "Ehm, aku tidak terlalu haus, kok. Tidak perlu repot,"

Sang pangeran mengangguk kecil, kembali sibuk mengusapkan handuk ke tengkuknya yang banjir keringat. Melihatnya kerutan di dahi Orchidia semakin berlipat. Perlahan dan hati-hati, Orchidia memajukan wajahnya mengunci manik sebiru langit milik Davin, mengamatinya dalam-dalam hingga nyaris tertelan fokus lain bahwa manik biru itu amat indah jika seandainya pemilik manik biru langit itu tidak balas menoleh padanya.

"Eh, Orchidia? Ada apa?" Davin menyela fokus Orchidia dengan suara penuh keheranan-yang semakin membuat Orchidia bertanya-tanya apakah sosok di depannya ini benar-benar Pangeran Davin Gregorian. Pasalnya sejak pertunangan atas nama kedua orangtua mereka dilakukan, Davin tidak akan sudi berada dalam jarak yang terpangkas dekat dengannya-seperti saat malam jamuan di mana Davin mengusirnya hanya karena duduk berseberangan.

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Where stories live. Discover now