18-Ready on the Startline

168 43 6
                                    

"Baiklah, mulai dari sini medannya akan mulai sulit. Karena itu tolong jaga diri masing-masing, jangan ceroboh atau bertindak sendirian yang bisa membahayakan tim. Jelas?" Komando Fyn yang menggema berwibawa disambut koor sahutan mengiyakan. Pemuda itu melangkah kembali, memimpin rombongan tim jalur ke kanan di percabangan jalan setapak.

"Fyn, kau yakin jalannya benar?" Rie yang bersanding di posisi terdepan dengan Fyn menyela dengan suara rendah. Fyn menoleh, menangkap sirat ragu dan cemas yang tidak main-main dalam tatapannya.

"Hm, baru kemarin aku memetakan jalur, dan memang jalan menuruni jurang yang paling landai adalah lewat percabangan kanan. Yah, meski mungkin hutannya akan semakin lebat dan merepotkan." Jawabnya mengangkat bahu, bersikap santai demi menenangkan.

Rie kembali menatap ke jalan setapak di depannya. Bukan bermaksud meragukan jalur yang dibuat Fyn, tetapi firasat anehnya terus mengusik sedari tadi. Perutnya terasa diaduk-aduk dan sesuatu terasa mengganjal di saluran pernapasannya. "Baiklah."

"Cemas?" tebak Fyn setelah mengamati wajah yang setengah tertutup tudung gadis itu.

Rie mendongak sedikit, mengulas senyum tipis dan menggeleng patah-patah. "Sedang berusaha menghapusnya."

Tetapi keributan tiba-tiba di barisan belakang membuat harapannya musnah secepat dirinya dan Fyn berbalik menghadap rombongan tim. "Ada apa?!"

***

"Davin."

Pangeran muda itu tersentak seraya membalikkan badannya secepat kilat begitu mendengar namanya dipanggil. Seulas senyum tipis yang menyembunyikan entah emosi apa di baliknya dari sang kakak menyapa Davin. "Atap istana bagian timur. Ini tempat pelarianmu, ya?"

Davin tersenyum canggung menanggapi ucapan Zac. "Hanya kakanda yang berhasil menemukanku." Desahnya pelan, menopangkan kedua lengannya di tembok pembatas atap, merasakan hembusan angin yang seolah hendak menghiburnya. "Kenapa kakanda kemari?"

Langkah kaki Zac mendekati Davin, berhenti tepat di samping kirinya. "Karena ada yang ingin kutanyakan padamu, Davin."

Sontak pangeran kedua Atlantix itu menoleh cepat, tertarik. "Apa itu?"

Zac tidak menghilangkan garis senyum tipis berlatar wajah tanpa riak emosi tertentunya ketika membalas tatapan menuntut dari Davin. Tetapi kilat tajam dalam manis matanya sudah cukup menjelaskan ia sedang serius.

"Apa kau merasa pernah bertemu sebelumnya dengan Rie?"

***

"Ada apa?!" Fyn berseru nyaring, bak guntur menggelegar yang membuat Rie nyaris terlompat saking kagetnya, ditambah pemuda itu berteriak tepat di sampingnya. Gadis itu memang cukup sensitif dengan suara-suara keras yang bernada bentakan. Itu membuatnya terlingkupi ketakutan.

Barisan rombongan tersibak berantakan, susunan yang ditata lima banjar sejak berangkat dari istana menjadi kacau. Seorang prajurit yang berada di barisan belakang dengan raut panik dan bingung berseru. "Mereka hilang!"

"Apa? Siapa?"

"Tiga orang...tiga orang dari barisanku menghilang begitu saja beberapa detik lalu!" prajurit itu menengadahkan tangan, seolah hendak menunjukkan bukti kedua tangannya yang kosong berarti ia tidak menyembunyikan ketiga temannya.

"Mustahil!"

"Hei, jangan berbohong!"

"Hutan ini tidak berhantu, bodoh!"

"Mana mungkin ada yang hilang begitu saja?"

"Semuanya, diam!" Seruan Fyn yang kini terdengar condong pada bentakan karena frustasi di telinga Rie berhasil menelan keriuhan para prajurit. "Semua anggota, berhitung berantai, mulai!"

RIE [Revisi Mayor On-Hold]Where stories live. Discover now