45

3.3K 246 33
                                    

" Oma mau di rangkul dan di peluk sama Elsa dan Syifa, boleh nggak? "

Syifa menoleh ke Aldo, meminta persetujuan dari lelaki itu. Tetapi berbeda dengan Elsa, tanpa meminta persetujuan dari Ervan ia sudah menaruh satu tangannya di pundak Oma, dan menaruh tangannya yang lain di perut Oma.

Setelah mendapat persetujuan dari Aldo, Syifa segera melakukan hal yang sama dengan Elsa.

Permintaan Oma membuat air mata Tante Renata tidak berhenti untuk menyudahi aliran air mata itu.

" Oma mau denger Aldo dan Evan sholawatan. "pinta Oma pada kedua cucunya itu yang kini menahan air mata yang sudah mengumpul di kelopak mata mereka.

Ervan dan Aldo pun secara bersamaan melantunkan sholawat badar yang selalu Oma lantunkan kepada cucu dan cicitnya ketika sedang arisan keluarga. Walau bukan keluarga dari Oma Hany, Ervan dan keluarganya sudah di anggap seperti keluarga sendiri oleh Oma.

Baik Elsa maupun Syifa mereka berdua ikut bersholawat bersama dengan kedua lelaki itu. Oma Hany pun menaruh tangannya di pinggang Elsa dan Syifa.
" Oma mau kalian bahagia selalu, walau Oma baru ketemu sama Elsa dan Syifa, tapi Oma sudah anggap kalian sebagai cucu Oma. Oma sayang kalian.."lirih Oma Hany dengan suara yang begitu pelan.

" Aldo sama Evan jangan bikin kesel istri kalian ya, karena nanti Oma nggak bisa nasehatin kalian lagi ... Misalkan ini yang terakhir Oma kasih nasihat, Oma mau kalian berdua yang masukin Oma ke liang lahat, dan nggak boleh ada yang nangisi Oma saat di pemakaman nanti."lanjut Oma.

Ucapan Oma melantur kemana-mana, hingga membuat Elsa dan Syifa semakin memeluk Oma dengan erat. Syifa sudah tidak bisa menahan air matanya ketika Oma berbicara seperti tadi.

Diam-diam Tante Renata keluar dari kamar Oma. Ia tidak sanggup untuk melihat dan mendengar ucapan yang keluar dari mulut Oma.

" Panggil mamah mu dan Renata. "Titah Oma pada Aldo yang berhenti sejenak saat tiba-tiba saja tangannya di genggam oleh Oma.

Aldo mengusap pelan punggung tangan Oma yang sudah berkeriput itu, namun Oma tetap gagah karena masih bisa mengerjakan suatu hal yang berat dengan sendirian. Aldo mengingat betapa hebatnya Oma Hany yang sudah mendidiknya dengan tangan itu, tangan yang penuh kelembutan dan ketegasan. Dengan tangan itu ia di pukul ketika melakukan salah, dan dengan tangan itu pula di usapnya air mata saat kehilangan papahnya.

" Sana cepat. "Titah Oma lagi. Dan melepaskan genggaman tangannya itu dari tangan sang cucu.

Aldo segera bangkit dari duduknya dan segera melangkah keluar untuk menghampiri Mamahnya dan Tante Renata.

Ervan masih melanjutkan lantunan sholawat itu dengan lembut dan suara yang bergetar. Kini tangan Oma menggenggam tangannya yang bergetar menahan rasa takut. Tanpa terhenti Ervan masih melantunkannya, dan kini Oma ikut melantunkan bersama dengannya dan juga ke dua perempuan yang kini memeluk Oma.

Di bait terakhir suara dan genggaman tangan Oma mulai melemah, bahkan tangan itu kini tidak menggenggam tangan nya lagi. Kepala Oma pun terasa berbeda dan melemas di pundak Elsa, tubuhnya yang bersandar pada Elsa dan Syifa pun terasa berat, seperti ada sesuatu yang keluar dari tubuh itu.

" Oma..."Ervan, mengusap punggung tangan Oma.

Aldo, Om Winata, Tante Renata dan Tante Alysha - ibunda Aldo. Masuk ke dalam kamar Oma secara bersamaan. Mereka melihat Ervan yang sedang mengecek denyut nadi Oma, dan sedetik kemudian Ervan mencium punggung tangan Oma.

" Ibu! " Tante Alysha, lalu berlari ke arah Oma yang kini masih terduduk di atas ranjangnya.

Ervan turun dari ranjang bersamaan dengan papahnya yang menuntun mamahnya untuk berada di dekat Oma.
Oma Hany menghembuskan nafas terakhirnya saat bait terakhir mereka bersholawat, saat itu juga Ervan dapat melihat wajah Oma yang bersinar dan senyum yang terpampang dengan jelas di sana.

🌺Caraku Mencintaimu🌺Where stories live. Discover now