67- Jadi pohon aja

512 28 3
                                    

Perkara yang mudah itu meninggalkan. Perkara yang susah itu mempertahankan.

🍃🍃🍃

"Pokonya gue nggak mau tau."

Cowok yang mengenakan baju dikeluarkan semua itu nampak marah. Ia menajamkan mata. Menatap orang-orang di ruang itu dengan tak suka. Sebisa mungkin ia menahan emosi yang bergejolak dalam darah nya.

"Shak, ini udah keputusan, lo gak bisa gitu aja ngancurin ini semua. Lo gak bisa seenaknya," ujar cowok yang mengenakan pakaian rapih itu, ia berusaha sebisa mungkin agar rencana awal nya tidak kacau saat sudah ia rancang sebaik mungkin.

Shaka mengacak rambut nya. "Jujur sama gue. Pasti Clara yang minta biar dia jadi Puteri Salju, nya, 'kan?"

Putra menggeleng. Ia melirik ke arah teman-teman sekaligus panitia yang memilih untuk tidak ikut campur.

"Clara, gak bisa kasih jaminan apa-apa, agar gue kasih dia peran Puteri Salju itu," kata Putra nampak membela diri.

"Kalau gitu, gue mau Ashila jadi pemeran utama nya disini, biar dia Puteri Salju nya. Kalau lo, gak bisa, gue bilang sama bokap gue, biar dia gak usah kasih dana sedikitpun di acara pensi nanti," kata Shaka mengandalkan kekuasan nya.

Putra meneguk ludah. "Shak, lo ngertiin posisi gue. Jangan lakuin itu." 

Shaka tersenyum miring. Ia menatap ke arah lain, beberapa detik kemudian tatapan nya kembali mengarah pada Putra. "Dikasih berapa lo sama Clara?"

"G-gue gak nerima apapun dari dia," jawab Putra. Cowok itu berkeringat. Ia panik, Shaka benar-benar tidak bisa dilawan.

"Kalau lo gak dikasih apa-apa, kenapa lo gak mau Clara diganti sama Ashila?" tanya Shaka. Ia melipat tangan di depan dada.

Putra mengusap wajah kasar. "Lo gak akan ngerti."

"Kalau gitu, gue gak mau jadi pangeran, gue mau jadi pohon aja, gimana? Apa lo masih gak terima?" tanya Shaka ia mengangkat sebelas alis. Mengurai wajah tegas nya. Ia tidak mau ini jadi tambah rumit, ia juga tidak mau menghabiskan tenaga nya.

Putra hendak protes, tapi Shaka keburu mengangkat sebelah tangan kanan nya. Menatap Putra tajam. "Gue gak suka dipaksa. Permintaan gue beda sekarang, gue yang ngundurin diri, bukan Clara yang diganti. Bukan nya Clara cuma mau peran ini?"

"Jadi gak masalah dong, kalau lo cari pengganti nya. Gue udah gak mau. Liat muka Clara aja gue empet banget."

"Gimana?" tanya Shaka memastikan.

"Oke, terserah lo."

🍃🍃🍃

Shaka juga Ashila tangah berada di rofttop. Kedua nya menghabiskan waktu istirahat bersama. Dua orang itu kini duduk bersebelahan, menatap hamparan kota Jakarta yang memanjakan mata. Semilir angin sesekali berhembus, menerpa wajah. Hanya hening yang kini mengikat kedua nya.

Shaka melirik Ashila, cewek itu banyak diam. Bahkan cewek itu tidak menunjukan sedikitpun senyum di wajah nya. Shaka menghela nafas, menarik rambut cewek itu pelan. Tapi, reaksi yang diberikan cewek itu biasa aja. Ia hanya melirik, sambil tersenyum tanpa makna.

Shaka diam. Ia tidak suka.

"Lo kenapa? Muka lo kok gitu? Kusut,  kaya baju gue," kata Shaka merayu. Mencoba mencairkan suasana.

Ashila menoleh. "Aku lagi mikir."

"Emang lo punya otak, Shil?" tanya Shaka mengajak bercanda.

Tentang Shaka&AshilaWhere stories live. Discover now