60-Pukulan maut

602 39 7
                                    

Shaka menatap sekeliling. Cowok itu nampak mengernyit bingung. Berulang kali ia mengedarkan pandangan, tapi ia tidak menemukan Ashila di titik manapun. Apa cewek itu sudah pulang?

Di tempat nya berdiri, Shaka merogoh kantong, mencari ponsel nya. Ia menelepon Ashila berulang kali. Namun bukan nya suara Ashila yang terdengar, suara operator malah menyapa telinga nya.

Shaka kembali memasukan ponsel itu ke dalam kantong celana abu nya.  Cowok itu beranjak. Berjalan ke arah motor besar nya. Perasaan ia mulai tidak karuan. Pikiran nya mulai kacau. Ia takut terjadi hal yang mengerikan pada pacar nya itu.

"Lo kemana sih, Shil?" gumam Shaka merasa resah.

Shaka menaiki motor nya. Namun saat hendak memakai helm, tiba-tiba ada tangan yang memegang pundak nya. Shaka terperanjat kaget. Ia menoleh, cowok itu hampir saja memukul wajah orang itu. Namun tidak jadi karena orang itu keburu menghindar.

"Ya ampun, Mas," ucap orang itu kaget bukan main. Ketika wajah nya hampir jadi korban kekerasan tangan Shaka.

Shaka lega. Kedua bahu nya turun ke bawah. Ia turun dari motor nya. Menatap orang itu dengan penuh pertanyaan.

"Ada apa, Pak Wawan?" tanya Shaka, ketika ternyata yang memegang pundak nya tadi adalah satpam penjaga sekolah nya.

"Gini, Mas. Tadi saya lihat cewek di gerbang. Tangan nya di tarik paksa begitu, Mas, sama lelaki. Sekarang cewek nya nggak ada. Kaya nya di bawa sama lelaki yang narik dia, deh, Mas."

Shaka membeku di tempat untuk waktu yang cukup lama.

"Kenapa nggak Bapak tolongin?" tanya Shaka.

"Saya baru dari kamar mandi, Mas. Saya lihat cewek nya udah di paksa masuk mobil." Pak Wawan menjelaskan.

"Tapi, Mas, mobil nya masih ada di deket gerbang. Saya mau nyamperin, tapi saya takut. Saya masih punya keluarga, saya takut kenapa-kenapa," lanjut Pak Wawan lagi.

"Mas, Shaka, mau nemenin saya, nggak, Mas?"

"Pak Wawan' kan satpam, masa takut sih, Pak?" tanya Shaka sedikit gregetan.

Pak Wawan tertawa. "Saya juga manusia, Mas."

Shaka menggeleng. Cowok itu beranjak menuju gerbang. Pak Wawan sendiri mengikuti nya dari belakang. Cowok itu sedikit berlari. Entah apa yang membuat hati nya tergerak.

"Pak, itu mobil nya?" tanya Shaka. Ia menunjuk mobil hitam yang di parkirkan sedikit jauh dari gerbang sekolah nya.

Pak Wawan mengangguk. "Iya, Mas."

Shaka semakin cemas. Ia mendekat ke arah mobil itu. Langkah kaki nya bahkan sangat lebar. Pikirian nya berkecamuk. Saat sudah di depan mobil itu, Shaka mengangkat kepalan tangan nya memukul kaca mobil itu agak sedikit kencang.

Membuat kegiatan di dalam mobil itu jadi terganggu.

Tidak juga mendapat respon dari si empunya mobil, rasa curiga semakin mendesak nya. Shaka mendekatkan wajah nya pada kaca mobil itu, membuat kegiatan di dalam mobil itu terekspor jelas di mata nya.

"Anjing," maki cowok itu, ketika melihat Jonathan dan Ashila di dalam mobil yang sama. Shaka semakin menggeram, ketika tadi melihat Jonathan beberapa kali ingin melecehkan Ashila.

Shaka menatap Pak Wawan yang berdiri tidak jauh darinya. "Pak, tolong telponin, polisi."

Pak Wawan mengangguk. Pria itu masuk kedalam. Menuruti kemauan Shaka.

Shaka kembali menatap kaca mobil itu. Menggedor-gedor dengan keras. Tapi usaha nya sangat sia-sia.

Di dalam mobil sendiri, Ashila merasa sudah sangat putus asa. Apalagi Jonathan terus berusaha melecehkan dirinya. Mengambil apa yang sudah ia jaga selama ini.

Tentang Shaka&AshilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang