20-Bukan siapa-siapa

1.3K 59 0
                                    

Gini ya rasa nya cemburu, mau marah, tapi sadar kalau bukan siapa-siapa.

👑👑👑

Shaka keluar dari warkop yang tiba-tiba saja hawa nya berubah panas. Shaka berdecak kesal. Sial dirinya benar-benar kepanasan. Ternyata Shaka hanyalah sesuatu yang mudah terbakar emosi nya, berpura-pura tidak terjadi apa-apa dengan hati nya ternyata sulit.

"Sial si Andi, serius kaya nya mau ngedeketin si Ashila,"ucap Shaka nampak bergumam, sedangkan tangan nya sendiri sibuk mengipasi wajah nya yang nampak merah padam.

Shaka tahu, mau bagaimanapun ia berusaha agar Ashila mengerti dengan kode yang ia berikan, ia dan Ashila tak akan bisa bersama. Bukan berarti Shaka tak ingin, tapi Shaka perlu banyak-banyak tahu diri, luka yang sudah sering Shaka torehkan di hati Ashila, mungkin sudah membekas sangat dalam.

Shaka merasa dirinya kini di permainkan oleh perasaan nya sendiri, di satu sisi ia masih mencintai Clara, tapi sebagian dari dirinya menginginkan Ashila, hati nya bahkan tidak rela melihat Ashila bersama dengan Andi seperti tadi. Entahlah, ada sesuatu yang membuat dirinya terbakar. Rasa tidak suka, serta rasa ingin memukul wajah Andi saat itu juga bercampur jadi satu.

Shaka melirik kursi kosong yang berada di teras depan warkop. Shaka berjalan ke arah kursi itu, memilih menundukan dirinya di kursi kosong itu. Shaka benar-benar tidak bisa berpikir jenih. Harus nya tak begini. Shaka terjebak oleh perasaan nya sendiri. Terjebak oleh perasaan dimana semua nya berawal dari kepura-puraan.

"Sialan!"

👑👑👑

"Shaka, kok kamu diem aja?"tanya Ashila bingung. Ashila tak juga menemukan jawaban yang tepat untuk alasan apa Shaka marah kepadanya.

Shaka hanya diam tak menjawab segala pertanyaan yang di lontarkan oleh Ashila.

Ashila merapatkan duduk nya dengan Shaka. Ia bisa merasakan kalau tubuh Shaka tiba-tiba menjadi kaku. "Kamu marah?"

"Nggak,"jawab Shaka singkat. Ia tak berniat membuat semua nya menjadi rumit. Cukup ia saja yang merasakan ketiada artian dalam hubungan ini.

Ashila berdiri dari duduk nya membuat Shaka melirik Ashila lewat ekor mata nya."Oh yaudah deh, aku ke Andi dulu y—"

"Jangan! lo disini aja,"potong Shaka sambil menarik tangan Ashila yang hendak beranjak. Ashila ini benar-benar selalu berhasil membuat perasaan nya campur aduk.

Ashila tersenyum tipis, lalu mengangguk. Ashila duduk kembali. Ia menahan senyum nya ketika melihat Shaka masih menautkan jari tangan besar nya dengan jari tangan mungil milik nya, seolah jari tangan mereka memang di ciptakan untuk saling menggenggam. Entah itu sebagai penguat atau hanya sekedar sentuhan penenang jiwa.

Ashila dan Shaka terdiam cukup waktu yang lama, tangan mereka masih saling bertautan satu sama lain. Ashila sendiri memilih terus memandangi wajah Shaka dari samping.

Shaka yang merasa di perhatikan pun, menoleh, ia menaikan sebelah alis nya, menatap Ashila. Bukan nya saling memutuskan kontak mata, mereka malah saling tatap untuk waktu yang lumayan cukup lama.

"Shaka!!"teriakan seseorang membuat kedua nya langsung menoleh kaget. Suara yang menurut Ashila benar-benar tidak tahu waktu.

Shaka sendiri langsung berdiri dari duduk nya. Menatap orang memanggil nya dengan tatapan binaran bahagia, tapi ada sesuatu yang berbeda. Membuat hati nya seolah menjerit, tapi pikiran nya membuat nya tak memperdulikan apa kata hati nya.

"Clara,"gumam Shaka pelan. Shaka melepaskan tautan tangan nya dengan tangan Ashila maju beberapa langkah, agar bisa berhadapan langsung dengan Clara.

Ashila mengerjap berulang kali. Ia dalam kondisi serba salah. Ashila berdiri di belakang Shaka, memilih untuk menjadi penonton antara kekasih pura-pura nya itu dengan mantan kekasih nya.

Ashila ini tegar sekali.

"Shaka,"lirih Clara sangat menyayat di telinga Shaka. Tanpa aba-aba Clara tiba-tiba saja menubrukan dirinya di dada bidang Shaka.

Ashila menahan nafas nya sendiri. Pemandangan di depan mata nya membuat ia tak ayal menunduk. Rasa tak karuan mulai menggelayuti rongga dada nya. Ashila diam, memilih mendengarkan semua yang di ucapkan Clara, seperti tengah meminta rasa simpati pada Shaka.

"Clara lo kenapa?"tanya Shaka heran, dengan kehadiran Clara yang tiba-tiba saja datang pada nya lalu memeluk nya erat seperti ini.

Ada rasa yang berbeda.

Clara diam saja. Ada sedikit rasa tidak suka, ketika Shaka sama sekali tidak membalas pelukan nya. Mau bagaimanapun dulu Shaka tidak mau menolak nya, tapi seolah semua berubah dengan sekejap.

"Kita duduk dulu ya,"ucap Shaka, ia melepaskan pelukan Clara pada nya, lalu mengiring Clara ke sebuah kursi dimana dirinya tadi duduk dengan Ashila.

Ashila segera menyingkir. Sebegitu tidak nyata atau bagaimana dirinya sampai Shaka tak melihat nya. Sebukan apapun dia, tapi apa tidak bisa? Jika ia berharap kalau Shaka mau menghargai perasaan nya, meski sedikit.

"Shil tolong ambilkan minum ya,"pinta Shaka tanpa menatap wajah Ashila yang kini tengah mati-matian menahan air mata nya yang mulai menghalangi penglihatan nya.

"Ah, iya."Ashila bergegas masuk dengan sedikit tergesa. Ia tak sedikitpun menunjukan perasaan sedih ataupun terluka. Mau bagaimanapun Ashila tak ada hak, ingat semua nya hanya pura-pura.

Ashila masuk ke dalam warkop dengan senyum nya. Ia berjalan ke arah Angga yang tengah mengobrol dengan Tristan. Ashila akan sedikit merepotkan Angga untuk saat ini.

"Angga,"panggil Ashila saat dirinya sudah berada di hadapan Angga. Ashila berharap, jika Angga mau untuk direpotkan.

Angga dan Tristan menoleh, lalu tersenyum ketika yang ternyata memangil nama Angga adalah Ashila. "Kenapa Shil?"tanya Angga.

"Aku mau ngerepotin boleh—ah maksud aku, aku mau minta tolong boleh?" tanya Ashila sambil tersenyum, meski tahu hati nya sedang tidak baik.

"Apa? Lo mau minta tolong apa?"tanya Angga sanbil berdiri dari duduk nya, memperhatikan setiap gelagat aneh Ashila.

"Tolong bawain air putih ke depan, ada temen Shaka disana, bisa nggak?"tanya Ashila sambil tersenyum tak enak.

"Oh boleh kok, tapi kenapa nggak lo aja?" tanya Angga heran.

"Mungkin Ashila malu kali ya?" Tristan nyambung lalu terkekeh.

Ashila menggeleng."Ah nggak, aku mau pulang udah sore, tolong kasih tahu jalan pulang selain lewat depan." Ashila menyampirkan tas nya yang berada di dekat Angga ke bahu kanan nya.

"Oh yaudah, lewat belakang aja. Nanti ada pintu, nah lo lewat situ aja, terus nanti lo lewat jalan setapak, lo bakal langsung ketemu sama jalan raya,"ucap Angga lalu mulai beranjak ke dapur untuk mengambilkan minum.

Tristan menepuk bahu Ashila."Mau gue anter aja Shil?" tawar Tristan."Kelihatan nya lo lagi nggak baik-baik aja."

"Nggak usah kok, aku pulang dulu,"pamit Ashila lalu melenggang menuju pintu belakang.

Tristan mengangguk lalu."Hati-hati Shil."

"Itu anak kenapa?"

👑👑👑

Aku pengen vote and comment kaliannnn dong wkwkw.

Aku cinta kaliann💋💋

Buat yang belum follow instagram Ashila sama Shaka wajib follow yaa wkkw.

👇

Ashila. Alisiya
Shaka. Alviano.
Satu lagi KintanAgustin28 😁

Tentang Shaka&AshilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang