62-Jas hujan

644 34 4
                                    

Orang yang pernah ada di hidupku, tidak seperti kamu. Dan orang yang pernah aku cintai, tidak seperti saat aku mencintaimu.

🍃🍃🍃🍃

Seleksi drama kemarin gagal total. Ketua drama—Putra memilih untuk menunda seleksi drama sampai besok. Ini akibat insiden tadi siang. Membuat semua murid disana masih sedikit memiliki rasa shock. Jadi, sebagian orang mengajukan kalau seleksi diundur saja untuk besok. Karena jika dilanjutkan tidak akan kondusif karena suasana disana masih terasa negatif. Dan itu tidak akan jadi hal baik, mengingat para peserta dan panitia yang masih belum satu tujuan.

Pulang sekolah Ashila memilh ikut ke rumah Shaka. Niat nya ingin bertemu Bunda Shaka, tapi ternyata kedua orang tua Shaka sedang tidak ada di rumah. Membuat cewek itu agak canggung,  apalagi harus berduaan di rumah sebesar ini.

"Ayo, masuk," ajak Shaka. Cowok itu menarik tangan Ashila.

Ashila tersenyum. Cewek itu ikut melangkah kaki nya. Untuk masuk ke dalam rumah besar milik cowok itu. Sebenarnya ini bukan pertama Ashila menginjakan kaki nya di rumah Shaka.

Tapi, entah kenapa bisa Ashila selalu terkagum-kagum dengan rumah ini.

"Tunggu di sofa, gue ke kamar dulu ganti baju." Shaka melepaskan tautan tangan nya pada Ashila. Kemudian ia berlari menuju tangga untuk naik ke kamar nya yang berada di lantai atas.

Ashila beranjak menuju sofa. Kemudian ia melepaskan tas yang digendong nya, menaruh tas itu di dekat nya. Cewek itu mendudukan dirinya di sofa sana. Mata nya menatap sekeliling.

Pandangan nya terhenti pada bingkai foto besar yang terpajang di dinding. Disana ada kedua orang tua Shaka dan juga Shaka tentu nya. Cowok itu ikut tersenyum ke arah kamera. Seolah-olah cowok itu adalah sosok paling bahagia di dunia.

"Ternyata kamu tipe orang yang cinta sama keluarga," gumam Ashila. Ia tersenyum.

Tatapan Ashila beralih pada bingkai foto yang agak besar di sebelah bingkai foto tadi. Disana ada anak kecil berumur sekitaran lima tahun yang tengah menghadap ke kamera dengan gaya angkuh nya. Memangku tangan dan tanpa senyum menghiasi wajah nya. Anak itu mengenakan jaket kulit yang memeluk tubuh nya.

Ashila mengulum senyum. Pasti itu Shaka. "Ternyata dia udah senga, sejak kecil."

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Shaka yang tiba-tiba saja datang. Cowok itu mengenakan kaos putih dengan celana pendek selutut berwarna putih tulang. Dengan kalung rantai yang menghiasi leher nya.

Ashila menahan nafas. Shaka selalu tampan di mata nya. Apapun yang cowok itu pakai selalu terlihat keren di mata Ashila. Makanya sudah tidak aneh kalau cewek-cewek termasuk Ashila mengejar-ngejar Shaka.

Cowok itu kharismatik.

"Biasa aja liatin gue, nya. Gue tau, gue ganteng dan pake banget. Gue tau kok, tau banget, malah. Udah, gue udah tau semua kok," kata Shaka sambil berjalan ke arah Ashila yang kini menggeleng pelan.

"Jijik," cibir Ashila cewek itu menggeser duduk nya karena Shaka duduk di samping nya.

Shaka tertawa pelan. Cowok itu mendekatkan dirinya pada Ashila. Membuat Ashila bisa dengan bebas menghirup aroma bau mint yang di suguhkan oleh Shaka.

"Makan nggak?" tanya Shaka. "Gue beliin  ketoprak."

"Mau, mau," kata Ashila bersemangat. Cewek itu kalau sudah mendengar ketoprak jiwa muda nya menggebu-gebu.

Shaka mengacak pelan rambut Ashila. "Bentar."

"Bi!! Bibi!!" teriak Shaka sedikit kencang. 

Ashila mengkerutkan dahi. Apa cowok itu baru saja memanggil seseorang?

Tentang Shaka&AshilaWhere stories live. Discover now