45-Kalau tidak ada kamu

1.2K 65 5
                                    

Kalau ada kamu dunia yang awal nya terlihat menyedihkan menjadi lebih indah dari biasanya.

👑👑👑

"Shil, gue punya berita bagus."

Lala berbisik tepat ke telinga Ashila yang ada di samping nya. Pandangan mata kedua nya masih menatap ke arah papan tulis–menulis rangkaian huruf yang ditulis oleh Pak Uto.

Kedua manusia itu nampak serius. Sebenarnya Ashila tidak ingin membuat gaduh dengan bertanya lebih jauh pada teman sebangkunya itu, tapi suara Lala membuat nya benar-benar penasaran dengan intonasi pelan dan tekanan di setiap kata nya. Ada bahagia di raut wajah Lala. Sialnya itu semakin membuat Ashila penasaran.

"Berita apa?" Ashila tergoda. Bahkan cewek itu kini mendekatkan kepala nya pada Lala.

"Gue jadian sama Andi."

Satu detik.

Dua detik.

Tig—

"SERIUS KAMU?!!"

Ashila mengatupkan mulut nya rapat. Cewek itu memejamkan mata penyesalan. Reaksi cewek itu benar-benar di luar dugaan. Kini tatapan semua yang ada di kelas benar-benar mengarah pada dirinya. Ashila meringis–menatap Pak Uto takut.

Lala sendiri malah sibuk dengan buku nya. Cewek itu malah pura-pura menulis. Lala tidak menggubris Ashila yang sedari tadi menjawili tangan nya.

Ashila meneguk ludah. Saat tatapan Pak Uto menusuk nya. Ini benar-benar menyebalkan juga menakutkan.

👑👑👑

Ashila menggerutu pelan. Beberapa kali mengesah panjang guna meredakan rasa kesal yang melanda dirinya. Kaki cewek itu bahkan sudah pegal dan ia baru berdiri dua puluh menit, tapi Pak Uto itu menyuruh dirinya berdiri sampai bel istirahat. Padahal bel istirahat berbunyi tiga puluh menit lagi.

Ashila menggeleng. Tidak mau lagi membuat gaduh di kelas. Hukuman ini benar-benar menyiksa nya. Untung nya saja cewek itu tidak diseret ke ruang BK.

"Masih lama ya," gumam nya pelan. Tangan cewek itu menghapus bulir-bulir keringat di kening nya. Posisi Ashila memang tidak sedang hormat, tapi hal itu tidak bisa mempungkiri rasa kesal yang bercokol di hati nya.

Ashila menutup mata, cewek itu mendesah lega, ketika terik matahari tertutup oleh awan. Ashila lebih suka mendung begini ketimbang panas yang berhasil menyengat kulit luarnya. Bahkan cewek itu kini merasakan tiupan angin di wajah nya. Angin ini kenapa rasanya wangi sekali.

Eh, tunggu wangi?

Ashila membuka mata. Menoleh ke pinggir. Cewek itu melotot kaget, ketika melihat Shaka ada di samping nya tengah melindungi dirinya dari paparan sinar matahari. Sesekali cowok itu meniupi wajah Ashila yang kini merah padam.

"Shaka, ngapain?" tanya Ashila. Berusaha menutupi rasa gugup nya. Tersenyum canggung. Sambil menatap Shaka yang tidak berhenti dengan terus meniupi wajah Ashila.

"Sha—"

"Muka lo merah, lo pasti kepanasan ya?" Shaka semakin mendekatkan dirinya pada Ashila membuat sinar matahari kini tertutup oleh tubuh jangkung nya.

Ashila meradang. Muka nya merah bukan karena sinar matahari, tapi karena cowok yang kini berdiri di samping nya. Cowok itu hampir membuat ia pingsan di tempat. Jika tidak menahan pasti Ashila sudah kejang-kejang.

Tentang Shaka&AshilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang