06-Cinta kejam

1.3K 46 3
                                    

Aku hanya merasa akan lebih baik jika aku tidak ada. Bukan nya mengeluh tapi hati ini sangat terluka penuh.

👑👑👑

Ashila berlari ke toilet perempuan dengan air mata yang sudah menggenang dipelupuk mata nya . Saat sudah berada di toilet Ashila langsung masuk ke dalam salah satu bilik toilet lalu mengunci nya dari dalam.

Sesak dalam dada Ashila benar-benar sudah tidak bisa dibendung lagi. Air mata Ashila jatuh seiringan dengan isakan-isakan kecil yang lolos dari bibir mungil nya. Bahkan kini air mata Ashila benar-benar sudah berubah menjadi aliran sungai. Tak bisa ditahan. Bukan lemah tapi karena memang hati nya sudah tidak kuat lagi menahan.

Ashila menggigiti bibir bawah nya menahan agar tidak bersuara menutup mulut nya sendiri dengan kedua tangan nya.

Ashila menopang tubuh nya sendiri dengan menempelkan telapak tangan nya pada tembok toilet.

"Jahat ya"lirih Ashila pelan.

Ashila menghapus air mata nya.

Ashila menutup wajah nya dengan kedua tangan nya. Ashila menangis dengan sesegukan.

Hati Ashila patah bahkan oleh orang yang Ashila rasa adalah pemilik hati nya. Bahkan Ashila kini tidak bisa marah. Padahal hati nya luluh lantah. Hati nya tak berbentuk lagi namun Ashila tetap berusaha membuat semua baik-baik saja.

Lalu cinta itu apa sekarang? Kekuatan atau pembodohan?

Ashila tersenyum paksa. Menghapus bercak air mata yang berada di kedua pipi nya. Ashila merasa lebih tenang. Sesudah menangis rasa nya beban di hati nya terangkat membuat semua terasa ringan.

Tapi tetap saja hati nya tidak baik-baik saja. Meski dengan senyum palsu yang Ashila punya.

"Kuat Ashila!"ucap Ashila menyemangati dirinya sendiri.

Ashila menarik nafas panjang lalu membuang nya. Ashila membuka kunci pintu bilik toilet tersebut lalu keluar bilik toilet dengan rasa tenang dan lega.

Ashila menyempatkan diri untuk bercermin sebentar. Ashila terkekeh merasa lucu dengan pantulan dirinya di cermin. Sangat mengenaskan.

"Ashila kamu bodoh menangisi seseorang yang bahkan dia nggak mau kamu ada" Ashila tampak tersenyum getir.

"Singkat nya gini Shaka. Aku mati-matian jaga hati kamu tapi kamu malah mati-matian bunuh rasa aku ke kamu" ucap Ashila suara nya nampak lirih dan bergertar.

Entahlah Ashila juga bingung harus dengan apa lagi dirinya mendeskripsikan cinta nya pada Shaka. Sekarang dia menangis bagai seorang gadis yang menangisi kekasih nya yang berselingkuh.

Padahal nyatanya bukan seperti itu. Ashila hanyalah pemeran pengganti. Tapi tentu saja ini masalah hati nya bukan? Sudah berjuang mati-matian tapi malah dibuang.

Ashila membenarkan tatanan rambut nya. Lalu berniat menguncir kuda rambut nya namun segan karena luka bekas cambukan dari Mama tiri nya masih terpampang jelas dibagian leher nya.

Ashila menghela nafas pelan. Beban hidup nya semakin berat. Harus nya dengan adanya Shaka dihidup nya beban hidup Ashila terangkat meski terikat jelas pada ketidakmungkinan. Tapi Ashila salah Shaka justru malah menambah luka. Memperparah luka dan membuat luka kian melebar.

"Ashila ini keputusan kamu kan? Kamu harus terima Shaka. Anggap aja Shaka itu masih proses dalam mencintai kamu"ucap Ashila menyemangati dirinya.

"Meski harus jadi pelampiasan dulu"lanjut Ashila tertawa miris.

Ashila keluar toilet dengan keadaan tenang. Bibir nya terangkat menunjukan bahwa dia baik-baik saja. Padahal nyata nya tidak sama sekali.

Baru saja Ashila akan melangkahkan kaki nya namun tidak jadi ketika suara seseorang mengintrupsi.

"Lo ngapain nangis?"

Ashila masih diam enggan membalikan badan nya atau sekedar membalas pertanyaan orang tersebut. Ashila tahu siapa orang itu, Orang itu, orang kedua yang berhasil menjadi alasan Ashila menangis sesegukan setelah Mama tiri nya. Ya siapa lagi kalau bukan Shaka Alviano Pratama si most wanted penyebar luka.

"Kenapa diam?"tanya Shaka sinis.

Ashila membalikan tubuh nya. Mencoba memberanikan diri memandang mata hazel milik Shaka itu.

"Apa?" tanya Ashila dengan wajah polos nya.

Shaka yang tengah bersender di tembok toilet sambil bersidekap dada dan kaki yang ditekuk pada tembok pun terkekeh pelan.

"Tolol!"sarkas Shaka tajam. Posisi nya enggan berubah.

"Kamu ngapain di toilet cewek?" tanya Ashila enggan atau lebih tepat nya malas menanggapi perkataan tajam Shaka.

Shaka terkekeh pelan"Emang kenapa masalah hm?"

"Enggak. Terserah kamu kok. Orang tua kamu kan yang punya sekolahan ini. Jadi kalau kamu mau ngegunain sekolah ini buat jadi tempat pencarian jodoh maupun bakat juga itu terserah kamu," jelas Ashila.

"Walapun kamu mau jadiin sekolah ini jadi rumah hantu, rumah kosong, rumah tangga sekalipun itu urusan kamu"

Shaka merubah posisi nya menjadi berdiri. Shaka menghadap Ashila lalu maju beberapa langkah membuat Ashila refleks mundur beberapa langkah.

"Bego ngapain mundur?!" geram Shaka pada Ashila. Ashila langsung diam bagai patung.

Shaka maju lagi kini Ashila hanya diam saja tapi mata nya menutup rapat. Jika bisa Ashila ingin sekali telinga nya tertutup rapat agar tidak mendengar pedas nya cacian dan makian dari Shaka.

Shaka mendekatkan bibir nya pada telinga Ashila. Mata Ashila memejam erat tangan nya terkepal kuat.

"Lo nggak usah lebay" bisik Shaka pelan.

"Nangis-nangis kaya gitu. Nggak usah drama ini bukan kisah lo. Ini kisah Clara dan Shaka. Lo disini cuma pemeran pembantu" bisik Shaka lalu menjauhkan tubuh nya dari Ashila yang kini sudah membuka mata nya.

Ashila mematung ditempat. Shaka benar. Ini bukan kisah nya kini kisah Clara dan Shaka. Ashila bukan apa-apa bahkan siapa-siapa.

Shaka beranjak namun tepat didekat telinga Ashila Shaka mundur kembali lalu Shaka berbisik.

"Satu lagi ini bukan kisah Ashila dan Shaka jadi nggak usah baper"

Setelah mengatakan itu Shaka pergi. Shaka dengan sengaja menubrukan bahu kokoh nya pada bahu Ashila.

Ashila yang tidak tidak siap dengan tubrukan itupun terhuyung kebelakang hingga terjatuh dengan terduduk. Shaka melewati Ashila tanpa mengatakan apapun lagi. Bahkan Shaka tidak peduli maupun iba dengan Ashila.

Satu tetes air mata Ashila jatuh menandakan hati nya rapuh. Ashila tersenyum paksa. Mencoba menguatkan hati nya yang luluh lantah.

Ashila tidak menyalahkan Shaka. Shaka benar bahkan sangat benar. Pada dasar nya semua masalah terletak pada Ashila. Disini Ashila yang terlalu berharap. Berharap pada cinta yang belum tahu bagaimana akhir nya nanti.

Ashila masih tersenyum paksa. Mata nya menatap kosong kedepan. Ashila memang harus bisa belajar menerima semua. Kareba tidak ada yang kebetulan kan? Semua sudah di gariskan. Meski takdir yang digariskan untuk nya memang bukan keinginan nya bahkan bukan kemauan nya.

Ashila menghela nafas panjang. Menghapus bercak air mata yang ada di permukaan wajah nya.

"Kuat aku kuat"ucap Ashila parau lalu berdiri.

Walau pada akhinya Ashila kembali berucap lirih penuh sesak.

" Ya Tuhan capek"

👑👑👑

Vote and comment yaa👌👌

Tentang Shaka&AshilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang