59-Resmi ikut

650 24 3
                                    

"Shak, lo yakin nih, nggak mau ikutan buat pensi?" tanya Reza. Ia mencoba beberapa kali menghasut Shaka untuk ambil andil dalam acara pensi kali ini.

Shaka yang duduk di kursi nya, menatap Reza malas. Ia mengibas-ngibaskan tangan. "Nggak mutu. Lo aja sana."

Reza berdiri. Ia mendekat ke arah Shaka. "Gue jelas akan ikut. Gue punya bakat terpendam, yang selama ini gue tahan-tahan."

Fajar terkekeh. "Kentut, maksud lo?"

Andi dan Shaka tertawa. Kedua nya bertos ria. Rasanya sudah lengkap, jika Reza di hina seperti tadi. Batin yang tadinya kosong jadi terisi.

Untung nya Reza mempunyai sisi baik. Cowok itu tidak pernah tersinggung ataupun marah. Tidak seperti perempuan apa-apa ambil hati. Makanya, mereka mudah di tinggalkan.

"Gue akan ikut paduan suara," ungkap Reza bangga.

"Hah, yakin lo? Nggak kasian lo sama kuping murid-murid disini?" Tanya Fajar sangat sadis.

"Lo sih, Jar, lo nggak tau gue itu gimana. Sebenernya gue udah dari dulu pengen cerita sama kalian," kata Reza berujar serius. Cowok itu mendekat ke arah teman-teman nya yang duduk di pojok dekat jendela membuat mereka kini saling berhadap-hadapan.

"Lo punya penyakit, Za?" tanya Andi dengan tak berdosa nya.

Reza menggeplak kepala Andi agak kencang. Membuat Andi mendesis pelan.

"Bukan, nyet. Gue ikutan paduan suara, karena, gue suka sama cewek." Reza akhirnya membongkar rahasia nya.

Fajar menggeleng. "Serius lo? Terus waktu itu, lo sama cowok, di kamar lo, lagi tidur, itu apa? Lo, bukan nya nggak suka cewek?"

Reza menyentil bibir Fajar gemas. "Apa bangsat? Sejak kapan gue suka sama cowok? Ah, Jar. Sialan lo."

Shaka terkekeh sebentar, lalu ia menatap Reza serius. "Terus, gimana, Za. Cewek nya juga suka nggak sama lo?"

Reza menggebrak meja. Membuat ketiga teman nya itu terlonjak kaget. "Nah, itu dia anjrit. Masalah nya itu cewek punya bapak galak banget. Gue pernah kerumah nya, eh gue malah di jadiin bahan percobaan."

"Bahan percobaan?" Andi menaikan sebelah alis. Ia bingung.

Reza mengusap wajah. Tangan nya lalu turun untuk menangkup wajah ia sendiri. "Gue' kan dateng kerumah doi. Nah, bokap nya doi, lagi maen panah-panahan gitu. Terus dia manggil gue. Gue seneng aja dong, lagian sama mertua ini. Tapi emang ya, mungkin bahagia nggak tidak berpihak sama gue."

Semua diam memperhatikan.

"Kalian tau nggak, sih?" tanya Reza.

Semua nya menggeleng kompak.

Reza memutar bola mata malas. "Gue malah disuruh berdiri, terus bokap nya doi nyimpen apel di atas kepala gue. Buat manah itu apel," lanjut Reza berapi-api. Cowok itu menggelengkan kepala nya.

"Gimana coba kalau itu panah bukan nya kena apel, tapi malah kena kepala gue."

Shaka dan yang lain nya tertawa. Tawa mereka menggema sampai satu kelas melirik ke arah mereka aneh. Sudah bisa di bayangkan bagaimana muka Reza saat itu.

"Udah, udah nggak usah ketawa. Kalau udah gini tuh gue suka pengen nyanyi lagu hati yang kau sakiti," kata Reza dengan nelangsa.

"Tapi, Za, menurut gue usaha lo udah keren banget kok. Lo merjuangin cinta lo dengan segitunya," ungkap Andi. Ia berusaha menghibur Reza.

"Iya, sih. Nggak kaya Shaka disuruh ikut drama aja dia nggak mau," sungut Reza memanas-manasi.

"Gue bukan nya, gamau." Shaka menatap teman-teman nya.

Tentang Shaka&AshilaWhere stories live. Discover now