49-Kabar tak enak

710 24 6
                                    

Aku kira kita masih sama, tapi aku salah. Kamu yang berbeda.
🍌🍌🍌🍌

"Shaka?"

Suara panggilan itu membuat Shaka menengok dengan rasa malas. Shaka terdiam sejenak. Menatap orang yang tadi memanggilnya tegas. Shaka mengangkat kedua sudut bibir nya. Cowok itu melemparkan tas nya kesembarang arah, lalu berlari sampai dengan nekat melompati sofa yang ada di hadapan nya.

Shaka memeluk orang itu erat. Senyum terus saja menghiasi wajah cowok itu.

"Ayah, apa kabar?" tanya Shaka seraya melepaskan pelukan pada tubuh Papa nya.

Alvi, Ayah Shaka tersenyum lebar. Baru beberapa bulan pergi, Shaka sudah seperti ditinggal beberapa tahun saja. Alvi sedikit nya beruntung meski Shaka sering merasa kesepian anak nya itu tidak pernah melampiasakan semua nya pada hal yang berbahaya seperti, narkoba dan obat-obatan lain nya.

Shaka hanya sesekali pergi ke club dan berkumpul di warung Abah Aji. Meski termasuk dalam golongan anak nakal Shaka tidak pernah membuat masalah, apalagi sampai harus berurusan dengan polisi.

"Lebay, Ayah' kan cuma pergi sebentar."Alvi terkekeh seraya menggelengkan kepala tanda geli.

Shaka mengusap tekuk. Merasa malu sendiri. Benar juga kata ayah nya kenapa iya harus selebay ini? Ini akibat dorongan kuat yang ada pada dirinya.

"Kapan dateng, Yah? " Shaka duduk. Tanda ia ingin mengobrol serius dengan pria yang sudah berkeja keras untuk nya selama ini.

Alvi tersenyum. Ikut duduk. Hingga akhirnya dua laki-laki itu duduk berdampingan. Suasana yang sangat jarang terjadi. Untung saja, Shaka tidak pernah merasa canggung pada Ayah nya. Jadi, ia hanya perlu berbincang sampai akhirnya mereka tetap merasa dekat.

"Tadi," kata Alvi singkat. "Kata Bunda, kamu sudah punya pacar?" tanya Alvi sambil menyenderkan kepala di sofa. Memejamkan mata, seolah mengistirahatkan rasa lelah yang selama ini ia rasa.

Shaka berdehem. Lama menatap wajah tua Ayah nya. Kerutan serta kulit yang tak lagi kencang. Rambut yang hitam sedikit demi sedikit mulai memutih. Tanda kalau Ayah nya sudah tidak lagi semuda dulu.

Shaka tersenyum. "Iya, Yah, Shaka emang udah punya pacar sejak dulukan Ayah tahu."

Alvi membuka mata menatap Shaka dengan menolehkan kepala. Pria itu tersenyum. "Perempuan ini Ayah ngerasa dia istimewa untuk kamu."

Shaka tersenyum. Ayah nya selalu tahu.
"Shaka, Ayah harap kamu tidak pernah mengecewakan perempuan yang kamu cintai itu."

Ayah Shaka membenarkan duduk nya. Menatap Shaka sepenuh nya. "Jaga apa yang sudah kamu bangun dari awal. Bukan laki-laki namanya jika menyerah pada keadaan."

"Ayah harap kamu tidak akan pernah jadi pengecut. "

Shaka mengangguk pasti. Dalam hati ia berjanji. Shaka hanya akan mencintai satu perempuan.

Dan itu hanya Ashila.

🌞🌞🌞🌞

Sudah satu minggu Ashila belum juga memberi kabar. Sekedar memberi pesan lewat ponselpun tidak. Entah apa yang ada di pikiran cewek itu. Ini sama sekali bukan hal menyenangkan untuk Shaka. Shaka tidak mengerti ini tidak adil.

Sebenarnya Ashila itu kenapa? Kenapa cewek itu harus repot meninggalkan jakarta dan juga dirinya? Berbagai pertanyaan muncul di kepala cowok itu. Sedikitpun tidak ada jawaban untuk dirinya. Titik terang itu masih belum juga terlihat.

Shaka memejamkan mata erat. Menyenderkan punggung tegap nya pada kursi. Kelas nya sepi, teman-teman cowok itu memilih pergi ke kantin meninggalkan ia sendirian. Shaka memang butuh waktu sendiri setidaknya sampai ia bisa tenang.

Tentang Shaka&AshilaWhere stories live. Discover now