24-Bubur?

1.4K 62 7
                                    

Hujan tahu kapan dia harus turun. Aku juga begitu. Aku tahu, kapan aku harus berhenti mencintai yang tak pernah mau mencintai ku.

🍃🍃🍃

Hari minggu merupakan hari yang   paling di tunggu oleh semua orang yang mempunyai kegiatan berat dari hari senin sampai sabtu. Biasanya manusia-manusia kelelahan akan melakukan hal yang membuat bersemangat, seperti jalan-jalan bersama kekasih atau hanya sekedar nongkrong dengan teman-teman di cafe, bukan membeli terkadang mereka hanya ikut wifi-an saja. Biasa nya untuk para jomblo atau yang tidak memiliki kekasih akan lebih memilih tidur dan bermanja-manja dengan kasur serta bantal dan guling. Menurut mereka yang sendiri, hal seperti itu adalah hal paling menyenangkan saat liburan.

Asal ada kuota yang lebih, serta jaringan cepat mereka lebih memilih mengurung diri di kamar. Terkadang, jika tak ada hal yang harus mereka kerjakan mereka akan lebih memilih tidur lagi dan terbangun saat hari sudah menginjak senin.

Nikmat.

Memang, itu juga yang tengah dilakukan oleh lelaki yang masih bergelung di dalam selimut tebal milik nya. Menikmati hari panjang yang menurut nya akan menyenangkan jika terus bergelung di kasur, dari pada berjalan-jalan tidak jelas mengelilingi kota Jakarta yang terkenal dengan kemacetan nya.

Ia menggeram, ketika sinar matahari perlahan masuk ke dalam retina mata nya. Mengusik dirinya, seolah memerintahkan dirinya agar cepat bangun, karena ada sosok yang harus ia temui.

Shaka lelaki itu mengerjap. Ia terduduk, lalu merengangkan otot-otot tangan nya. Merasa lebih baik, karena hampir semaleman penuh ia menjaga Ashila di rumah sakit. Ia dengan setia menunggu Ashila, meski sampai beberapa kali juga Ashila menyuruh dirinya untuk pulang.

Shaka tersenyum tipis. Ketika mengingat bagaimana Ashila dan dirinya tidur dalam brankar rumah sakit yang Ashila tempati. Rasanya manis dan gugup dalam waktu bersamaan.

"Anjir, gue kangen Ashila."Shaka mengacak rambut nya."Baru semalem ketemu padahal."

Shaka berdiri. Menatap bingkai yang tidak terisi oleh foto. Shaka tersenyum. Ia mengambil bingkai itu menatap nya lama, seolah benda itu adalah hal yang menarik bagi nya.

"Tenang, sebentar lagi lo bakal gue isi sama foto seseorang."

👑👑👑

Ashila beberapa kali menghela nafas pelan, ketika mulut nya di buka paksa untuk menerima makanan yang menurut nya benar-benar hambar, tak ada rasa. Bahkan Ashila beberapa kali menutup mulut nya agar Shaka tak berusaha memasukan makanan yang rasa nya hambar itu ke dalam mulut nya.
Ashila mendorong sendok yang hendak dimasukan ke dalam mulut nya. Ia menggeleng."Aku nggak laper, Shak."Ashila bergidik.

"Nggak, nggak, lo harus makan, Ashila."Shaka sedikit memaksa."Makan, atau lo mau tambah sakit?"

Ashila menggeleng lucu."Nggak enak, nggak ada rasa nya."Ashila menyerngitkan dahi nya.

Shaka menyimpan nasi yang berada di nampan itu ke atas nakas. Ia menatap Ashila datar, lalu mencubit pipi Ashila gemas."Bilang aja, mau gue beliin apa?"tanya Shaka sambil menatap Ashila.

Ashila tersenyum lebar. "Ketoprak, ya?"

Shaka menggeleng tegas."Nggak, mana ada kaya gitu?" Shaka menolak."Bubur ayam aja, gimana?" tawar Shaka menaikan kedua alis nya.

"Ya terus ngapain tadi nawarin?"cibir Ashila kesal.

Shaka terkekeh mengacak rambut Ashila. Ia berdiri."Gue berangkat dulu." Shaka mendekat, mencium singkat kening Ashila.

Tentang Shaka&AshilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang