44-Papa?

1.2K 61 2
                                    

Aku memang tidak punya pelukan sehangat Ibu, tapi aku punya pelukan penguat, pelukan Ayah.

👑👑👑

Ashila turun dari motor Shaka. Cewek itu menunggu Shaka membuka helm fullface yang menutupi seluruh permukaan wajah cowok itu. Sampai akhirnya cowok itu merapihkan rambut nya. Sambil menatap ke arah Ashila.

Sudah jam tujuh malam.  Kedua insan itu hanya disorot oleh cahaya lampu rumah di sekitar mereka. Tapi itu tak surut membuat keduanya segera mengakhiri pertemuan mereka berdua. Padahal sepulang sekolah tadi mereka langsung pergi ke warung kopi. Berniat menemui anak-anak yang ada di sana. Sekalian menghabiskan waktu berdua di atas motor.

"Ganteng nggak?" Shaka tersenyum. Memamerkan wajah tampan nya. Cowok itu seperti tidak pernah bosan menyombongkan setiap inti dari wajah nya. Dari mulai hidung, bibir, alis, sampai mata hazel yang tegas dan dingin, tapi terkesan meneduhkan.

"Kamu nggak pernah jelek," kata Ashila malu-malu.

"Lo juga, cantik terus." Shaka memuji. Hendak mengusap rambut Ashila, tapi pandangan nya teralihkan pada mobil yang ada di belakang kekasih nya itu. Tepat berada di belakang gerbang berwarna putih rumah Ashila.

"Itu mobil siapa?" tanya Shaka menunjuk mobil berwarna putih itu dengan dagu nya. Setelah nya tatapan cowok itu kembali mengarah pada Ashila.

Ashila ikut menoleh ke belakang. Cewek itu melotot antusias. Tersenyum bahagia. Kali ini Shaka bisa lihat kalau Ashila benar-benar bahagia pada tempat nya. Cewek itu bahkan sampai lupa, jika Shaka masih ada di depan nya.

"Siapa?" tanya Shaka penasaran. Takut-takut kalau pemilik mobil itu memiliki hubungan lebih dengan Ashila. Lebih dari dirinya.

Ashila kembali menatap Shaka. Kedua tangan nya langsung menggenggam kedua tangan Shaka antusias. Tersenyum bahagia. Beberapa kali meloncat kecil. Terlalu bahagia.

"Itu, mobil Papa, Shak," ujar Ashila ada nada senang ketika cewek itu mengucap setiap kata disana.

Shaka mau tak mau ikut tersenyum. Meski ia tidak pernah bertemu dengan Papa Ashila. Cowok itu sangat yakin kalau Papa Ashila itu adalah bagian paling terbesar dari hidup cewek itu. Shaka senang, jika kekasih nya itu juga bahagia. Ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan lewat kata-kata.

"Masuk gih, lo mau ketemu, Papa lo, 'kan?" Shaka ikut menggenggam kedua tangan mungil itu. Rasanya ingin sekali terus menggenggam nya tanpa mau melepas lagi. Ingin berkata pada seluruh dunia kalau cewek ini hanya milik nya.

Ashila memberenggut menarik tangan nya. Memasang wajah cemburut. Berhasil membuat cowok yang ada di depan nya menahan hasrat ingin memeluk. "Masih kangen."

Shaka menopang dagu. Menatap Ashila dalam diam. Terpana.

"Kamu masuk aja yuk, aku kenalin sama Papa," ajak Ashila antusias. Menarik tangan Shaka yang dipakai menopang dagu. Sebenarnya itu hanya pengalihan saja. Ashila terlalu gugup ditatap begitu dalam oleh Shaka.

Shaka menggeleng pelan. Cowok itu masih setia duduk di atas motor kebanggaan nya. Menangkup wajah Ashila. Membuat wajah cewek itu menjadi bulat dengan rambut yang menghiasi sisi-sisi pipi nya.

"Gue harap, gue adalah salah satu orang yang lo sayangi," kata Shaka. Tatapan nya begitu lembut. Membuat Ashila tak mampu berkata-kata.

Shaka menjauh, 'kan tangan nya dari wajah Ashila. Tersenyum. "Gue pulang, ya."

Ashila menahan. Kedua tangan nya menggengam pergelangan tangan Shaka yang terbalut jaket coklat.

"Apa?"

Tentang Shaka&AshilaWhere stories live. Discover now