64-Diganggu

576 29 5
                                    

Jangan selalu merasa baik-baik saja. Pundaku rindu, sudah lama tak kamu sandari. Katanya, kapan bercerita lagi? 

🍃🍃🍃

Ashila melangkahkan kaki nya. Cewek itu mengulas senyum pada siapa saja yang berpaspasan dengan nya. Cewek itu selalu membuka diri untuk siapa saja. Ashila juga tidak pernah sekalipun menganggkat dagu nya tinggi-tinggi, berisikap jumawa pada orang di sekitar nya.

Ashila sampai di stand makanan. Ia mengedarkan pandangan mencari sang penjual yang tidak ada di tempat nya. Saat menatap ke arah lain. Cewek itu mundur beberapa langkah, karena tiba-tiba saja, seseorang menabrak bahu nya secara kasar. Membuat cewek itu mengaduh.

Ashila menoleh. Cewek itu menggeleng pelan, ketika ternyata yang menubruk nya barusan adalah seorang lelaki.

"Hei, kamu nggak mau minta maaf?" tanya Ashila sedikit berteriak. Ia yakin sekali kalau cowok yang menubruk tadi itu ada faktor kesengajaan.

Cowok itu menoleh. Menatap Ashila dengan pandangan sayu nya. Ia menatap Ashila remeh. Lingkaran hitam di kedua bola mata nya, semakin memperkuat aura mistis dari dirinya. Kentara, kalau cowok jarang merawat diri.

Ashila beringsut mundur. Ia menatap lurus ke arah cowok yang kini mendekat ke arah nya. "Rey, aku kira bukan kamu."

Rey tersenyum seram. "Kalau bukan gue, kenapa emang nya?" dengan suara berat Rey bertanya. Cowok itu seperti mabuk berat, padahal Ashila yakin, kalau Rey tidak mabuk.

"Rey," peringat Ashila, ketika cowok itu semakin mendekatkan diri pada nya. Bau rokok juga alkohol yang sudah lama dari mulut cowok itu, membuat Ashila buru-buru menahan nafas.

Ashila mendorong dada Rey dengan sebelah tangan nya pelan.  Ia menghela nafas. "Aku minta maaf, aku kira tadi bukan kamu."

Rey mundur beberapa langkah. Cowok itu terkekeh, menatap ke arah lain, sedetik kemudian, tatapan nya beralih pada Ashila dan seketika tatapan itu berubah menjadi tajam. "Emang lo siapa, ngatur-ngatur hidup gue?"

"Urus aja diri lo sendiri."

Entah sejak kapan murid-murid di sana sudah berkumpul dan membuat lingkaran. Orang-orang yang berada disana memilih untuk tidak mencampuri.Mereka hanya diam di tempat mereka berdiri. Menatap ke arah Rey dengan ngeri.

"Rey, aku udah bilang, maaf," kata Ashila sudah ketakutan, sama sekali tidak berani menatap mata Rey.

Rey mengambil mangkok yang berisi bakso di dekat nya, tepat di sebuah meja. Masih panas, terlihat dari asap nya yang mengepul juga kuah nya yang bergejolak. Pasti panas bukan?

Tanpa aba-aba cowok itu melemparkan mangkok itu ke permukaan lantai kantin dan dengan sengaja, melemparkan mangkok berisi bakso itu ke arah Ashila. Menimbulkan suara yang begitu nyaring, juga membuat kuah dan bakso yang ada didalam mangkok tadi jadi berserakan di lantai.

"Aww," rintih Ashila. Ia refleks mundur saat kaki nya terkena kuah bakso yang teramat panas itu. Ashila menunduk, melihat ke arah kaki nya. Panas juga perih menjalar di sekitar sana. Ada beberapa serpihan beling di kaki nya.

Entah apa yang ada di isi otak Rey, cowok itu kini tersenyum puas. Menyugar rambut gondrong nya kebelakang. "Sakit?"

Ashila hendak menangis, tapi cewek itu sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan air mata nya.

Rey mendekat. Cowok itu menderap maju. Ia menatap yang ada disana satu persatu. Tangan cowok itu terangkat, mencengkram kedua pipi Ashila.

"Sakit, nggak?" Rey bertanya lembut. Menatap Ashila yang belum mau menatap Rey.

Tentang Shaka&AshilaWhere stories live. Discover now