Tujuh

39 11 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Ilyana sudah berada di kantor. Hari ini semua pegawai harus datang lebih awal. Semua bagian gedung pun tertata lebih indah dibandingkan hari sebelumnya.

Ilyana mempersiapkan berkas yang akan digunakan untuk rapat darurat kali ini. Untung saja, administrasi dan pengarsipan dirinya selalu bagus, bahkan mendekati kata sempurna. Sehingga pada saat genting seperti ini, mampu dilalui dengan baik.

Ting... sebuah pesan masuk ke gawainya

Ily... rapat akan kita mulai lima menit lagi. Ke ruangan gue dulu ya.

Dengan segera Ilyana keluar ruangan seraya membawa perlengkapan rapat. Ia pun menuju lantai di atasnya. Seorang sekuriti menyambutnya dan membukakan pintu untuknya.

Dari pintu Ilyana melihat Joe duduk di kursi kerjanya.

"Duduk Ly."

Ia melihat Joe berjalan mendekat. Dan duduk persis di hadapannya.

"Ini laporan yang diminta." Ucap Ilyana seraya menyerahkan berkas di tangan.

"Oke Thanks." Jawab Joe.

"Ly... sebenarnya gue ga mau ninggalin perusahaan ini. Tapi perusahaaan Bokap di Italia sedang bermasalah. Gue.... "

"Tenang aja Joe, pikirin perusahaan papa aja. Itu fokus utama. Di sini semua pihak direksi solid dan dapat dipercaya." Sela Ilyana.

"Kalo itu gue percaya. Tapi.... Masalah Lo, Ilyana.... " ujar Joe.

Ilyana paham maksud Joe. Bahkan ia sangat mengerti perkataan Joe. Terlebih pandangan mata laki-laki di depannya begitu intens.

"Gue akan baik-baik aja Joe. Lagi pula, gue banyak belajar dari Lo. You are my best teacher." Ungkap Ilyana.

"Ilyana.... " kalimat itu terhenti saat pintu Joe terbuka.

"Maaf Bos.... Direksi dan tamu sudah menanti." Suara Beno menginteruksi pembicaraan itu.

******

Ilyana tidak begitu antusias terhadap laki-laki yang sedang berbicara memperkenalkan dirinya. Pikirannya melayang pada pesan singkat Sisi.

Saya, tidak suka, ada orang menggunakan gawai saat saya sedang berbicara.

Suara ngebas itu sampai ke telinga Ilyana. Spontan dirinya menatap ke sumber suara. Nampak bos barunya, Rino Harnov Permana menatapnya tajam. Segera Ilyana meletakkan gawainya di saku celana panjangnya.

Untung saja tak lama rapat selesai, dengan cepat Ilyana meninggalkan ruangan. Ia pun menghubungi putrinya untuk menanyakan keadaannya. Tampak wajah cemas terlihat.

Sesampainya di ruangan ia segera merapihkan berkas. Setelah itu ia mengambil tas dan bermaksud menuju ruangan Joe. Ia akan mengucapkan salam perpisahan menginggat malam ini juga Joe meninggalkan Indonesia.

Ilyana mengetuk pintu berwarna merah itu. Tak lama pintu terbuka.

"Masuk Ly. Kebetulan Lo ke sini."

Kalimat itu mengantarkan Ilyana hingga duduk di sofa. Di sana Nampak Joe dan Bos barunya sedang berbincang.

"Biar lebih jelas biar gue bicara. Ilyana, Dia adalah kakak gue yang baru datang dari Jerman. Dia akan gantikan gue di sini. Lo harus tahan sikapnya yang Bossy. Dan Lo, No.... Ilyana adalah sahabat terbaik gue sejak SMA. Ia orang yang 'sempurna' dengan pekerjaannya. Gue harap, Lo berjanji ga akan buat Ilyana pada pilihan sulit. Jika Dia menolak tugas Lo berarti ada alasan yang penting."

Ilyana melihat Joe begitu baik. Namun dirinya tetap menganggap Joe adalah sahabatnya. Hatinya sudah tertutup untuk lawan jenis. Namun ekspresi berbeda ditampilkan laki-laki di sebelahnya.

"Ly... " Joe berkata seraya mendekatinya dan berlutut di hadapan dirinya.

"Joe, bangun." Ucap Ilyana sambil membangunkan sahabatnya itu.

Tanpa berkata, Ilyana melihat Joe memeluknya erat. Ini adalah pelukan pertama kali laki-laki itu semenjak mereka bersahabat. Karena Joe tau jika Ilyana sangatlah protektif.

"Kamu jaga diri baik-baik ya. Kalo ada apa-apa hubungi aku." Ucapan lirih penuh kesedihan itu membuat mata Ilyana berkaca-kaca. Tanpa sadar ia mengangguk.

Tak lama, Ilyana merasa pelukan sahabatnya itu melemah. Ia melihat Joe menuju meja kerjanya.

"Ly. Lo boleh balik ke ruangan." Ujar Joe tanpa menatap kepadanya.

Ilyana memilih berjalan menuju meja kerja itu. Ia berdiri di hadapan Joe. Dirinya tak enak hati untuk meminta izin. Maklum saja saat ini baru memasuki pukul satu siang.

"Joe. Hari ini aku izin pulang lebih awal." Ucap Ilyana.

Apakah kamu sakit?

Ilyana menggeleng.

Sisi?

"Bukan. Tapi Bi Nah mendadak ingin pulang kampong, cucunya sakit." Ujar Ilyana dengan lega.

"Baiklah. Hati-hati ya. Salam buat Sisi. Sampaikan juga doa buat Bi Nah, supaya cucunya cepat sehat." Ucap Joe.

Dengan cepat Ilyana meninggalkan ruang Joe. Saat itulah tanpa sengaja ia melihat Bos barunya dengan tatapan penuh Tanya Tanya. Namun ia tidak ingin membahasnya.

*****

Bersambung

Love (Selesai)Where stories live. Discover now