Dua

85 14 0
                                    

Suasana ramai sudah Nampak di ruang makan. Seorang perempuan dengan kemeja putih terlihat menyiapkan sarapan. Sementara itu seorang perempuan lain yang berusia lima puluh tahun membawa beberapa piring dari arah dapur.

"Neng Ily. Biar Bi Nah aja yang merapihkan. Nanti bajunya kotor."

"Ga papa Bi. Sebentar lagi selesai kok. Oya semua perlengkapan Sisi sudah siap?"

"Sudah Neng."

Ilyana pun mendekati wastafel dan mencuci tangannya. Setelah itu berjalan menuju sudut rumah.

Kamar Sisi

"Sayang. Ayo sarapan... nanti terlambat." Ucap Ilyana seraya mengetuk pintu itu.

Tak lama pintu terbuka dan terlihat seorang gadis yang kesulitan mengikat dasinya. Wajahnya cemberut. Melihat itu Ilyana pun mendekat.

"Sudah sini Bunda bantu." Ilyana segera memasangkan dasi putrinya.

"Terima kasih Bunda cantik." Ucap Sisi dengan senyum cerianya.

"Ayo kita sarapan. Kebetulan hari ini bunda ada kegiatan pagi."

Ibu anak segera menuju meja makan. Di sana sudah ada Bi Nah di bangkunya. Ilyana memang mengharuskan perempuan paruh baya untuk selalu duduk dan makan bersama. Baginya Bi Nah adalah ibu keduanya. Menginggat Bi Nah lah yang mengasuhnya sejak kecil. Bahkan saat Ilyana mendapat cobaan yang sangat berat, Bi Nah memilih untuk merawat dirinya dan bayi yang di kandungnya.

"Bun. Kok malah bengong nanti Bunda terlambat ke kantor."

Kalimat Sisi menyadarkan Ilyana bahwa masa itu sudah lewat. Dan kini di hadapannya sudah ada putri kesayangannya yang meranjak remaja. Ilyana memberikan dua potongan roti untuk putrinya.

*****

"Dah Bunda. Jangan ngebut ya. Sisi sayang Bunda. Cup."

Ilyana membalas kalimat putrinya dengan memberikan ciuman serta mengigit pipi bakpao itu.

"Belajar yang pintar ya. Ingat ya pesan Bunda. Love you."

Sisi mengacungkan jempolnya berlari menuju halaman sekolah. Tak lama mobil yang dikendarai Ilyana pun segera meninggalkan area sekolah.

Suasana pagi ini belum terlalu ramai. Maklum saja waktu menunjukkan pukul 06.15. Jarak antara sekolah dengan kantornya sekitar tiga puluh menit. Ya memang Ilyana selalu mengantar dan jemput Sisi. Baginya rutinitas ini adalah cara untuk menjaga buah hatinya dari 'jahatnya dunia'. Ia tidak memperbolehkan putrinya antarjemput dengan orang lain.

Ilyana memarkir kendaraannya. Dengan cepat ia menuju lobi gedung. Beberapa sekuriti menyambutnya. Tanpa bersuara dan mengangguk, ia segera memasuki lift yang terbuka.

Ting

Tepat di lantai 15, Ilyana keluar lift dan berjalan menuju pintu kaca.

"Pagi Ibu." Ujar perempuan berkerudung itu.

"Nana. Berkas sudah Kamu siapkan?"

Ilyana meletakkan tasnya dan menempati kursi kerjanya.

"Sudah Bu. Silahkan dan saya permisi." Ujar Nana seraya berjalan menuju pintu.

Ilyana menerima tumpukan kertas. Dibuka dan dipelajarinya secara perlahan. Sebagai deputi keuangan mengharuskan ia bekerja tanpa cacat. Apalagi perusahaan tempatnya bekerja adalah perusahaan properti ternama di Asia. Untuk mencapai posisi itu, Ilyana harus memulai menjadi pegawai biasa dan butuh sebelas tahun.

Pukul 10.00

Ruang Meeting

Dengan planning yang saya sampaikan dapat menekan pengeluaran namun tidak mengurangi kualitas bangunan. Jika keuntungan dapat kita peroleh dengan dana yang terarah dan tepat sasaran. Terima kasih.

"Saya setuju dengan usul Ilyana. Saya rasa itu masuk akal. Bagaimana yang lainnya?" ujar pria di hadapannya.

Para direksi mengangguk. Ini bukan pertama kalinya, analisa dirinya selalu tepat. Bahkan tender yang diambil perusahaan selalu melibatkan dirinya.

"Oke. Saya putuskan kita ambil proyek ini. Saya harap satu minggu dipersiapkan segalanya. Rapat selesai."

Para direksi memberikan selamat kepada Ilyana. Satu persatu meninggalkan ruang rapat. Tersisa Ilyana, Nana, dan laki-laki di hadapannya.

"Thanks Joe. Semoga gue ga ngecewain Lo dan perusahaan." Ujar Ilyana.

"Gue yang harusnya terima kasih ke Lo, Ly. Karena Lo, gue bisa ngembangi perusahaan Bokap." Laki-laki yang bernama Joe itu menjulurkan tangannya dan memberikan keyakinan buat Ilyana.

"Oya. Sisi kabarnya sehat? Gue dah lama ga lihat." Tanya Joe.

"Baik." Ucap Ilyana.

"Ily kalo Lo dan Sisi ada kesusahaan hubungi gue aja." Ujar Joe.

"Lo udah banyak bantu gue juga Sisi. Dan itu dah cukup. Thanks Joe. Ehmmm... Gue balik ke ruangan. Gue sempurna proposal ini. Permisi."

Ilyana segera meninggalkan ruangan dengan Nana di belakangnya. Ia tidak ingin berlama-lama dengan Joe. Entah pikirannya atau apa, ia merasakan sahabatnya memiliki perhatian yang lebih. Ilyana tidak ingin itu terjadi. Walaupun ia tahu jika Joe sangat tulus dan baik. Namun peristiwa lampau membuatnya menutup celah 'laki-laki' di hidupnya.

*****

Ilyana berjalan cepat menuju parkiran. Diliriknya jam di tangan. 14.30. Informasi dari sekolah memberitahukan bahwa kepulangan putrinya dipercepat. Ilyana gelisah saat terjebak di kepadatan jalan raya. Ia pun segera mengaktifkan Maps untuk melepaskan diri dari situasi ini.

Terlihat jalan alternatif yang tidak ramai. Ilyana segera mengikuti arahan itu. Tak lama gawainya berbunyi dan Nampak nama Sisi pada layarnya.

Iya Sayang, Bunda sebentar lagi, Kamu tunggu di sekuriti ya.

Ilyana segera mematikan gawainya dan meletakkan di kursi samping. Ia melajukan kendaraannya melewati perempatan. Bersamaan itu sebuah motor melintas. Ilyana mengerem dengan keras namun tabrakan tidak terhindar.

Suasana yang sepi membuat Ilyana waspada. Ia teringat bahwa banyak modus kecelakaan. Tanpa turun ia memperhatikan laki-laki yang terjatuh dengan motor sportnya. Laki-laki itu bangkit dan berjalan mendekat. Celana jeans laki-laki itu robek pada bagian lutut. Tepat di kaca mobilnya, laki-laki itu mengetuk. Ilyana tidak meresponsnya. Sekali lagi ketukan kaca terdengar. Ilyana masih bertahan. Ilyana mengambil alat keamanan dirinya. Namun tidak sengaja matanya menangkap identitas laki-laki itu pada kartu mahasiswa yang terletakkan pada lehernya.

Setelah dirasa aman, ia membuka kacanya perlahan.

Ilyana melihat laki-laki itu terkejut melihatnya. Tak lama suara itu terdengar

"Mba... lain kali hati-hati. Lampu lalu lintas di sini jarang berfungsi... Bukan warga sini ya."

******

Bersambung

Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang