Dua Enam

32 11 0
                                    

Keramaian terjadi pagi ini. Rivali melihat sang Mama sedang bersama asisten rumah tangga menyiapkan sarapan. Di ruang tengah terlihat bayi-bayi kesayangannya sedang dibuat tertawa oleh Papi mereka. Bang Rey, suami Rifana ternyata juga sedang cuti berkerja. Belum lagi Rifana yang asik menyuapi si kembar. Alhasil rumah ini sangat... sangat ramai.

"Li.... Bagaimana proyek di Bali?"

"Sudah lima puluh persen, Bang. Doakan Ali dapat menyelesaikan dengan jadwal yang sudah dibuat." Ujarnya.

"Syukurlah. Rencana berapa hari di Jakarta?" tanya Rey.

"Malam ini Ali harus balik lagi Bang."

"Oh... Ali ga ikut ke Lembang?" Ujar Rey.

"Maaf Bang, lain kali. Kebetulan Ali hanya izin sebentar."

"Ayang... Kamu salah kalau nawarin Ali. Pasti dia milih melepas rindu dulu daripada ikut liburan. Awwww..... " teriak Rifana disela kalimatnya.

Rivali memang melempar bantalan kecil dan tepat mengenai Rifana yang duduk di sebelah suaminya. Sontak saja mata Rifana melotot ke arahnya.

"ALIiiiii. Untung ga kena anak gue. Emang bener kan yang gue omongin. Buktinya Lo ke sini semalam. Padahal dari kemarin malam Lo dah di Jakarta. Parah Lo. Mama dinomor duakan. Weeee.... " Rifana membalas tindakannya dengan lidah meledeknya.

Ayoooo makan....

Teriakan Mama menginterupsi perdebatan mereka. Rivali memilih menuju ruang makan terlebih dahulu. Namun langkah berbelok untuk mencubit pelan pipi gembul keponakannya. Para baby yang sedang diam sontak saja menangis pelan.

Aliiiiii

Tak ingin Rifana memarahi kejahilannya ia pun berlari menuju Mama yang sedari tadi berdiri memperhatikannya.

"Ali, sini dekat Mama."

Rivali pun mendekati Mama dan duduk di sampingnya. Sedangkan Rey dan Rifana serta si kembar duduk dihadapannya.

"Li... makan yang banyak. Mama lihat Ali kurusan." Tanya Mama seraya mengambilkan piring untuknya.

"Terima kasih Mah. Makan Ali cukup kok. Cumaa..... "

"Cuma Ali ga sanggup jauhhhhhh." Lanjut Rifana yang memotong kalimatnya.

Ka An...

Mih

"Ya ampun Mama.... Ayang. An itu Cuma becanda sama Ali. Jangan dianggap serius. Mumpung lagi ketemu. Susah sekarang kumpul bareng lagi." Ujar Rifana.

Rivali melihat Mama dan Rey sama-sama menegur Rifana. Namun Rivali tau jika sang kakak hanya kangen bercanda dengannya. Terlebih ia memutuskan bekerja di luar Jakarta dan tinggal di apartemennya.

*****

Dua kendaraan sudah terparkir. Tas yang berisikan keperluan keponakannya terlihat memenuhi mobil berwarna hitam.

"Pak hati-hati ya. Jangan ngebut."

Dua pria yang sedang mengelap kendaraan pun mengangguk. Tak lama terdengar suara Mama dan Mbok Sur dari ruang tamu. Mereka membawa kotak-kotak makanan. Disusul Rey dan Rifana yang mengendong baby.

"Ali... Mama tinggal dulu ya. Kamu besok hati-hati ya. Jangan kesehatan. Jangan memaksakan apapun di luar kekuatan Ali. Kabari Mama kalo mau berangkat. Love u."

Dipeluknya perempuan yang paling berharga di hidupnya. Bersyukurnya ia mendapat support dari Mama. Dalam segala apapun.

"Jangan lupa sampaikan salam ke Sisi dan Ilyana ya. Mama ga bisa datang."

"Iya Mah. Nanti Ali sampaikan. Mama hati-hati ya." Ujarnya seraya memeluk erat.

"Li, kado buat Sisi udah gue siapin. Ada di kamar gue ambil aja. Lo, jaga dirinya ya. Jangan mikirin Ilyana aja. Ampe muka ga ke urus. Bye adik gue." Ucap Rifana seraya menunjuk ke wajah Rivali.

"Thanks Ka. Lo juga sehat-sehat ya."

Setelah memeluk kakak kesayangannya. Pandangan Rivali bergeser ke arah laki-laki yang bertubuh besar dan berkaca mata.

"Bang, hati-hati ya. Titip Mama dan Ka Ana. Abang juga sehat-sehat ya di Papua." Ujarnya seraya memeluk.

Laki-laki itu tidak banyak bicara. Namun Rivali tau jika Rey sangat baik, perhatian, dan sayang kepadanya. Memang Rey, adalah karakter yang bertolak belakang dengan Rifana. Dia akan bicara seperlunya. Tentu kontras dengan kecerewetan dan kekepoan Rifana.

*****

Rivali terbangun dari tidurnya. Diliriknya jam kotak di meja kecil itu. Sudah menunjukkan pukul 13.00. Sepertinya ia tertidur. Pasalnya sejak melepas Mama dan rombongan ke Lembang. Tubuhnya mendadak lemas. Ia pun memutuskan untuk tidur sebentar di kamar Mama.

Setelah menyegarkan kembali tubuhnya ia pun bergegas keluar kamar. Terlihat keadaan sepi. Mama mengajak para asisten rumah tangganya untuk ikut serta liburan.

Berjalan menuju teras dan garasi. Rivali lantas meletakkan beberapa paper bag di bagian tengah mobil.

"Mas Ali... jalan sekarang?"

Rivali melihat Pak No, penjaga rumah Mama berdiri di sampingnya.

"Iya Pak. Ali titip rumah ya. Tadi Mama juga pesan. Makanan di meja dihabiskan saja."

"Baik Mas. Hati-hati ya."

Rivali mengangguk dan menghidupkan mesin mobilnya. Tak lama dirinya melajukan kendaraannya menuju gerbang tinggi yang terbuka. Nampak Bonan sedang di samping pintu.

"Nan. Gue pergi dulu ya."

"Iya Bang. Hati-hati." Ujar Bonan.

*****

Bersa

Love (Selesai)Where stories live. Discover now